Pagi hari yang seharusnya tenang tidak dapat diharapkan hari ini dikediaman Juyeon. Mimpi buruknya malah datang menyambutnya. Siapa lagi kalau bukan ibunya yang tiba-tiba datang dengan alasan yang sudah bisa ditebak.
Anak laki-laki itu bahkan tidak repot-repot menyapa ibunya. Tanpa basa-basi pun ibunya langsung menuju ke inti dari kedatangannya ke sini.
"Ibu sudah mengenalkanmu ke teman ibu. Anaknya baik dan bisnisnya juga sudah sukses—"
Juyeon menaruh gelas kasar hingga menumpahkan sebagian air yang ada di dalamnya. Dahinya mengerut, muak dengan kata-kata ibunya. Rasanya seperti percuma meyakinkan ibunya yang kepalanya sekeras batu.
"Sudah berapa kali aku bilang aku tidak butuh bantuanmu dalam mencari pasangan" ia melayangkan tatapan tajam kepada ibunya. Kini ia sudah tidak peduli lagi jika orang-orang menyebutnya putra yang tidak tau diri.
"Kenapa? Padahal kau tidak pernah berhasil" jawabnya ketus, "Ah...bahkan mencoba saja tidak pernah. Apa kau mau seperti kakak laki-lakimu? Menikah dengan perempuan dari keluarga biasa, kau tidak malu?"
Juyeon memilih diam. Jika mengatakan sesuatu, ia tidak tau akan berhenti di mana. Ini bukan masalah ia tidak ingin memiliki pasangan. Hanya saja ia tidak suka ibunya terus memaksakan keinginannya kepada anak-anaknya. Bukankah itu egois?
Kini tangannya sudah memegang lengan ibunya, menarik ibunya menuju pintu. "Lalu kenapa? Ini bukan hidupmu" sedetik kemudian pintu tertutup tepat di depan mata sang ibu.
Pada Awalnya maksudnya baik. Mendikte kemana anaknya akan melangkah, agar masa depannya dijalan yang benar. Namun, menurut Juyeon ini sudah keterlaluan. Ia bukan anak kecil yang masih harus dituntun. Jadi, semua hal itu tidak perlu, ia hanya butuh dukungan saja.
Terkadang ia bingung. Bagaimana bisa dua orang yang memiliki kepribadian bertolak belakang bisa menikah. Seperti ibunya dan ayahnya.
Matanya terpejam, berusaha menenangkan pikirannya yang tidak karuan. Namun, tiba-tiba ia tersenyum sendiri.
'Ah...disaat seperti pun aku masih memikirkannya'
🎈🎈🎈
Suara bel yang berbunyi membuat wanita itu berjalan cepat menuju pintu. Pintu terbuka dan ia bertemu dengan seorang laki-laki tinggi berdiri di depannya.
"Siapa ya?" tanyanya dengan ramah kepada laki-laki yang ia tidak kenal itu.
Laki-laki tersenyum dan membungkukkan badannya, "Saya teman kantor Hyunjae" jawabnya.
Sang ibu pun mempersilahkannya masuk sementara ia memanggil anaknya di lantai atas. Betapa kesalnya Hyunjae ketika harus bangun padahal ia ingin tidur lebih lama.
"Siapa yang datang?" tanya Hyunjae masih belum bisa kelur dari alam mimpinya.
"Temanmu! Cepat turun!" seru ibunya.
Hyunjae mendecak kesal. Ia sudah siap memaki Jacob yang datang pagi-pagi megganggu waktu tidurnya.
"Sial, kenapa juga aku harus turun, bukannya ini sudah seperti rumahnya? Kenapa ia tidak naik sendiri?" mulutnya tanpa henti terus mengeluh.
Pakaiannya masih sama seperti yang ia pakai kemarin, rambutnya tidak beraturan, dan wajahnya. Jangan ditanya. Ia menuju ruang tamu masih tetap mengeluh. Namun, mulutnya membeku ketika melihat 'temannya' itu bukan Jacob.
"Ah, aku lupa sesuatu" ucapnya menahan wajah datarnya sebelum kembali ke kamarnya di atas. Sementara tamu itu tersenyum melihat Hyunjae.
KAMU SEDANG MEMBACA
untold ; jujae
FanfictionIni tentang Hyunjae yang bertemu lagi dengan orang yang dulu pernah ia sukai, Juyeon. Sayangnya, kini perasaannya sudah berbeda. Walaupun saat pertama kali melihatnya lagi memori itu kembali, ia seratus persen yakin perasaannya tidak akan berubah...