Part 4

319 26 16
                                    

Hari sudah berganti, terlihat tiga gadis sedang berjalan beriringan menuju kedalam kelas, siapa lagi kalau bukan Lauren, Sera dan Rayya.

Mereka sempat membuat janji untuk berangkat sekolah bersama-sama.

"Eh iya aku denger-denger nanti anak pemilik sekolah mau datang." Ucap tiba-tiba Sera dan membuat mereka bertiga berhenti.

Langsung saja Lauren dan Rayya menatap Sera, "Maksud kamu kak Alvaska? Sendirian? tumben." Jawab Rayya bertubi-tubi. "Iya. Gak tau sendiri atau engga,"

"Kak Alvaska yang mana sih?" Dikarenakan Alvaska jarang sekali masuk sekolah bahkan bisa terhitung dua bulan sekalin atau satu tahun dua kali, mentang-mentang anak pemilik sekolah.

"Ihh yang itu loh, waktu kita most dulu kamu gak sengaja ngelempar batu terus kena di badan dia." Ucap Sera menatap Lauren.

"Bentar-bentar oh iya aku inget, inget banget malah." Lauren membayang adegan satu tahun lalu dimana dia tidak sengaja melempar batu ke punggung Alvaska.

"Jangan-jangan dia kesini, karena dendam sama kamu Lau." Tebak Sera yang membuat tubuh Lauren menegang.

"Gak mungkin deh, buktinya dulu dia engga marah tuh pas tau kalo Lauren yang ngelempar batu itu." Sambung Rayya, memang awalnya Alvaska marah saat punggungnya terkena batu walau tak sakit namun itu memancing emosinya. Anehnya setelah tau siapa yang melempar batu itu Alvaska tidak jadi marah, hal itu membuat warga sekolah tercengang. Alvaska yang dikenal dengan emosionalnya, anti pacaran maupun dekat dengan wanita, bahkan tidak ada gadis yang mau mendekatinya, segitunya sekali. Karena mereka semua sayang nyawa.

"Bisa jadi dulu kak Alvaska cuma pura-pura engga marah." Bukannya mengiyakannya Sera malah semakin membuat Lauren takut, apa kah itu benar?

"Kalian bikin takut aku tau gak? Kalo beneran masih marah aku harus gimana dong? Lagian juga waktu itu aku engga sengaja." Resah Lauren detak jantungnya tiba-tiba bergerak tidak teratur.

"Sera bikin panik Lauren aja deh." Rayya mengusap bahu Lauren, bermaksud menenangkan Lauren.

"Eh maaf-maaf bukan bermaksud begitu, aku cuma nebak aja." Jawab Sera merasa tidak enak hati atas ucapannya.

"Engga papa Ser, kamu engga salah." Jawab Lauren.

"Logikanya gini deh, kalo kak Alvaska marah harusnya kamu pasti bakal di marahin saat itu juga tapi saat kejadian itu kak Alvaska engga kenapa-kenapa tuh." Ujar Rayya meyakinkan.

"Iya juga ya, aneh." Jawab Sera.

"Udah mau bel kita masuk kelas yuk." Ajak Rayya mengalihkan pembicaraan dan diangguki Lauren dan Sera.

Sepanjang perjalanan ke arah kelas Lauren memikirkan ucapan Sera tadi, Apakah yang dibilang Sera tadi benar? Semoga saja tidak.

Namun mendengar nama Alvaska seperti tidak asing di dirinya.

***

Tiga mobil sport memasuki kawasan sekolah, mobil yang sudah lama tidak muncul di sekolahan itu. Ya siapa lagi kalau bukan Alvaska, Zidan dan Lintang, sontak saja hal itu menjadi pusat perhatian.

Jarang-jarang mereka datang ke sekolah, sekalinya datang bikin geger satu sekolahan.

Alvaska, Zidan dan Lintang turun dari mobil dengan seragam lengkapnya, mereka bertiga melirik ke arah sekitar masih sama tidak ada yang berubah.

Kalian tau jiwa-jiwa fuckboy Zidan meronta-ronta, sudah lama tidak masuk sekolah setelah enam bulan atau setengah tahun sekolah ini makin banyak cecan saja.

ALVASKA HYEDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang