Sania cerita 1

697 33 1
                                    

Gambaran pertama di saat cerita bermula adalah seorang gadis berseragam SMA yang tengah berlari menuruni tangga dalam keadaan yang sudah rapi.Di susul di belakangnya seorang pria berseragam sama yang berlari mengejarnya dengan raut wajah panik.

"Jalan lari Saniaaa astagaa ni bocil satu...."Teriakan panik bercampur geram tersebut mengiringi langkah kaki Sania yang semakin menambah kecepatannya menuruni tangga.

Gadis berambut hitam yang dikuncir itu nampak tertawa riang sembari mendaratkan pantatnya pada kursi meja makan.Di sana sudah ada kedua orang tuanya dan ketiga kakaknya yang lain.Sedangkan pria yang sedari tadi mengejarnya baru saja sampai di ruang makan dalam keadaan sesak nafas akibat lelah berlari.

Tuk

"Awsss sakit bang."Ringis Sania ketika sendok melayang mengenai keningnya.Terlihat kakak ketiganya yang sedang menatapnya tajam yang dibalas cengiran konyol khasnya.

"Dibilang jangan lari kalau turun tangga.Kamu mau jatuh lagi seperti bulan lalu?"

Memang,sebelumnya Sania sempat terjatuh dari tangga rumahnya.Kala itu Sania yang akan melaksanakan ulangan matematika di sekolahnya bangun terlambat.Itu semua karena malamnya gadis itu menyempatkan untuk menamatkan novel yang dibacanya.Jadilah ia dengan terburu-buru menyelesaikan ritual paginya kemudian menuruni tangga sambil berlari.Hingga kaki kirinya tersandung di kaki kanannya sendiri mengakibatkannya menggelinding ke bawah.

Hal itu membuat semua keluarganya kelimpungan dan segera membawanya ke rumah sakit.Mulai hari itu sikap protektif keluarga terutama para kakak-kakanya semakin meningkat.

"Hehe ... maaf bang lupa.Sania kan cuma manusia biasa yang bisa mengalami yang namanya lupa."

"Cih,alasan lo bocil."Celetuk pria yang mengejar Sania tadi tak tahan untuk tidak mencibir.

Anggota keluarga lainnya yang melihat drama pagi di antara mereka hanya menggeleng kepala prihatin.Wanita paruh baya yang mengambil peran sebagai pemimpin kedua keluarga tersebut mengeluarkan suara lembut yang disukai keturunan maupun pasangannya.

"Sstt.. tidak baik bertengkar di depan makanan.Sebaiknya kalian cepat makan nanti terlambat ke sekolah dan ke tempat kerja."

Mendengae titah penuh kelembutan tersebut membuat mereka yang ada di sana segera memakan makannya masing-masing dalam keadaan hening.Tak berselang lama satu persatu dari mereka telah selesai dengan sarapan paginya.Lima bersaudara yang terdiri dari empat laki-laki dan satu perempuan itu berdiri dari duduknya dan dengan berurut mencium punggung tangan kedua orang tua mereka.

Arthur selaku putra pertama keluarganya maju terlebih dahulu dan menyalim tangan ayahnya dengan wajah dinginnya kemudian beralih pada ibunya.

"Jangan terlalu paksakan diri kamu bekerja Thur.Kalau ada yang kamu gak ngerti tanyakan sama papa jangan biasakan menyimpan kesulitanmu sendiri."Wanita paruh baya itu tersenyum hangat dibalas senyuman tipis oleh putra sulungnya.

Kemudian pria berjas putih dengan name tag Satria menyimpan koper jinjingnya di meja lalu mencium tangan ayahnya kemudian tangan ibunya.

"Satria kamu harus jaga kesehatan.Jangan sampai kamu yang berprofesi sebagai perawat malah balik jadi kamu yang dirawat."

"Iya."Satria menjawab dengan wajah yang hampir sama dengan kakaknya,Arthur.Namun senyumnya nampak sedikit lebih lebar.

Setelahnya Arthur dan Satria pergi menggunakan mobil masing-masing karena tujuan yang mereka tuju juga berbeda.Seperti Satria yang menuju rumah sakit tempatnya bekerja dan Arthur yang menuju ke perusahaan cabang dari perusahaan pusat milik sang ayah.

Kini tersisa tiga anak berseragam sama serta seorang pria paruh baya yang tengah berpamitan kepada sang istri.

"Hati-hati di jalan ya pah,nanti siang mama bawain makanan."

"Iya sayang.Kamu jaga diri baik-baik di rumah.Pekerjaan biar pelayan yang kerjain kamu tinggal leha-leha aja.Papa gak mau mama kecapean."

Sania beserta kedua kakaknya memutar bola mata malas melihat adegan yang hampir setiap hari mereka saksikan.Saking seringnya mereka sampai hafal adegan selanjutnya.

Dapat mereka pastikan jika setelah ini ayahnya akan mencium seluruh wajah ibunya tanpa terkecuali dan ditutup dengan pelukan selama 5 menit.

Muah

Kan--

"Mama papa Sania pamit."Sania mencium pipi Ibunya dan mencium tangannya kemudian berlari keluar.Malas melihat adegan kedua orang tuanya yang kelewat romantis.

Melihat sang adik berlari keluar terlebih dahulu membuat dua pria yang tersisa mengikuti kegiatan Sania yaitu pamit kepada kedua orang tuanya dan ikut berlari keluar.

Di mobil yang memang dikhusukan untuk mereka bertiga berangkat ke sekolah sudah ada Sania yang duduk nyaman di kursi belakang.

Arsen yang merupakan putra ketiga membuka pintu mobil dan duduk di balik kemudi berlanjut dengan Alkana yang duduk di sampingnya.


Tbc.

Mengganti Kepribadian JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang