Bella langsung menampar keras pipi Weels dengan tangannya di detik pertama mereka di dalam kereta.
Telapak tangan kanan wanita itu berdenyut keras dan amarahnya menggebu-gebu, meletup dalam cairan panas yang bisa membakar hutan di musim dingin.
Tatapannya dingin menusuk tulang sementara Weels terdiam, terkejut atas serangan itu. Tapi seharusnya lelaki itu sudah memperkirakan konsekuensi akibat menggendong wanita dengan cara yang tak beradab.
"Kupikir kau hanya tak berkelas Mr. Weels. Ternyata kau bahkan tak tahu etika dasar cara pria memperlakukan wanita."
Weels mengusap pipinya yang merah, menggerakkan mulutnya beberapa kali sebelum menarik alis tinggi. "Aku minta maaf kalau membuatmu tersinggung. Mungkin kau ingin duduk di depan dan membiarkan dirimu di tonton."
Lelaki itu terlihat dan terdengar sama sekali tak merasa menyesal atau bersalah sama sekali. Dan hal itu membuat Bella meradang.
"Ketidaksetujuan saya dalam hal ini karna harus bersama anda. Dan sikap anda semakin menegaskan kenapa saya seharusnya tidak bersama anda."
Weels tersenyum malas mendengar cemooh dalam diri Bella. "Aku tak memiliki pilihan lain. Kalau kau mau ikut denganku secara baik-baik tak perlu kekerasan manis."
"Apa kalimat ku yang tak kau paham saat ku katakan aku tak mau berduaan denganmu?" ulang Bella dengan kesabaran yang semakin tipis.
"Satu-satunya niatku hanya menjauhimu dari bahaya. Dan tentunya kabar tak sedap. Terkutuklah aku kalau ada yang bertanya kenapa kau memilih duduk bersama Thomas alih-alih bersamaku," balasnya berseru.
"Yah? Kalau itu terjadi itu adalah urusanku!" Bella membuka pintu kereta saat Weels membuka mulut cepat.
"Apa yang kau lakukan?"
Bella menjawab tanpa menengok ke belakang saat berderap pergi. "Pulang ke kediamanku!"
"Jangan konyol Bella. Timmy sudah pergi dari tadi."
Bella menatap tempat dimana Timmy berada tadi dan sadar jalan itu kosong. Ia mengumpat dalam hati. "Aku akan berjalan kaki."
"Sendirian?" Lelaki itu ikut turun dari kereta dan berjalan menyusulnya dari belakang. "Jangan konyol Bella. Masuk ke keretaku sekarang juga."
"Kau tak berhak memerintahku Mr. Weels."
"Aku tak memerintahmu. Aku hanya memintamu untuk kembali ke kereta itu."
Bella melemparkan tatapan mencemooh padanya. "Yah? Baik sekali ucapan permintaan mu itu Mr. Weels."
Weels mensejajari langkahnya dan berhenti tepat didepan wajah Bella. Lelaki itu melipat tangan di depan dada dan menatapnya tajam. "Apa sebenarnya yang membuatmu marah? Sikapku atau karna kau takut untuk berduaan denganku?"
Bella memicingkan matanya dingin. "Keduanya. Jadi kalau tak ada urusan lagi pergilah dari hadapanku."
Lelaki itu mengamit tangannya dan Bella menepisnya kasar. "Jangan menyentuhku."
Weels kembali meraih tangan wanita itu dan mencengkeramnya cukup keras namun tidak menyakitkan bagi Bella. Ditatapnya Bella dengan pandangan yang jauh lebih lembut saat suaranya melunak. "Kembalilah. Terlalu bahaya bagimu berada diluar sendirian."
"Jauh lebih bahaya bagiku bersamamu," ralatnya datar. "Aku akan berjalan kaki kalau perlu."
"Bella, kalau memang ini jalan yang sering dilalui orang setidaknya ada satu atau dua yang lewat. Tapi tak ada satupun yang lewat. Dan kau juga tahu itu. Turunkan egomu."
Bella tertawa dingin menatapnya. "Ego? Kalau kau tak sekasar itu padaku, mungkin saja aku sudah menurunkan egoku sejak dulu."
"Baiklah. Aku minta maaf oke? Aku salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss me Bella
No FicciónBella White, wanita tercantik di London, terpaku menatap seorang pria yang baru saja masuk ke ruangan pesta tersebut. Tangannya yang terlindung sarung tangan meremas erat gaun peraknya. Bola mata yang bersinar cantik berubah pucat sementara bibirnya...