"Hei, tidak ada yang salah dengan menangis," Hermione mengusap pelan pipi Draco ketika melihat raut wajah yang menunjukkan rasa sakit. "Kita masih bisa berdansa."
"Kau tidak seharusnya melakukan ini pada ku, Granger. Kau seharusnya meneriaki ku, lari dari sini dan menjauh selamanya."
"Lihat aku," ujar Hermione mengusap pipinya karena setetes air mata baru saja terjatuh disana, "aku menangis. Kita bisa menangis bersama. Rasanya lega bisa mengeluarkan sesuatu yang selama ini menekan dada mu."
"Kau tidak menjawab ku."
"Aku seorang Gryffindor, Malfoy. Aku tidak menghindar apalagi lari menjauh. Aku mendatangi, berusaha sedekat mungkin sebelum akhirnya menyerang dan menang," jelas Hermione membawa kedua kakinya terlipat di atas sofa. Draco tersenyum, tapi tidak ada air mata.
Draco menggeleng pelan. Raut wajahnya sendu dan tersenyum lirih, "kau tidak seharusnya bersama ku bahkan untuk satu detik."
"Tidak, aku harus karena kau telah menolak ajakan ku ke pesta Halloween profesor Slughorn," Hermione menjawab dengan nada bicara yang biasanya ia tunjukkan ketika menjawab pertanyaan di kelas, "dan karena itu aku harus menderita karena berakhir dengan Cormac McLaggen."
Hermione tertawa palsu, Draco tahu itu dan ia hanya menatap mata hazel yang berkilau tertimpa air mata.
"Granger, aku seorang pelahap maut."
"Malfoy aku ingin berdansa," ucap Hermione berusaha mengalihkan pembicaraan dan menampik fakta yang sudah memukulnya dengan telak. Ia menghapus kasar air mata yang menetes,"Hanya satu lagu."
Akhirnya ia mengiyakan ajakan Hermione. Sejak tadi Draco mengeraskan rahangnya untuk menguatkan diri melihat Hermione yang disetiap kalimatnya selalu mengusap kasar air mata yang hendak jatuh. Bahkan gadis itu sesekali berkedip cepat dan mendengak agar air matanya tidak jatuh ketika sedang mencari sebuah piringan hitam yang akan mengiringi mereka untuk berdansa.
"I find it," ucap Hermione sambil mengangkat sebuah piring hitam yang berada dalam kotaknya. "Ini favorit ku dan Ginny sejauh ini."
"Apa judulnya?" Tanya Draco berusaha antusias dan ikut berpura-pura atas segalanya.
"Merry Go Round of Life from Howl'ss Moving Castle," jawab Hermione fokus menempatkan piring itu di pemutar musik— gramophone.
Dentingan pelan piano mengawali lagu yang terputar dari piringan hitam disusul dengan gesekan biola. Draco bangkit dari duduknya, mendekat pada Hermione yang menatap benda berputar itu dengan sendu.
Ia menyentuh lembut pinggang Hermione, memutar gadis itu agar menatapnya. Tangan kanan Draco bergerak untuk menghapus setetes lagi air mata yang menerobos keluar hingga akhirnya membimbing kedua tangan Hermione untuk melingkari lehernya. Lagu yang di pilih Hermione tidak memiliki tempo yang terlalu lambat, tapi waktu terasa hampir tidak bergerak sama sekali. Mereka terus menggerakkan kaki, melangkah pelan mengikuti irama lagu. Pada alunan tertentu Hermione berputar dengan tangan mereka yang terangkat. Draco akan meraih pinggang Hermione di akhir putaran, memeluk dengan erat untuk memangkas sekecilpun jarak yang mungkin masih tersisa.
Menjelang akhir, alunan musik menjadi lebih bergairah dan cepat. Seperti bisikan mantra yang masuk melalui udara, Draco merasa sesuatu kembali menekan dadanya seiring langkah mereka yang di setiap ketukan menjadi lebih cepat. Apa yang ia rasakan, seolah menyatu dengan musik itu, rahangnya mengeras dan nafasnya memburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Aeternus √
Fanfiction°° ORIGINAL PUBLISHED °° Start : 25 Desember 2021 Finish : 02 April 2022 __________________________ Draco berencana membuat Hermione menyukainya, agar ia bisa memastikan balasan dari apa yang ia rasakan. Dibantu dengan kedua temannya, Blaise dan T...