Part 9

256 16 19
                                    

Happy reading^^

••☁️••

Setelah kejadian tadi Alvaska mengantar Lauren kedalam kamarnya dan mengobati luka telapak tangan gadis itu karena ulahnya. Lauren tetap diam tanpa suara, dia masih takut dengan kejadian tadi matanya masih berkaca-kaca serta sembab dengan pandangan kosong lurus ke depan.

Kamar yang sangat luas dan sangat rapi, wangi khas laki-laki tersebut yang semerbak dikamar ini dan jangan lupa banyak foto Lauren di mana saja.

"Sudah selesai, sekarang istirahatlah." Alvaska membereskan kotak P3K dan mengembalikan ke tempat semula. Dia tidak mendengar jawaban dari Lauren.

Hembusan nafas panjang keluar dari mulut Alvaska, Lauren tidak menjawabnya membuat hatinya sedikit ngilu dan merasa bersalah. Dia berjongkok dan mulai menggenggam kedua tangan Lauren pelan "Maaf." Satu kata keluar dari mulut Alvaska, dia memandang wajah Lauren yang menunduk.

"Zela lihat mata aku!" Alvaska menarik dagu Lauren untuk menatapnya.

"Maaf." Ucap Alvaska tulus "Istirahatlah."

"Atau mau makan?" Tawar Alvaska.

Lauren menggeleng dia hanya ini pulang, dia takut dengan laki-laki yang di depannya ini. "Mau pulang." Jawab Lauren pelan takut nanti Alvaska marah lagi padanya.

"No!" Jawab Alvaska cepat, dia mengusap lembut lengan Lauren.

"Kakak kenapa sih? Aku ada salah apa sama kakak? Aku cuma mau pulang!" Jawab Lauren dia sudah lelah ingin sekali dia mencakar wajah Alvaska. "Aku bilang tidak ya tidak Hazela!" Jawab Alvaska.

"Kakak siapa aku sih? Jangan seolah-olah kakak punya hak untuk mengatur diriku!" Entah Lauren dapat keberanian dari mana sehingga berani membentak Alvaska. Alvaska tersulut emosi dengan apa yang diucapkan oleh Lauren.

"Jangan membentak ku Hazela!" Balas Alvaska tak kalah lantang tangannya mengepal kuat hingga memutih. Lauren spontan menunduk, dia kaget dengan bentakan Alvaska. "Jangan membuatku melakukan hal yang sama Zela!" Nafas Alvaska memburu dia ingin mengatur emosinya agar tidak terpancing namun gadis di depannya sangat memancing emosi.

"Istirahatlah."

Sebelum pergi Alvaska mengusap lembut puncak kepala Lauren, setelah itu dia keluar dari kamar dan tak lupa menyuruh bodyguard untuk menjaga di depan kamarnya dan sekeliling mansionnya.

Dia hanya butuh pelampiasan emosinya, Alvaska takut jika terus-terusan berada di dekat gadisnya dia akan melukainya lagi.

"Megan tolong awasi gadisku selama aku pergi!" Perintah Alvaska kepada Megan tangan kanannya.

"Baik tuan." Jawab Megan cepat.

Lauren menatap punggung Alvaska yang mulai menjauh, dia memanfaatkan momen ini untuk menyelamatkan diri. Namun saat keluar kamar dia disuguhi 4 bodyguard berbadan besar sedang berjaga.

Sial batin gadis Lauren.

Namun dengan semua ide yang ada di dalam otaknya dia berjalan menuju jendela namun jendela tersebut susah untuk dibuka. Akhirnya, dia menggambil handphone yang ada di sakunya tapi baterai handphoneku habis.

Dia sungguh kesal, matanya sembab akibat menangis terlebih lagi dia risih dengan banyak fotonya seperti ini. Sampai kapan dia akan terkurung disini?

"Nona ini makanannya." Lauren dikagetkan dengan pelayan yang tiba-tiba datang, "Saya letakkan di meja sini ya non." Ujar pelayan itu sopan.

"Bawa saja makanan itu, aku tidak lapar." Bohong dia sangat lapar, Lauren hanya tidak ingin memakan makanan disini takut nanti dia diracuni.

"T-tapi non, tuan menyuruh saya untuk memberikan anda makan." Jawab pelayan itu sopan, pelayan itu takut jika Lauren tidak makan maka dia yang kena imbasnya.

ALVASKA HYEDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang