"Itu pertanyaan yang berbahaya dan kau tak akan menyukainya Bella."
"Miss White," ralatnya.
"Baiklah, Miss White," ujarnya mengecek saat tersenyum. "Pendapatku tentangmu, percayalah kau tak akan mau mendengarnya."
Bella menaruh tangannya di pangkuan dan tersenyum lebar menatap kearogananya lelaki itu. "Kenapa? Karna kau mengira aku wanita yang hanya mengincar kekayaan Mr. Weels?"
Weels menggeleng pahit. "Tidak. Aku tak peduli apa kau mencari pria kaya atau bukan. Aku yakin dompetku paling tebal di antara semua pria."
"Luar biasa," cemooh Bella takjub.
"Pendapatku tentangmu melibatkan baju dan ranjang. Yang pastinya kau tak akan suka."
Weels mengintip melihat reaksinya saat wajah Bella memerah merona. Wanita itu berdehem melegakan tenggorokannya dan membuang wajah ke samping. "Senang mendengarnya tapi tolong diingat bahwa itu hanyalah bagian dari masa lalu yang ingin saya hapus. Memutar kembali memori tersebut sangat tidak terhormat."
Wells menarik sudut bibir alisnya naik dan menatap wanita itu lugu. "Sama tak terhormatnya saat kau mendorong seorang pria ke ranjang Manis."
Bella menggeram muak saat kedua tangannya terkepal erat di pangkuan. "Kalau kau gentleman kau seharusnya membawaku ke dalam kamarku. Dan bukannya mengambil keuntungan dari wanita yang mabuk."
Weels memiringkan kepala ke satu sisi melihat wajah Bella yang merah akibat menahan amarah. "Aku pria sehat Manis. Dan aku sudah mencoba menyadarkanmu dan mendorongmu menjauh tapi siapa sangka kau malah menciumku. Sebagai gentleman, aku tak bisa menolak permintaan seorang wanita."
Bella terpukau atas pemilihan kata pria tersebut. Permintaan? Bella luar biasa mabuk hari itu dan Weels justru mengatakan bahwa ia meminta lelaki itu memerawaninya?
Walaupun Bella tak benar-benar ingat bagaimana ia dan Weels melakukan hal tersebut, setidaknya lelaki itu tak akan mengambil keuntungan dari wanita yang mabuk.
Yah sepertinya Bella terlalu mempercayai lelaki itu untuk bersikap sopan.
"Ah benar. Tentu saja anda tak bisa menolaknya," Bella memasang senyum paling manis miliknya saat membalas tatapan Weels. "Aku adalah Bella White, wanita tercantik di London bahkan Eropa. Semua pria menginginkanku tapi anda dengan mudah berhasil membawaku ke ranjang karna kecerobohan ku sendiri. Itu adalah peluang bagi anda untuk mendapatkan saya Mr. Weels."
Lelaki itu menggelengkan kepalanya takjub. "Kalimatmu begitu manis tapi entah kenapa sangat berduri. Pasti kau sudah melatihnya bertahun-tahun."
"Tidak. Hanya saja penambahan kalimat saya selalu lebih baik setiap kali bersama anda."
Perang dingin terjadi di dalam kereta sebelum keduanya memutuskan saling membuang muka ke sisi yang berlawanan. Bella memang tak pernah bisa menghabiskan waktunya lebih lama dengan lelaki itu.
Weels selalu saja berhasil memancing anarahnya setiap kali mereka bertemu, seakan-akan tujuan utama dalam hidup lelaki itu hanyalah membuat Bella kehabisan sabar.
Lelaki itu tak bisa pengertian, gentleman atau bahkan berbudaya. Ia seharusnya melupakan kejadian malam itu, tahu pasti reputasi Bella akan hancur kalau hal itu tersebar. Tapi Weels malah tak tahu malu mengumbar-ngumbarnya.
Memang kejadian itu terjadi karna kesalahan Bella juga. Kenapa ia harus mabuk-mabukan saat itu? Kenapa? Yah kalau saja Weels tidak mencium Bella di tempat pertama, Bella tak akan mabuk.
Rasanya baru seperti kemarin saat lelaki itu mengetuk pintu kamarnya sewaktu ia membangunkan Bella.
"Apa yang kau inginkan? Hak untuk penjualan permen jahenya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss me Bella
Non-FictionBella White, wanita tercantik di London, terpaku menatap seorang pria yang baru saja masuk ke ruangan pesta tersebut. Tangannya yang terlindung sarung tangan meremas erat gaun peraknya. Bola mata yang bersinar cantik berubah pucat sementara bibirnya...