Sebatas Aku

154 9 0
                                    

Hari ini, Rey akhirnya menepati janjinya untuk mengajakku keluar, meski bukan untuk mengunjungi tukang siomay depan sekolah karena entah kenapa hari ini nggak ada disana. Alasannya mengajakku keluar juga karena aku tidak mengabarinya sama sekali dan tidak mau menjawab pertanyaannya di sekolah.

Sepertinya ia tidak tahan denganku, tetapi berakhir menurut dan mengajakku ke pantai karena ingin melihat senja katanya.
"Kok berenti?" Aku terkesiap dan segera memandang kearah pemilik suara yang sudah berdiri di depan ku ini. Kita memang sudah sampai di pantai yang ia maksud, dengan suasana sepi karena ini memang bukan tempat wisata pada umumnya.

"Daritadi aku pengen sejajarin langkah kamu tapi nggak bisa. "
"Buat apa?"
"Pengen aja. "
"Yaudah." ku pikir rey akan meneruskan langkahnya pergi, namun tidak. ia justru berdiri di sebelahku, mengambil tanganku dan mengenggamnya. aku refleks memandang genggaman itu. perasaanku menghangat, sengatan kecil di dadaku mulai riuh.

"Nggak usah ngelihatin tangan mulu. katanya mau sejajarin langkah, lihat depan", Aku mengangkat wajahku melihat ia yang sedang mengomel kecil. lucu sekali.

"Hadap depan, Ra" segera ku palingkan wajah sebelum ia mulai murka, "di hitungan ketiga, kita mulai jalan ya?"
aku tertawa tiba tiba.
"kenapa?" tanyanya
"kamu kayak pembina paskibra tau nggak sih. mau jalan aja kasih aba-aba"
"kan biar samaan ra langkahnya"
"ohh jadi kamu mau ngabulin permintaan aku atau kamu yang pengen langkah kita sama? " Aku memajukan wajah, memandang nya dari dekat. Ia diam, tidak berekspresi juga menjawab. hanya diam. Tapi tatapannya melihat fokus kearahku dan itu membuatku balik memalingkan muka.

Rey berdecih, "Nggak berani natap mata aku aja sok sokan"
"Siapa yang nggak berani? "
"Tuh rumput yang bergoyang. udahlah, lama kamu jalan doang, senjanya bentar lagi mulai juga" Rey kemudian melepas genggaman tangannya, dan mulai berjalan kearah danau yang sudah terlihat dari tempatku berdiri. Kosong, rasanya ada yang hilang saat ia melepas genggaman yang jarang sekali kurasakan itu. Seperti apa yang ku miliki tiba tiba tidak ada lagi di tempatnya. Seperti itu rasanya.

Aku masih fokus menatap punggungnya yang mulai jauh hingga suaranya kembali menyadarkanku.
"Raaa. cepet. ini bentar lagi senja" Aku tersenyum dan mulai melangkah mendekat, menuju kearah tempatnya berdiri, dan duduk disampingnya.
Tidak lama, pantai di hadapan kami mulai menyuguhkan pemandangan senja yang melukis awan dan lautan. Indah, dan terasa lebih indah ketika aku mengalihkan pandangan pada orang disampingku. Menyadari bahwa aku selalu bersyukur dipertemukan dengannya, meski hanya sebatas aku yang mensyukurinya.

•••••

"Menyenangkan sekali bisa melihatnya yang hanya menatapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menyenangkan sekali bisa melihatnya yang hanya menatapku. Tapi juga menyakitkan karena tangan kami tak menyatu."

"Karena kamu seharusnya nggak jatuh cinta sama aku, Ra"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena kamu seharusnya nggak jatuh cinta sama aku, Ra"

•••••

Berasa di posisi Ra itu menyenangkan, tapi juga menyakitkan. Dah hal yang bisa dirasakan dalam dua rasa itu candu, menjauhinya itu tantangan terbesar yang sulit untuk dilakukan.

Apa kalian pernah?

Jangan lupa tinggalkan jejak, like, komen dan follow sastra andaraya🥰

Untuk Rey. | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang