AA•6

862 123 21
                                    

Hermione mendesah kesal di kamar mandi anak perempuan yang ada dalam asrama Gryffindor. Ia benci PMS karena itu benar-benar tidak nyaman. Tatapan nya tertuju pada sekotak Tampon yang tadi ia bawa, lalu meraih nya. Mengambil satu dari itu lalu memakai dengan agak kesal.

Setelah selesai dengan Kegiatan-menyebalkan-setiap-bulan, ia melangkah keluar, membawa kembali sekotak tampon milik nya. Sambil berjalan menuju kamar anak perempuan, Hermione memilih untuk mengingat kembali kejadian tadi.

Jenggot Merlin, bagaimana bisa para Slytherin bersikap baik pada nya? Sekali lagi, bersikap baik dan khawatir pada nya yang Muggle-born. Kaki nya mulai menaiki tangga yang akan membawa nya ke kamar. Mata nya sibuk mengamati kotak tampon yang ia pegang sementara pikiran nya masih berkecamuk. Para Slytherin itu pasti memiliki niat tertentu, kan? Tidak mungkin para penggila Pure-Blood seperti mereka dengan suka rela menolong dia, terutama Malfoy, tambah nya dalam pikiran.

Tapi, dari ketiga ular itu seperti nya Malfoy yang paling pandai memainkan peran. Lihat saja, berkat si pirang itu Hermione berhasil menahan rasa sakit dari keram perut nya meski sesekali tidak tertahankan. Jujur saja, ternyata Malfoy cukup menyenangkan di ajak bicara. Dan fakta nya itu berhasil mengalihkan Hermione dari rasa sakit.

Baru saja membuka pintu dan melangkah masuk, ia dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba menyerukan nama nya. Dan karena itu ia menjatuhkan kotak tampon.

"Apa itu?" tanya Malfoy sambil berjalan mendekat. Dengan cepat Hermione langsung mengambil kembali kotak tampon yang tergeletak lalu menyembunyikan nya di balik punggung.

"Wah, ternyata kau pelit ya Granger."

Ia mengerutkan alis, pelit??

"Kau tidak ingin berbagi biskuit dengan ku? Baiklah, lagipula aku bisa membeli seratus yang seperti itu," ujar pirang Malfoy ke arah ranjang nya.

Tunggu, Biskuit? Dia pikir tampon ini biskuit?! Ia menggigit pipi bagian dalam nya, berusaha menahan tawa. Tapi akhirnya ia menyerah dan mulai terbahak-bahak.

"Apakah sakit bulanan mu berhubungan dengan otak dan kejiwaan?"

Hermione menarik nafas nya beberapa kali sebagai upaya menghentikan tawa nya. Astaga para Malfoy benar-benar buta, pikirnya. Masih dengan tangan yang berada di belakang punggung, ia melangkahkan kaki ke arah lemari nya dan menyimpan kotak itu dengan senyuman geli.

"Nah, ngapain kau ada disini? Ku fikir kau mengembalikan sapu yang tadi kau pinjam," tanya Hermione sedikit mendorong Malfoy dari posisi duduk di atas ranjang nya.

Draco bergeser ke ujung ranjang, sejujurnya ia tidak perlu bergeser terlalu jauh karena akan bagus kalau dia dan Hermione berdekatan. Tapi untuk mengambil perhatian Granger, ia memilih bermain halus. Jadilah ia bergeser agak jauh sehingga tercipta jarak diantara mereka.

"Ku lihat Mood mu sudah lebih membaik," jawab Malfoy sama sekali tidak nyambung dengan pertanyaan Hermione sebelumnya.

Hermione memutar mata nya malas sementara Draco berjalan ke sekeliling kamar. Nah dimana kewarasan nya saat ini karena Demi-celana-dalam-Merlin ia membawa bahkan membiarkan Malfoy berkeliling kamar nya. Baiklah, kamar para murid cewek Gryffindor. Tangan nya terulur mengambil bantal lalu meletakkan nya di atas pangkuan. Memandangi Malfoy yang tengah membuka-buka perkamen di meja Lavender. Astaga pirang itu benar-benar memiliki tingkat penasaran- dan ketidaksopanan, yang tinggi.

"Tulisan mu jelek," Cibir Malfoy sambil mengangkat perkamen yang di pegang nya tinggi-tinggi, "aku sampai tidak bisa membaca nya. Serius, Granger? Ini tulisan mu di tahun berapa sih? Seingat ku tulisan mu di tahun ke empat tidak seburuk ini."

Amor Aeternus √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang