AA•1

2.1K 176 27
                                    

Hai para Dramione shipper..
Terima kasih sudah mampir ke cerita ini..

Dalam cerita ini karakter mereka akan lebih santai dan mungkin sedikit out karena Author tidak meniatkan konflik yang terlalu berat..
Dan mohon maaf jika terdapat kesalahan seperti Typo, tanda baca dan lainnya..

Jangan lupa ajak teman kalian untuk mampir
Tinggalkan jejak berupa Vote dan Koment

Happy Reading

FYI :
•Font Miring digunakan untuk :
-Flashback an
-Bahasa lain
-Julukan, misalnya : pak-Tua-Dumbledore
-Mantra, bahan-bahan atau segala sesuatu tertentu, misal : Crucio! Half-blood
(Tidak untuk kata seperti Basilisk, Azkaban, Hogwarts dll)

=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=

Sambil menggeram kesal, Draco melangkahkan kaki keluar dari lemari sapu setelah menyimpan sapu yang ia gunakan untuk latihan Quidditch. Ia butuh waktu sendirian, beruntung Blaise dan Theo sedang tidak berada dalam Waktu-yang-sulit-untuk-memahami-ku, jadi dia bisa menyendiri. Tahun lalu cukup menyenangkan, ada sekolah lain yang singgah di Hogwarts selama setahun penuh. Ia berharap-harap Turnamen Triwizard bisa kembali diadakan. Pintu besar perpustakaan sudah terlihat, masih dalam seragam Quidditch nya, ia merapihkan rambut yang diperkirakan menjadi berantakan karena latihan tadi. Jujur saja, ia benci latihan kalau itu menyangkut para cewek.

Draco mendengus dengan pemikiran itu lalu kembali pada topik sebelum nya. Tentu saja, Turnamen Triwizard tidak mungkin bisa kembali di laksanakan mengingat adanya kejadian tak terduga yang menghebohkan semua orang. Diggory, si Hufflepuff yang tidak lebih tampan dari nya kembali dalam keadaan tidak bernyawa. Dan yang lebih menyebalkan adalah Potter. Kenapa di setiap kejadian penting selalu ada Potter? Dia itu penguntit atau apa sih? Baiklah, kembali ke turnamen, Jasad si Hufflepuff itu kembali bersama Potter di tengah-tengah lapangan Quidditch yang digunakan untuk pelaksanaan tugas terakhir dari Turnamen Triwizard berupa sebuah labirin yang di tengah nya tersembunyi piala kemenangan juga rintangan yang harus dilewati. Satu lagi yang lebih menyebalkan, Potter memberi tahu Dumbledore -atau lebih tepat nya berteriak terpat diwajah Dumbledore kalau Voldemort telah kembali. Sungguh? Dia sudah musnah, Salazar! Kapan Potter bisa menggunakan otak nya?

"Ku lihat Slytherin masih berlatih, Mr. Malfoy," Draco menghentikan langkah, menoleh ke kiri dan mendapati Madam Pince tengah duduk di meja nya sambil menulis.

"Ya, aku mengakhiri sesi latihan ku. Aku benci murid perempuan. Sepertinya mereka berniat membuat telinga ku berdarah," jawab Draco dengan mata menyipit mengingat cewek-cewek yang selalu meneriakkan kata-kata konyol ke arah nya.

Hal yang tidak banyak diketahui, Draco sering kali berbincang ringan dengan madam Pince, penjaga perpustakaan. Itu terjadi karena Draco sering menghabiskan waktu di perpustakaan. Terdengar seperti Granger, cibir nya sendiri. Tapi, ia suka berbincang dengan madam Pince karena menurut Draco, yang satu ini tidak buruk. Madam Pince bukan tipe orang yang slalu ingin tau tentang masalah Pribadi. Ia hanya menanyakan hal yang sudah jelas, seperti latihan Quidditch nya tadi. Dan tentu saja, madam Pince adalah orang yang bisa di percaya untuk menjaga rahasia. Itu terbukti karena sampai sekarang, rahasia nya tentang melempar kertas kepada Granger di tahun ke-2 tentang Basilisk dan juga yang pertama kali menemukan Granger membatu masih aman.

Madam Pince mengangguk singkat, "baiklah, semoga kau menemukan apa yang kau cari."

Draco berjalan-jalan di sekitar rak, membaca sekilas judul yang sudah agak terkelupas di setiap punggung buku yang ia lewati. Ia menghentikan langkah sambil mengulurkan tangan ke arah sebuah buku yang letaknya agak tinggi. Well, itu bukan masalah. Para Malfoy memiliki pertumbuhan genetik yang bagus. Jarinya sibuk membolak-balik halaman buku berjudul Quidditch Dari Masa Ke Masa seraya melangkah ke meja paling belakang yang berada di sudut perpustakaan. Tempat yang biasanya digunakan untuk Seperti-Yang-Kau-Tau oleh para murid lain. Bukan nya Draco ingin melakukan hal itu sekarang! Ia berharap itu kosong sehingga dia bisa menempati nya untuk menyendiri.

Amor Aeternus √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang