Part 10

1.2K 174 4
                                    

Berita di hebohkan dengan pesta pertama yang akan Luciana gelar setelah ia menjadi anggota Kerajaan. Hal tersebut memancing rasa penasaran kaum bangsawan.

Sebagian dari mereka bertanya-tanya kapan mereka akan diundang. Dan yang lain sudah menghubungi penjahit untuk menyiapkan gaun.

Pesta itu katanya, akan dihadiri langsung oleh Royal Highness. Jadi semua tamu semakin mengantisipasi hal ini. Tentu saja, itu kalau mereka tahu apakah mereka akan diundang atau tidak.

Sayangnya, saat Luciana membuat list tamu yang akan hadir ia hanya mengundang segelintir orang. Dan hal itu ia bicarakan sewaktu bertemu dengan Bella di toko kue Moiseelle.

Lucy memotong rapi kue dan menjilat bersih sendok kecil tersebut saat mengangguk puas. "Kalau para bangsawan itu mengira aku akan mengundang mereka, mereka pasti gila. Oh Tuhan ini enak sekali."

"Setuju," ujar Bella sewaktu menyesap teh miliknya dengan anggun. Ia menyadari ujung sarung tangannya sedikit bolong dan wanita itu menjaga wajahnya tetap datar.

"Aku tak paham kenapa toko seenak ini tak memiliki pengunjung," balas Lucy lugu.

Bella masih tetap menjaga wajahnya tetap datar. Hanya ada dua pengunjung di toko tersebut, dan itu hanya mereka berdua. Ia tak sampai hati mengatakan pada Luciana bahwa paman Morse kesayangannya menyuruh pemilik toko ini untuk tidak menerima tamu sepanjang hari.
Alasannya tentu saja jelas sehingga ia tak perlu menjabarkannya.

Mengganti topik lain, ia memutar otaknya cepat. "Jadi, kau akan mengundang Baroness Debrett? Untuk Roselyn?"

Luciana menghembuskan nafas kesal. "Dan beberapa bangsawan lain. Aku sudah menulis list nama mereka, kau bisa melihatnya."

Ia menyodorkan gulungan kertas yang digulung rapi dengan pita emas ke meja dan Bella mengambilnya. Ditatapnya deretan nama bangsawan dan ia menghitung kurang dari 20 bangsawan yang akan datang.

Kening wanita itu berkerut halus melihat daftar tersebut. "Aku lihat setidaknya ada lima pria lajang. Apa kau berencana menikahkan mereka semua dengan Rose?"

"Tidak, tentu saja tidak." Ia menatap Bella dalam-dalam. "Aku sudah mengecek semuanya dengan teliti dan mereka semua terlihat bagus untukmu. Aku berharap setidaknya kau bisa memilih satu di antara mereka."

"Jadi ini juga akan menjadi sarana persembahan ku," balas Bella kering saat menatap satu nama unik disana. Bola matanya melebar dan degup jantungnya berdebar lebih keras tanpa ia rencanakan.

"Mr. Weels? Kau akan mengundangnya?"

"Dia teman Sebastian dan bisa dianggap bagian dari keluarga. Aku tak melihat alasan kenapa ia tak diundang."

"Kau benar," putus Bella cepat agar tidak memancing kecurigaan Luciana. Ia menyerahkan kembali list nama tersebut saat menggulungnya dengan rapi. "Jangan berharap banyak soal pernikahanku Lucy. Aku masih tak mau menikah."

"Karna ayahmu?" tebaknya lagi dan itu membuat wajah cantik Bella muram.

Sejauh ini tak ada yang tahu perlakuan kasar Viscount pada putrinya. Ia selalu melukai Bella di tempat tertutup.

"Aku dengar dari Madam Shirley kalau ia baru saja membeli guci antik milik Dinasti Ming," imbuh Luciana cemas.

Bella tak berani membayangkan apalagi kali ini yang ayahnya ambil. Wanita itu tersenyum pilu dan menggelengkan kepala masyul, seakan memasrahkan diri pada takdir.

"Ayahku terlalu mencintai benda mati tersebut."

Luciana mengulum bibirnya dengan hati-hati. Hobi yang ayahnya Bella miliki cukup mahal, dan memang semua bangsawan melakukan hal tersebut. Tapi... Madam Shirley meyakinkan Luciana bahwa uang sang Viscount terus menerus berkurang. Dan ia takut hal tersebut akan mempengaruhi prospek Bella dalam menikah.

Kiss me BellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang