Perlahan mataku mulai terbuka ketika sinar matahari menusuk masuk ke dalam kamarku lewat jendela yang terlihat sudah terbuka entah oleh siapa.
Aku bisa merasakan bahwa tubuhku sedang dibalut oleh selimut yang tebal padahal biasanya aku tak pernah memakai selimut ini. Ku singkirkan selimut yang sejak tadi menyelimuti tubuhku ke sembarang tempat. Setelah itu aku berusaha untuk bangkit dari tempat tidur.
"A-aw" kataku meringis kesakitan.
Aku duduk di pinggir ranjang tempat tidurku dan kepalaku tiba-tiba sedikit pusing ketika aku hendak berjalan ke kamar mandi, refleks tanganku memegang pelipisku dan saat itu juga aku menyadari akan suatu hal yang sedari tadi menempel di atas dahiku. Ternyata itu adalah penurun panas.
Buru-buru aku melepaskan benda tersebut dari dahiku. Aku semakin binggung dengan diriku sendiri aku bahkan tidak bisa mengingat apa yang terjadi kemarin sebab kepalaku masih sedikit pusing.
Aku menoleh ke arah meja yang berada tepat di samping mejaku. dengan jelas aku melihat sebuah mangkuk yang berisikan bubur ayam serta satu gelas air hangat dilengkapi beberapa obat disampingnya. Aku berusaha berdiri dari tempat tidurku tapi sayang badanku masih lemas hingga berdiripun aku tidak sanggup.
"Naaz!" Seru seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarku dan langsung berjongkok di depanku menyetarakan posisinya denganku.
"Lo mau kemana? Badan lo masih belum sehat" lanjutnya yang terlihat sedikit panik melihatku terkapar di lantai.
Mataku membelalak kaget ketika aku dengan jelas mengenal pemilik suara tersebut. Kepalaku menegadah ke atas memastikan suara tersebut. Dan benar saja dia adalah Farhan
Tangannya tiba-tiba terulur ke depan wajahku menyekka sebagian rambut panjangku ke belakang telinga milikku yang sedari tadi menghalangi wajahku. Tapi setelah itu aku langsung menepis tangannya karena tak suka ada yang menyentuhku.
"Gua bantu yah! Kali ini gak boleh ada penolakan" ujar Farhan sambil mengelus puncak rambutku dengan lembut.
Aku diam masih menatapnya binggung. Lalu tanpa aba-aba Farhan menggendongku dan mkenaruh tubuhku pelan-pelan diatas ranjang. Ia juga bahkan menyesuaikan bantalnya agar aku bisa sedikit duduk.
"Dipake dulu yah jangan dilepas" suruhnya sambil menyelimuti tubuhku dengan selimut tadi.
Aku yang biasanya tidak suka dengan orang yang menyentuhku kali ini berbeda, aku membiarkannya membantuku karena memang tubuhku masih lemas tak sanggup berdiri. Aku membuang muka ke arah jendela menjauhi tatapannya serta berusaha berfikir tentang dia yang bisa ada di rumahku.
"A-aa" suruhnya lagi agar aku membuka mulutku
Aku menoleh ke arahnya dan aku bisa melihat dia duduk di samping tepat diatas ranjang ku tengah menyodorkan sendok yang berisi bubur tadi ke arahku.
"Gausah banyak mikir kenapa gua bisa disini. Mikir juga butuh tenaga jadi mending makan dulu" ujarnya
Aku diam dan menoleh ke arahnya, tentu saja memberikan tatapan tajam kepadanya.
"Sekali aja deh sekali ini aja"
ketika dia melihat raut wajah dan tatapanku yang seakan mengisyaratkan tidak suka, ia masih saja berusaha dan memohon agar aku memakan bubur tersebut.
Sedangkan aku yang sudah tau karakternya sejak pertama kali kita bertemu sudah menduganya kalau dia tidak akan mudah menyerah.
Kemudian aku memalingkan wajahku lagi ke arah lain dan berusaha memutar otakku mencari cara agar dia tidak lagi disini dan tidak lagi menyuruhku memakan bubur tersebut walaupun kepalaku masih sedikit sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAAZ
Teen FictionAku belajar dari kisah kamu dan aku, bahwa semua yang ada dipikiranku tak melulu apa yang ada dihidupku saat ini dan kamu membuktikannya. tapi ternyata memang aku saja tidak bisa mengenal baik diriku sendiri ini seperti apa. waktumu yang berharga ba...