"Jadi kamu berhenti disini?" Langkahku terhenti. Entah untuk pertanyaan yang Rey sampaikan, atau untuk suaranya yang memilukan. Aku tidak tahu mengapa aku berhenti.
Jika aku berhenti untuk pertanyaannya, itu artinya aku memang ingin membuat ini jelas bahwa memang untuk itu aku pergi, untuk berhenti dari segala hal tentangnya. Namun, jika aku berhenti untuk suaranya, maka artinya sampai detik ini, aku bahkan tidak rela untuk melepaskan rasaku bermuara selain untuk hatinya.
"Ra.." jika biasanya suara Rey adalah musik yang aku sukai, kali ini tidak. Aku membenci suara memilukan yang keluar dari mulutnya. Aku benci ingin sekali berbalik dan memeluknya.
Disaat aku terdiam dan tak menunjukkan reaksi apa-apa, suara langkah kaki di belakangku terdengar perlahan mendekat, kemudian Rey sudah sampai di depanku. Menatapku dalam, meski aku tidak pernah paham apa arti dari tatapan miliknya bahkan sampai sekarang.
"Kenapa memilih berhenti setelah sekian lama?"
"Kamu tahu kenapa aku berjuang? Kenapa aku bertahan sejauh ini? Karena aku kira aku bisa melangkah lebih jauh, Rey. Aku kira posisiku akan lebih baik dari dulu. Tapi sampai sekarang pun, aku sadar kalau aku selalu dibelakang kamu, aku nggak pernah beranjak melangkah bahkan sedikitpun dari posisi awalku. Dan aku sadar, nggak ada perempuan yang rela menunggu terus tanpa ada kepastian Rey, termasuk aku."
"Jadi, kamu memilih menyerah?"
"Mungkin emang waktunya aku buat berhenti. Waktunya aku buat menepi dari semua perasaan aku buat kamu. Aku bukan nggak sayang lagi, aku masih sayang bahkan lebih menyayangimu dari sebelumnya. Tapi aku nggak bisa. Aku nggak bisa terus ada ketika yang aku lakukan adalah perjuangan sendirian yang bahkan nggak kamu anggap keberadaannya"
"Ra.."
"Aku capek terus ada di zona dimana aku nggak bisa beranjak, aku nggak bisa lari, tapi aku juga nggak bisa minta kamu kasih tahu aku keputusan saat kamu sendiri nggak mau. Aku nggak bisa terus disini kalau kamu aja nggak pernah ngasih aku celah sedikitpun untuk lebih jauh lagi."
"Ra, kamu serius memilih menyerah kali ini?"
Aku diam, mengumpulkan keberanian untuk mengatakan semuanya. Hari ini, aku rasa semuanya harus berakhir, apapun yang terjadi, aku sudah lelah dengan drama dan permainan yang sudah tidak memberi kejelasan sejak awal, dan yang paling penting, aku lelah menunggunya yang bahkan tidak menghargaiku.
"Iya, karena aku tahu kamu nggak akan pernah bales perasaanku" ucapku tegas.
"Sudah sejauh ini,.."
"Kita nggak pernah jauh, Rey. Kita bahkan nggak kemana-mana. Aku udah berusaha genggam tangan kamu untuk melangkah maju tapi kamu yang milih untuk tetap tinggal. Dari dulu sampai sekarang, kita nggak pernah kemana-mana dan mungkin nggak akan pernah kemana mana,"
"Kamu yang dariawal semangat buat merjuangin kita"
"Perjuangan itu mengenal batas Rey. Kenyataannya aku udah capek sekarang, aku udah muak sama segala hal menyakitkan yang kamu buat. Kamu cuma main-main, kamu gampang lambungin aku di satu waktu dan hempasin aku di waktu yang lain. Kamu ngga sadar?"
"Aku nggak ngerasa kalau.."
"Kamu nggak ngerasa, karena kamu cuma mentingin perasaan kamu sendiri, dan itu egois, Rey"
"Ra.."
"Stop. Aku udah cukup denger kamu nahan aku selama ini. Untuk yang sekarang, aku nggak akan berhenti cuma karena kamu minta aku bertahan lebih lama lagi. Karena nyatanya, kamu nggak akan pernah jadi sebuah kepemilikan dan aku udah terima semua itu sekarang. Jadi, berhenti ya, berhenti nunjukin kalau kamu peduli sama aku, berhenti ngasih aku harapan yang cuma semu. Kamu nggak salah, aku aja yang terlalu ngasih ruang buat kamu nyakitin aku. Makasih ya, makasih untuk kepastian yang nggak pernah kamu beri sampai detik dimana aku berhenti."
Dan ya, itu kalimat terakhir yang menjadi penutup kalimat panjang dari perdebatanku dengannya. Cinta selama tiga tahun itu akhirnya aku akhiri juga. Meski tanpa jawaban, tanpa hasil yang menjanjikan dan meski harus mengakhiri sesuatu yang bahkan tidak pernah dimulai, setidaknya semuanya berakhir.
Aku pikir, Rey adalah apa yang aku cari, apa yang selama ini menjadi jawaban dari pertanyaanku, namun ternyata tidak. Rey, adalah teka teki yang seharusnya memang tidak aku coba selesaikan. Karena ternyata menyelesaikan teka-teki yang tidak memiliki jawaban, selamanya tidak terselesaikan.
•••••
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, untuk Ra, dan Rey yang super nyebelin tapi kesayangan❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Rey. | Na Jaemin
Teen FictionUntuk senja yang tidak pernah bisa ku bawa pulang. "Senjanya indah, ya?" "Iya. Terlalu indah sampai aku ingin memilikinya" "Mustahil. Dia milik semua orang. Kamu nggak akan bisa milikin dia" "Iya. Sepertimu kan?" Terlalu menyedihkan ketika harus men...