keluh kesah

6 1 0
                                    

Renata baru saja kembali dari dapur. Dirinya repot mendadak karena kedatangan dua manusia yang tidak direncanakan, siapa lagi kalu bukan Bintang dan Zeata. Sebenernya cuma Renata aja sih yang gak tau kalau rumahnya mau dikunjungin. Kalau Bintang mah udah tau, toh dia yang ngejemput Zeata.

"Kenapa mendadak sih. Gua tuh tadi lagi nonton penthouse ya. Terus bang Harza manggil kalo kalian ada di bawah. Lu juga Ze, tuh muka kenapa kaya mayat idup" Renata langsung mengoceh begitu meletakkan nampan yang berisi susu dan beberapa makanan kecil. Masih kesal karena waktu bersantainya diganggu.

"Diem dulu ren berisik banget kaya kenapa knalpot baj - AH SAKIT SAKIT BUSET DAH RENA GILA" Belum sempat Bintang menyelesaikan kalimatnya, dia sudah mendapat pukulan keras di lengannya ditambah tatapan tajam.

Zeata yang daritadi hanya memperhatikan pertengkaran kedua sahabatnya diam-diam menaikkan sudut bibirnya, senyumnya perlahan muncul setelah 3 hari berdiam diri dan mengurangi komunikasi dengan orang luar.

"Lu kenapa hah dari tiga hari lalu di kampus diem ajaaa. Diajak ngobrol juga jawabnya ham hem ham hem doang" Bintang mengangguk semangat waktu mendengar omongan Renata, sahabatnya yang satu itu  beberarap hari ini agak aneh sikapnya. Ditanyain jawabannya gapapa, ya mana mungkin dia percaya.

"Kacau banget pikiran gue beberapa hari ini"

"Lu mah tiap hari juga kacau noh ngurusin bem sama Bintang sama gue juga" 

"Bukan itu, beda lagi ini mah urusan rumah" Bintang dan Renata mengerutkan kening bingung, bertahun-tahun temenan jarang banget temennya itu galauin masalah rumah. Pasti berat banget nih kalau sampe ngebuat perempuan itu ga banyak omong beberapa hari belakangan. 

"Cerita lah ayo, sepet banget ngeliat lo diem doang" 

Zeata pelan-pelan menceritakan semua kronologi secara detail. Mulai dari kecurigaan sampe klarifikasi yang didapatkan. Bintang dan Renata fokus mendengar ucapan Zeata selama 10 menit tanpa ada potongan sedikit pun. Yang ada malah Zeata menangis sesenggukan dan Renata harus mengambil tisu guna menyeka air mata sang sahabat. 

Selanjutnya begitu cerita selesai. Ketiganya hanya duduk terdiam, masih butuh waktu untuk mencerna apa yang baru didengar. Suatu kebenaran besar yang tiba-tiba terbongkar memang tidak bisa diterima dengan akal sehat secara langsung. Tetapi itu faktanya, buktinya juga jelas ada, tidak bisa ditolak ataupun diubah. Makanya yang diperlukan hanyalah mencari siapa sebenernya sosok lain itu. 

"Ini cuma lu berdua aja yang tau atau bang Devan sama Kenan juga udah tau?" Pertanyaan pertama akhirnya terlontar setelah keheningan, Bintang memutuskan untuk bersuara. Sebenarnya hanya pertanyaan ini yang terlintas dikepala dari awal.

Zeata hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Lelaki itu juga mengangguk sebagai balasan, setidaknya bukan hanya dua anak kembar serta teman mereka yang mengetahui masalah ini. Bintang akan merasa sedikit bersalah kalau mengetahui masalah keluarga orang lain lebih dulu dibanding anggota keluarga tersebut sendiri. Kini dia merasa lega karena Devan dan Kenan juga telah mengetahui hal tersebut. Dia tau bahwa kadang Zeata lebih dekat dengan sahabatnya. Tapi keluarga tidak kalah penting dalam situasi seperti saat ini. 





our lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang