Part 5

345 20 12
                                    

Setelah menarik tangan Lauren, ternyata Alvaska mengajak Lauren di taman sekolah.

Sampainya ditanam tersebut Alvaska memandang dan langsung memeluk tubuh mungil itu, akhirnya dia dapat memeluk gadis itu untuk pertama kalinya, iya pertama kalinya.

Kenapa Alvaska tidak bergerak dari dulu? Kenapa dia hanya memantau dari jauh? Karena dulu Alvaska disibukan dengan kerjaan kantor dan sekolahnya bayangkan diumur yang masih muda dia sudah mengambil alih kantor papanya. Dan jalan satu-satunya adalah dengan memantau gadis itu dari jauh.

Satu lagi dikamar laki-laki tersebut banyak sekali foto Lauren, bahkan hampir setiap sudut rumah, segitunya. Kalo seperti itu apakah bisa dibilang obsesi?

Back to topic, Lauren kaget bukan main pasalnya laki-laki itu dengan gerakan tiba-tiba memeluknya, apakah mereka saling kenal?

"I miss you." Ucap Alvaska lirih. Namun didengar oleh Lauren. Alvaska semakin mengeratkan pelukannya dan memasukkan kepalanya di leher Lauren menghirup Harun gadis itu rakus.

"K-kak kayaknya kakak salah orang deh." Jawan Lauren pelan. Sontak Alvaska menegakkan badannya dan tidak percaya gadis itu tidak kenal dengannya, dia melupakannya.

"Apa? Kamu melupakan ku Zela." Ucap Alvaska dengan nada dingin dengan mata elangnya, cepat sekali laki-laki ini berubah.

"Zela?" Tanya gadis itu, sangat familiar di telinganya.

"Aku Aska, kau lupa? Tujuh tahun tidak bertemu kau lupa!" Bentak Alvaska, cepat sekali gadis ini melupakannya, betewe tujuh tahun itu lama pak.

Lauren kaget sekaligus takut pertama kali ini dia dibentak oleh laki-laki yang sama sekali dia tidak kenal, siapa tadi Aska? Lauren berusaha mengingat siapa Aska namun sia-sia dia tidak ingat apa-apa.

Ayo Ka harus kontrol emosi, jangan buat Zela takut, batin Alvaska. Dia menyerahkan permen dari Lauren yang sudah lama itu.

Lauren menautkan kedua alisnya maksudnya apa? Permen? Dia tidak paham.

"Ck ini permen yang kamu kasih buat aku tujuh tahun lalu di pinggir danau." Jelas Alvaska sampai matanya melotot.

Dan ya, Lauren baru ingat ternyata Alvaska yang ada didepannya ini adalah Alvaska yang dulu dia kasih permen, masih utuh pula.

"Kakak beneran kak Aska?" Tanya Lauren meyakinkan, pasalnya sejak terakhir bertemu di danau dia tidak lagi bertemu dengan laki-laki ini.

"Menurutmu?" Jawab Alvaska ketus.

"Aku engga percaya kalo kakak itu kak Aska." Balas Lauren, please jangan memancing emosi dia.

"Kamu masih engga percaya? Bisa-bisanya." Geleng Alvaska haruskah dia menjedotkan kepala Lauren ke dinding?

Diluar dugaan Lauren menubruk badan Alvaska dan memeluknya, oh ternyata dia laki-laki yang selalu dia tunggu di danau itu.

Dia selalu menunggu Alvaska di danau hanya untuk menanyakannya bakar dia, dan apa alasannya dia bersedih waktu itu.

Alvaska dengan sigap mengimbangi tubuhnya, dia kaget namun juga senang, dengan senang hati dia membalas pelukan gadis itu dengan erat.

"Aku selalu nunggu kakak di danau itu, kenapa kakak engga pernah datang?" Suara gadis itu tengelam kerena dia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Alvaska.

"Maaf waktu itu aku sibuk." Ada rasa tak enak di hati Alvaska, seharusnya dia tidak mementingkan pekerjaannya.

"Kakak waktu itu sedih karena apa?" Tanya Lauren mendongkrakkan kepalanya.

Alvaska tersenyum "Duduk dulu nanti aku cerita." Ujar Alvaska mengiringi Lauren duduk di bangku taman tersebut.

Setelah selesai dia menceritakan semuanya ke pada Lauren, Lauren malah meminta maaf karena dia tidak tau hal tersebut.

"Jangan minta maaf terus." Ucap Alvaska lembut membelai pipi Lauren yang dibasahi oleh air matanya. "Jangan nangis!"

"Engga nanggis kok." Jawab Lauren, mata sembab dan hidung merah membuat kesan lucu di mata Alvaska.

"Kak, udah bel dari tadi. Aku mau balik ke kelas." Pamit Lauren. Namun mendapatkan penolakan dari laki-laki itu, Alvaska malah semakin menempel dengannya.

"Ihh kak Aska denger gak sih?" Kesal dengan sifat Alvaska, kayanya galak? Kok ini engga.

"Engga usah masuk kelas." Ucap Alvaska.

"Bentar lagi mau ujian ya kali aku engga masuk kelas." Bantah Lauren. "Kakak juga kalo berangkat sekolah seenaknya."

"Suka-suka dong, kan aku pemilik sekolah." Jawan Alvaska, menyebalkan.

"Terserah." Alvaska suka ketika gadis itu merah, bukan menyeramkan namun terkesan lucu.

Akhirnya hari ini Alvaska dapat memeluk gadis itu.

***

Sera terdiam dengan apa yang dilakukan oleh Zidan kepadanya, Zidan tidak tau apa kalo Sera mudah baper?

Setelah bel masuk berbunyi semuanya bubar, banyak yang iri dengan Sera, Rayya pun malah berlari ke toilet entah untuk apa, sedangkan Sera masih mematung di tengah lapangan sendirian.

"Astaghfirullah jantung cuma digituin sama buaya, mudah sekali baper." Ucap Sera menepuk pipinya beberapa kali.

"T-tapi aaa pengen teriak!!" Sera mengigit bibirnya menahan senyum, agaknya sudah tidak waras dia.

"Aduh kak Zidan apa-apa sih? Kamu juga Ser buaya di ladeni." Maki Sera kepada diri sendiri.

Dia berjalan sempoyongan seperti mabuk, namun berbeda dia bukan mabuk minuman alkohol namun mabuk gombalan Zidan.

Di toilet sekolah terdapat Rayya yang sedang membasuh mukanya.

"Kenapa bisa kepergok sih Ray? Malu kan sekarang? Udah itu Sera mulutnya ember banget." Ucap Rayya menatap dirinya di pantulan cermin.

"Tapi ini juga salah kak Lintang kenapa dia genteng banget?" Ujar Rayya tersenyum sendiri.

"Andai kalo kak Lintang pacar aku pasti aaa gak bisa bayangin.." halu Rayya memang sudah terlalu tinggi.

"AAAA!" teriak Rayya bak kesetanan, padahal cuma menghalu berpacaran dengan Lintang.

"Eh ada apa nak?" Petugas kebersihan kaget yang mendengar teriakan Rayya.

Mampus "I-itu tadi ada kecoa pak. Saya permisi." Pamit Rayya langsung berlari, Astaga Rayya, batinnya.

***

"Kamu tidak cemburu ada seseorang yang suka padaku cantik?" Ucap lirih seorang laki-laki sambil menatap foto perempuan di tangannya, setelah itu dia memandang langit yang cerah.

***

Next??
Spam Next!

Update lagi dong🥳 kalo gini tolong jadi pembaca yang bijak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Update lagi dong🥳 kalo gini tolong jadi pembaca yang bijak!

Se you next part><

ALVASKA HYEDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang