AA•27

490 53 3
                                    

Draco menatap langit-langit Hospital Wings dari tempatnya berdiri. Ini adalah waktunya, bisiknya pada diri sendiri lantas bangkit dan pergi dari ranjang Hospital. Ia bergegas menuju ruang kebutuhan untuk memeriksa lemarinya dan kembali berjalan menuju menara astronomi.

Tidak ada siapapun disana, ia menunggu hingga Dumbledore datang. Berdiri bersandar di benteng, dengan wajah sangat pucat pasi. Tidak lama untuknya harus menunggu, dalam kegelapan menyaksikan Dumbledore datang dengan Potter. Ia mencari waktu yang pas, menunggu Potter pergi dan langsung melucuti senjata pria tua itu. Dumbledore tidak menunjukkan tanda-tanda panik ataupun bingung. Dia hanya memandang Draco dan berkata, "Selamat malam, Draco."

Ia melangkah maju, memandang ke sekitarnya dengan cepat. Ia harus berpura-pura, ia dan Dumbledore hanya berdua saja. ia bersyukur pada kemampuan Occlumency-nya. Retina abu itu memandang sapu kedua.

"Siapa lagi yang ada di sini?"

"Pertanyaan yang bisa juga kuajukan kepadamu. Atau apakah kau bertindak sendiri?"

"Tidak," katanya. "Saya punya pendukung. Ada Pelahap Maut di sini di sekolah Anda malam ini."

"Wah, wah," kata Dumbledore, seolah Draco sedang memperlihatkan kepadanya PR
proyek yang ambisius. "Sungguh bagus sekali. Kau menemukan cara untuk memasukkan mereka, rupanya?"

"Yeah," kata Draco, yang terengah. "Tepat di depan hidung Anda dan Anda tak pernah menyadarinya!"

"Sungguh banyak akal," kata Dumbledore. "Tapi ... maaf ... di mana mereka sekarang? Kau tampak tak terkawal."

"Mereka bertemu beberapa penjaga Anda. Mereka sedang bertempur di bawah sana. Tak akan lama lagi ... saya keluar lebih dulu. Saya—saya punya tugas yang harus saya laksanakan."

"Nah, kalau begitu, teruskan dan laksanakan tugasmu, Nak," kata Dumbledore lembut.

Sunyi. Draco tidak melakukan apa-apa kecuali
memandang Albus Dumbledore, yang tak bisa dipercaya, tersenyum. Bukan hanya para Pelahap Maut yang berperang dibawah sana, hati dan pikiran Draco juga berperang dalam dirinya.

"Draco, Draco, kau bukan pembunuh."

"Bagaimana Anda tahu," kata Draco cepat.
Rupanya kali ini pikirannya akan mengalahkan hatinya.

"Anda tak tahu saya sanggup berbuat apa saja," kata Draco, lebih kuat, "Anda tak tahu apa yang telah saya lakukan!"

"Oh, ya, aku tahu," kata Dumbledore lunak. "Kau nyaris membunuh Katie Bell dan Ronald Weasley. Kau mencoba, dengan keputusasaan yang semakin meningkat, untuk membunuhku sepanjang tahun ini. Maafkan aku, Draco, tapi usaha-usahamu itu lemah... sangat lemah, jujur saja, sehingga aku bertanya-tanya sendiri apakah kau melakukannya dengan sepenuh hati ..."

"Dengan sepenuh hati!" kata Draco emosi, "Saya mengerjakannya sepanjang tahun, dan malam ini-"

"Ada yang melawan dengan gigih," kata Dumbledore sambil lalu. "Tapi tadi kau
mengatakan ... ya, kau berhasil memasukkan Pelahap Maut ke dalam sekolahku, yang, harus kuakui, kupikir tidak mungkin ... bagaimana kau melakukannya?"

Namun Draco tidak berkata apa-apa. Dia masih mendengarkan apa pun yang terjadi di bawah. Teman nya, dan Granger. Gadis itu adalah penyihir hebat di masa ini. Dia akan baik-baik saja, tidak perlu memberikan perhatian lebih karena sekarang yang harus ia perhatikan adalah tugasnya sendiri yang sudah mencekiknya sepanjang tahun.

"Barangkali kau harus melanjutkan melaksanakan tugasmu sendirian," saran Dumbledore. "Bagaimana kalau pendukungmu berhasil dirintangi oleh penjagaku? Seperti yang mungkin telah kau sadari, ada anggota-anggota Orde Phoenix juga di sini malam ini. Lagi pula, kau tidak memerlukan bantuan ... aku tak punya tongkat sihir saat ini ... aku tak bisa membela diri."

Amor Aeternus √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang