Bella menatap warna merah di pipinya saat ia bangun pagi ini. Wanita tersebut menaburkan lebih banyak bubuk berwarna di kulit agar memudarkan bekas tamparan tersebut. Ia memalingkan wajah ke kiri dan kanan saat mengangguk sempurna.
Chara mengetuk pintu dan masuk saat membungkukkan punggungnya. Ia membantu Bella berganti baju saat wanita itu berdiri.
"Ambilkan aku baju berwarna merah muda Chara."
Chara membuka lemari baju dan menatap gaun yang terpajang disana dengan bulu mata mengerjap. "Baju yang mana Miss?"
"Yang memiliki kerung leher dengan hiasan mutiara."
Chara mengangguk saat mengingat gaun tersebut dan ia mengambil baju itu. Bella menatap dirinya di cermin dan meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.
Ia siap dalam setengah jam kemudian dengan rambut yang dikepang tali. Bella menuruni tangga dan menatap ayahnya yang duduk disana dan menatap putrinya sendiri seakan musuh bebuyutan.
Bella melangkah melewatinya saat Viscount membuka mulut. "Kalau kau tak bisa memberikan kontribusi apapun untuk keluarga ini, jangan menyalahkanku kalau aku memotong uangmu."
Bella balik menatapnya datar. "Ayah sudah melakukannya sejak tahun lalu. Kau mencuri perhiasan putrimu untuk membeli lukisan kapal perang yang hancur, yang terpasang di perapian depan."
Wajah ayahnya memerah karna malu dan ia menaikkan suaranya seoktaf lebih tinggi. "Dasar anak kurang ajar! Apa begini caraku membesarkanmu? Sejak kapan aku mencurinya?! Kau membeli itu dari uangku!"
"Maaf kalau begitu," balas Bella setengah hati saat berlalu pergi. Ia masih bisa mendengar ancaman ayahnya dan memilih mengindahkannya.
Bella masuk ke dalam kereta kuda, menatap kosong pada rumahnya sendiri saat mendesah memejamkan matanya.
Ini bukan sekali dua kali ayahnya mengambil perhiasan putrinya untuk memenuhi egonya. Ia sering masuk ke dalam kamar Bella, membuka kotak perhiasan dan mencari apa saja yang bisa Bella jual.
Pada awalnya Bella menolak hal tersebut, semua perhiasan itu tak sepenuhnya ia beli dengan uang ayahnya. Ada pemberian juga, tapi sang Viscount menepis tangan putrinya dengan kasar dan dahi Bella terkena sudut meja hingga mengeluarkan darah segar.
Tak peduli seberapa keras Bella mempertahankan perhiasannya, kegilaan ayahnya tak akan berhenti. Lalu ia sadar di satu titik bahwa ayahnya akan membuat Bella miskin dengan cepat.
Dan ia menemukan cara untuk membalaskan dendam, yaitu dengan tidak menikah dan membiarkan keluarga ini hancur. Satu-satunya tali penyelamat keluarga ini adalah dengan Bella menikahi bangsawan kaya raya.
Tapi ia tak akan menikah. Bella tak akan membiarkan ayahnya berlaku sewenang-wenang dengan kekayaan orang lain. Walau itu berarti ia akan mengikuti jejak bibinya Cresente.
Cresente adalah adik ayahnya, dan ia merupakan wanita yang sangat anggun dan walau bibinya tidak menikah, tapi ia selalu diundang ke semua pesta bangsawan. Cresente lah yang mengajari Bella bagaimana menjadi wanita bangsawan yang sempurna.
Mulai dari etika dasar sampai kesopanan, tak ada yang tak bibinya ajari. Lalu kenapa bibinya tak menikah? Tentu saja itu adalah kesalahan ayah dan ibunya Bella.
Ayahnya menggunakan maskawin adiknya untuk membeli lukisan mahal dan ibunya justru membantu penghancuran masa depan Cresente dengan barang mewah.
Kakek Bella yang saat itu masih hidup marah luar biasa. Tapi tak ada yang bisa ia perbuat jadi ia memaksa ayah Bella menjaga bibi Cresente sampai bibinya meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss me Bella
Non-FictionBella White, wanita tercantik di London, terpaku menatap seorang pria yang baru saja masuk ke ruangan pesta tersebut. Tangannya yang terlindung sarung tangan meremas erat gaun peraknya. Bola mata yang bersinar cantik berubah pucat sementara bibirnya...