Airmataku sedari tadi mengalir deras sambil menatap satu dari sederetan gambar yang kulihat, nampak di gambar itu ada seorang pria berbaring di atas tanah dengan tiga luka tembak di tubuhnya.
Semuanya hanya fiksi. Aku tahu itu, tapi rasa sesaknya bukan main. Tak bisa kuhentikan tangisan lirihku meratapi hal itu. Hatiku sakit bukan main. Aku sangat sedih, tak rela rasanya menerima hal itu.
"Shit," rutukku kesal, "Kenapa sih harus ada adegan ini. Gak rela. Tolong jangan mati. Jangan mati."
Sudah seperti orang gila aku menangisi kematian salah satu karakter yang berada di manga Tokyo Revengers, tapi tak dapat kutahan rasa sakitnya.
"Draken. Jangan mati."
Detik demi detik berganti. Menit demi menit berganti. Hingga berjam-jam lamanya hatiku mati rasa, digantung pada titik yang menyesakkan. Antara tidak sabar dan tidak mau melihat chapter berikutnya.
Sejujurnya aku masih berharap Draken tidak mati di sini. Rasanya tidak rela sekali. Draken adalah satu di antara empat karakter yang paling aku sukai di manga ini.
Nomor satu adalah Sano Manjiro atau Mikey, si cebol yang benar-benar gak peka, nomor dua tentu Ryuguji Ken alias Draken atau juga dipanggil Kenchin oleh Mikey, lalu yang ketiga adalah Baji Keisuke, si rambut hitam panjang yang setia kawan meski pikirannya terlalu nyentrik, aku masih gak rela dengan kematiannya itu. Terakhir yaitu Sano Shinichiro, alias kakaknya Mikey yang sudah mati di awal debut. Sangat disayangkan!
Tapi di antara empat orang itu Draken yang paling waras. Jadi aku sangat sedih dengan scene kematian Draken ini. Jujur saja aku berharap-harap cemas semoga semua itu gak berakhir mati. Semoga penulis mau mendengar keluh kesah kami para pembaca.
Oke Fix. Sudah seharian penuh aku mengurung diri di dalam kamar, meratapi kepedihan rilisan terbaru manga favoritku.
Dengan usaha keras, aku berusaha mengendalikan diriku sendiri supaya tidak terlarut dalam obsesiku pada cerita fiksi. Bisa-bisa jadi gila aku.
Besok aku masih harus bekerja. Apalagi kali ini jadwalnya audit perusahaan, kalau aku gak bisa fokus bisa jadi pekerjaanku terganggu. Oke, tenang.
Besoknya aku telah bersiap dan sekarang dalam perjalanan menuju Bandung karena kali ini dia mendapat tugas audit di cabang Bandung. Bersama denganku ada dua rekan kerjaku yang juga mendapatkan tugas yang sama.
Mereka berdua berbincang-bincang seru sementara aku hanya terdiam sambil fokus menyetir.
"Kei, kok elo diem aja sih?" tanya salah satu rekanku heran. Pasalnya memang biasanya aku supel dan tak berhenti bicara, jadi melihatku diam begini tentu saja mereka bingung.
Tapi aku tidak ada mood untuk membalasnya. Pikiranku masih hanyut dengan kegalauan. Draken. Draken. Draken. Cuma itu ada di otakku sekarang.
"Keisya? Kok elu diem aja sih."
Aku masih diam tak menjawab. Pikiranku tetap pada Draken.
Jengkel, salah satu rekanku yang duduk di jok belakang, menepuk bahuku keras. Aku tersentak. Sontak saja tak bisa mengendalikan diriku sendiri, tanpa sadar aku memutar setir hingga mobil yang kukendarai melenceng ke samping.
Jalanannya terlalu curam. Sebelum aku sempat berpikir, mobil yang kukendarai terjun ke jurang.
Ahh, apa aku akan mati?
Apa setelah mati aku akan bertemu dengan Draken?
Huh! Sampai begini saja aku justru teringat dengannya. Memang sudah gila aku. Sepertinya sudah pasti aku gila.
Ya apa boleh buat? Sudah terlanjur begini. Andai saja aku bisa melihat Draken sebagai orang yang nyata. Ingin aku melihatnya bahagia.
~•••~
Holla, Para pecinta anime plus manga Tokyo Revengers. Khususnya pecinta Draken. Di sini gue lagi ngegalau gara-gara rilisan terbaru Tokyo Revengers. Pen nangis bawaannya klo diinget. Ya, jadi gue putusin buat bikin fanfic ini untuk memuaskan imajinasi gue yang gila. Hehe ... Semoga suka yaa. Jangan lupa vote dan follow ya, juga jangan lupa kritik dan sarannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow || Draken, I Love You.
FanfictionAku ada di antara banyak orang di sekitarmu. Aku ada di sampingmu, berusaha menjaga apa yang sangat kau hargai. Karena bagiku cinta bukan hanya bicara tentang memiliki, tetapi juga tentang memberikan apapun dengan tulus untuk melihatmu bahagia. Dal...