AA•9

726 95 9
                                    

Akhir pekan ini Draco memilih untuk tidak pergi ke Hogsmeade dan menghabiskan waktunya duduk termenung tanpa tujuan -lagi- di depan danau hitam. Air dihadapannya sesekali mengeluarkan gerakan kecil. Mungkin karena cumi-cumi raksasa yang tinggal didasar nya. Ia tidak pernah penasaran dengan penghuni bawah danau itu. Tidak, tentu saja tidak, karena ia sudah melihat hampir seluruhnya melalui jendela yang ada di common room Slytherin.

Nafasnya berhembus pelan, rasanya ia putus asa. Tidak bersemangat, seperti penyihir yang kehilangan tongkat. Padahalkan bisa beli lagi, tapi tetap saja rasanya agak beda. Yang pertama itu istimewa, sahut nya atas pemikiran sendiri. Beginilah kegiatannya setiap hari, berfikir, menyimpulkan lalu membantah diri sendiri. Tapi tetap saja ia mengulangi kegiatan itu. Entah sejak kapan dia mulai berbicara dan marah pada pikirannya sendiri yang hampir tidak pernah beriringan dengan hati nya. Ia bahkan tidak tahu ini hari kamis ke berapa dalam bulan ini. Atau, ini sudah masuk bulan baru? Tidak peduli.

Tangannya bergerak mencabuti rumput di sekitarnya. Draco duduk dengan menyilangkan kaki, dan tangan kiri yang menopang pipi.

"Sialan," gumam nya pelan tidak untuk apapun. Belakangan ini dia sangat suka mengumpat dengan atau tanpa alasan.

"Think I'm getting butterflies. But that's really, Something telling me to run away."

Ia mengakhiri lagunya. Entah bagaimana dia jadi membuat lagu. Tidak juga, dia hanya mengungkapkan beberapa kalimat yang sedang di rasakannya dengan menambahkan nada didalamnya.

"No, Halo. Well mate, I'm the reason why us so hot,"

"Menjijikan" Alisnya berkerut jijik mendengar Theo yang menyambung lagu nya dengan lirik menggelikan.

"Sly-the-rin," tambah Blaise mengeja setiap susu kata.

"Jangan kau juga, Blaise," Draco memutar mata nya.

"Hei, Mate. I'm the reason why bad so fun. Us so hot, oh so.." sambung Theo menghentikan kalimatnya sambil tersenyum menggoda dan mengedipkan mata sebelum melempar diri sendiri duduk disebelah Draco.

Ia mengalihkan pandangan dari kedua teman nya. Kembali memilih menyanggah dagunya di kedua tangannya yang terlipat di atas lutut yang tertekuk ke arah dada. Terkutuklah, Theo dan Blaise karena mengacaukan lagu dan suasana hati nya.

Draco menggeram tertahan, "jangan menatap ku!" Tegas nya tanpa menatap kedua teman nya.

"Cukup! Sudah hampir tiga minggu kau seperti ini," ujar Blaise terlihat kehilangan harapan.

"Sejak kapan kau bekerja menjadi penghitung hari-hari ku?" sindir Draco.

"Malf—"

"Diam, Blaise. Aku sedang tidak punya apapun untuk di bicarakan."

"Aku punya," Theo menyahut dengan suara dalam.

"Selamat untuk mu," ucap Draco sama sekali tidak peduli.

"Aku suka Granger. Sejak terakhir kali kami bicara di toilet itu."

Nafas nya tertahan, ia menoleh ke arah Theo dan mendapati cowok itu masih santai-santai saja. Dia harus mengakui atas semuanya, Theo memang sangat menyenangkan dan pandai mendapatkaan perhatian perempuan. Satu-satunya hal yang Draco miliki hanya ketampanan wajah dan Theo juga tidak sejelek troll gunung ditahun pertama. Tapi, Granger adalah incaran nya! Ia sudah berusaha selama ini, berbulan-bulan. Apakah mungkin Granger lebih memilih Theo? Mungkinkah Granger lebih suka dengan Theo yang humoris dan menyenangkan? Draco jelas tidak seperti Theo. Ia lebih tidak peduli pada apapun yang tidak seharusnya dipedulikan. Sialan, Theo.

Amor Aeternus √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang