mimpi (2)

5 1 1
                                    

Beberapa minggu ini hal itu terus menghantui Zeata, dirinya tidak bisa tenang memikirkan hal tersebut. Berbeda dengan Zidan, lelaki itu tidak terlalu memikirkan hal yang sama. Hanya saja beberapa kali akan terlintas kembali di otak ketika Zeata kembali bercerita atau bertemu dengan Azka.

Iya, Zidan sempat menceritakan kejadian itu ke teman baiknya, Azka. Dia tidak tau sebenernya kenapa bisa dirinya menceritakan hal tersebut ke orang yang bukan anggota keluarga. Bahkan papa dan mamanya tidak tau soal ini.

"Ze, masih kepikiran banget ya?" Kini mereka berdua ada dipinggir kolam.

"Lu tau ga sih, gue mikirin ini kaya beban hutang negara anjir"

Zidan memukul lengan kembarannya pelan "Lebay lu ah"

"DIH BENERAN, emangnya lu pernah liat gue mikirin suatu hal sampe segininya?kaya orang gila"

"Ya ga sih"

Obrolan itu berjalan seperti biasa, hanya ditambah sedikit bumbu ala detektif saja. Mereka memutuskan untuk mencari tahu hal ini. Dengan satu cara, bertanya ke orangtua.

Zeata dan Zidan langsung masuk ke kamar dengan pintu berwarna coklat itu begitu mendapat persetujuan orangtuanya. Hanbin dan Jennie juga langsung berpindah tempat dari kasur ke sofa. Tangan Jennie terulur mengelus kepala anak perempuan satu2nya itu yang sebentar lagi akan mempunyai adik perempuan.

Fyi untuk kalian, kandungan Jennie sudah memasuki usia 7 bulan.

"Kenapa kalian kok mukanya serius amat"

"Iya pa aku sama zea mau ngomong serius"

Zeata dan Zidan bergantian kembali menceritakan mimpi itu sedetail mungkin.

"Gimana pa ma?"

"Kalian beneran mimpi itu?" Hanbin tentu saja kaget, bagaimana bisa anak kembarnya mendapatkan mimpi seperti itu. Ikatan anak kembar memang tidak pernah salah, tapi bahkan mereka tidak pernah bertemu secara langsung. Jennie pun sama kagetnya dengan sang suami.

Matanya bertatapan dengan sang suami, seolah-olah berkata kalau ini sudah saatnya mereka untuk tau.

"Sebenernya apa yang ada di mimpi kalian itu ga ada salahnya sama sekali, hal itu benar adanya"

"Gimana pa?" Alisnya naik sebelah, jantungnya juga berdegup lebih cepat dari sebelumnya. Zidan yang melihat langsung meraih tangan sang kembaran untuk menenangkan.

"Iya, jadi harusnya kalian bertiga bukan berdua. Dulu saat mama melahirkan kalian, 2 hari kemudian rumah sakit itu terbakar. Kebetulan kalian berdua ada di ruang rawat inap, sementara dia ada di ruang bayi. Jadi mama dan papa tidak sempat menyelamatkan, bahkan ketika papa bertanya ke suster dirumah sakit. Mereka mengatakan bahwa semua bayi sudah dievakuasi. Kita gak tau apakah dia selamat atau ikut hangus dan mati terbakar dalam api itu"

Zeata meneteskan air matanya selama cerita sang ayah. Zidan pun juga sama, tapi dia lebih memilih untuk menenangkan si kembaran. Bagaimana bisa mimpi itu hal yang nyata? Mereka mempunyai satu orang lagi dalam diri mereka. Memang benar kata orang, sejauh apapun anak kembar berada, hati mereka tetap akan menjadi satu.

Satu misteri ini sudah terpecahkan. Sekarang Zidan yang merasa aneh, ada suatu hal yang tiba-tiba dia rasakan.




Aku lama ya ga muncul wkwkw

Maaf gais lagi banyak tugas terus belum ada pencerahan juga jadi ya gitu deh.

Eh btw ini udah mau menuju akhir karena udah ada titik terang soal konflik

our lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang