15

228 40 0
                                    

Gedung kantor yang tinggi itu seperti mengeluarkan hawa yang menyegarkan bagi pekerjanya. Seperti ada kelopak-kelopak bunga mawar yang berterbangan beberapa hari ini.

Terutama dua orang tertentu yang sedang mabuk. Tidak pernah mereka sangka bahwa mereka akan seperti remaja yang baru saja merasakan indahnya memiliki kekasih.

Ponsel Sangyeon berbunyi nyaring, ia pun langsung meraihnya untuk mengangatnya, "Kebetulan, kau jangan kemana-mana aku ingin mengantar berkas—"

Seseorang dari panggilan itu memotong, "Kenapa tidak bawahanmu saja?" tanyanya.

Sungguh, Sangyeon ingin berteriak saat itu juga. Ia memutar matanya dan menutup panggilan itu. Ia tidak menyangka temannya akan menggelikan seperti ini saat jatuh cinta.

Menggunakan telepon yang ada di dalam ruangannya, ia memanggil seorang karyawan untuk membawa berkas-berkas tadi ke lantai delapan.

🎈🎈🎈

"Bagaimana bisa kau suruh Pak Lee untuk menyuruhku kesini?" suara itu membuat Juyeon yang sedang mengerutkan dahinya langsung tersenyum lebar.

Hyunjae berjalan menunju meja Juyeon untuk memberikan berkas yang dititipkan kepadanya. Sebenarnya ia sudah tau maksud dari Sangyeon memintanya untuk mengantar berkas yang biasanya ia langsung sampaikan sendiri. Pasti laki-laki yang sedang tersenyum bodoh ini yang memerintah.

"Hyung, jangan turun. Kita makan siang disini saja" saran Juyeon, sementara tangan kanannya berusaha meraih tangan Hyunjae yang berdiri di sebrangnya.

Tatapan yang dibaluti oleh madu yang manis terus dilayangkan oleh kedua orang yang kini sudah duduk bersebelahan. Senyuman yang terukir juga terlihat begitu cerah. Pantas saja kantor ini lebih indah daripada biasanya.

Ini sudah menjadi rutinitas setelah perasaan mereka terjawab. Juyeon tidak mau membuat Hyunjae tidak nyaman jadi mereka memilik untuk menghabiskan waktu di ruangan Juyeon. Namun, sekretarisnya sudah pernah bertanya, "Bukankah akan lebih mencurigakan kalau Hyunjae terus menerus turun dari lantai delapan?" Namun, Juyeon bahkan tidak mengubrisnya karena ia terlalu bahagia saat membayangkan saat ia menghabiskan waktu berdua dengan kekasihnya itu.

"Aku ingin bertanya" ucap Hyunjae masih mengunyah sushi yang masih ada dimulutnya. Juyeon mengangguk mempersilahkan Hyunjae untuk bertanya, "Kenapa semua orang bilang kau menyeramkan?"

Juyeon membulatkan matanya, "Maksudnya?"

"Saat aku pertama bekerja di sini, semua orang yang kutemui pasti mengatakan kalau kau itu tidak pernah tersenyum, pokoknya tidak ramah" jelas Hyunjae.

"Ah..." Juyeon tertawa mendengar penjelasan Hyunjae, ia tidak menyangka citranya seperti itu. Walaupun itu yang ia mau. "Bagaimana ya? Sebenarnya aku memang membuat citra itu"

Hyunjae mengerutkan dahinya, "Maksudmu kau ingin di lihat tidak ramah?" tanyanya heran.

"Awalnya hanya ingin dilihat tegas, tetapi ternyata malah menjadi tidak ramah" ia meraih sushi yang ada di depannya dan memasukannya ke mulut.

Bahkan kata-kata itu masih tidak masuk ke dalam otak Hyunjae. Ia menjelaskan bagaimana tegas itu bukan tidak pernah tersenyum dan menyapa.

Namun, Juyeon hanya tersenyum dan mengangguk, "Aku tau...memang itu bodoh, kukira aku harus seperti itu untuk dihormati ternyata tidak" ujarnya.

untold ; jujaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang