Chapter 5

9 4 0
                                    

"Comblangin gue dong ama Kayla, gue ngecrushin dia dari lama."

Juna tersentak. Darahnya terasa berhenti, dadanya berdegup kencang. Mendadak perasaan sesak seakan menusuk tepat pada ulu hatinya. Mendengar kalimat yang keluar dari bibir temannya, cowok itu hanya bisa terkejut dalam diam. Tak berani menoleh menatap Devan, Ia yang tadinya terfokus pada ponsel kini hanya memandang kosong benda itu.

Yang ia takutkan selama ini benar terjadi, yang terus ia pikirkan selama ini adalah kenyataan.

Devan juga menyukai Kayla.

Ia sungguh tak tahu harus menanggapi teman masa kecilnya ini dengan jawaban seperti apa. Juna tak pernah mengira bagaimana bisa mereka berdua berakhir mencintai seorang gadis yang sama, tak pernah terbayangkan sama sekali. Jujur saja, rasanya cukup sakit mendengar Devan mengatakan hal itu dengan sangat ringan. Seolah tak memikirkan perasaannya, namun tentu sepenuhnya bukan salah Devan, kan?

Juna sendiri yang tak memberi tahu cowok itu. Ia masih bungkam, berpura-pura terfokus pada ponsel. Padahal pikirannya berkelana kemana-mana dengan dada yang terasa semakin sesak.

"Jun?"

Devan memanggilnya lagi, Juna bergumam menoleh pada laki-laki yang masih terus menghisap podnya. Menatap tepat pada manik Devan, mencari kebohongan dalam iris gelap itu. Tetapi tak ada, Juna merasa tak menemukan apapun di sana. Sedangkan Devan hanya tampak tersenyum, memandangnya dengan wajah cerah.

"Oke nggak nih, bantuin gue ya?"

Juna menekan rasa sakitnya dalam-dalam, menahan rasa kesalnya setengah mati. Ia berusaha tersenyum simpul bertingkah seperti biasa. Juna mendengus apatis, menganggukkan kepalanya dengan samar, mengalihkan atensinya pada jalanan basah serta mobil-mobil yang berentetan terjebak macet di hadapannya. Menatap kosong pada hujan yang kian menderas, diam-diam menggigit bibirnya menahan segala perasaan yang berkecamuk hinggap pada hatinya.

Arjuna benar-benar merasa kalah telak dari Devan, teman dekatnya sendiri. Bukan tak punya nyali, ia hanya enggan membuat masalah dalam pertemanannya. Sangat tak mungkin bersaing dengan Devan dalam masalah percintaan apalagi perihal gadis yang sama, cowok itu lebih memilih untuk mengalah. Ia memasang earphonenya, tak mau berbincang, tak mau terusik. Sebab kini hatinya sedikit terasa sakit.

Percakapan mereka sore kemarin masih terus berputar di benak Juna hingga pagi ini. Bahkan ketika cowok itu kini kembali duduk di bangku menghadap papan tulis, mendengarkan guru Sejarah bercerita tentang Pertarungan di Pulau Midway yang melibatkan Jepang dan Amerika Serikat dalam Perang Dunia Kedua. Ia bahkan tak mendengarkan materi itu sama sekali, seperti masuk telinga kiri lalu keluar telinga kanan.

Pikirannya masih belum bisa mencerna perlajaran apapun yang disampaikan. Mengingat kejadian kemarin yang sangat mendadak, rasa kalut terus menjalari tubuhnya.

Suara ketukan dari pintu menarik perhatian semua orang, membuat mereka spontan melihat ke asal suara. Pintu terbuka, seseorang masuk dengan lencana berlambang logo "Osis" yang tersemat pada dasinya.

Pemandangan di depan Juna kali ini sungguh tak terduga, sekarang Kayla berdiri di seberang papan pengumuman sambil memegang setumpuk poster untuk acara sekolah kedepannya. Gadis itu menjadi ketua bidang olahraga dalam organisasi siswa tersebut. Kayla memang anak yang aktif dalam berbagai hal, selain mengikuti cheerleader dan seluruh perlombaan ia juga ikut serta dalam osis dan jurnalistik.

"Permisi pak, kita dari Osis mau ngasih poster turnamen olahraga pekan depan buat ditempel di papan pengumuman."

Cewek itu berujar pada guru Sejarah dengan senyuman manis terukir pada wajah cantiknya, menggantungkan poster yang ia bawa pada bagian lenggang papan yang sudah dipenuhi begitu banyak pemberitahuan menggunakan jarum pin. Kini Juna terpaku akan kehadiran Kayla, mengamati apapun yang gadis itu lakukan. Hingga Ketika Kayla berniat untuk melangkah Kembali menuju pintu, pandangan mereka bertemu.

ASTERISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang