K. Kill Myself Or?
"...atau bunuh diri dan melengkapi dongengmu."
Moriarty tersenyum mengejek mendengar pernyataan Sherlock. Tanpa melihat pun Sherlock tahu si konsultan kriminal itu tengah menikmati kemenangannya. Atap Rumah Sakit St. Bartholomew's. Ah, tempat tinggi yang sempurna untuk mengakhiri hidupnya dalam kehinaan—sesuai dengan keinginan Moriarty. 'Kematian Tragis Si Detektif Palsu' pasti menjadi judul headline news yang bombastis.
Nampaknya Moriarty memang sangat serius ingin membakar Sherlock sampai ke dasar jiwa. Sherlock menatap ke arah jalanan 'calon tempat kematian'-nya, merenungkan insentif yang ditawarkan si Richard Brook ilusif ini sangat 'menggiurkan'; menukarkan nyawanya dengan nyawa tiga orang lain. Ketiga orang yang amat berharga baginya.
Nyonya Hudson, pemilik flat 221B Baker Street yang selalu menyediakan kehangatan di flatnya yang mungil itu. Selalu menerima Sherlock dan John sekacau apapun keadaan mereka. Gregson Lestrade, detektif Scotland Yard yang tak pernah menolak sarannya. Hiburan tersendiri bagi Sherlock melihat wajah bingung Lestrade ketika ia menjabarkan deduksinya. Dan John Watson, partner dan blogger pribadinya, yang selalu setia di sampingnya. Bagaimana pun anehnya Sherlock di mata orang 'normal', John tak pernah meninggalkannya.
Merekalah yang membuat dirinya terasa lebih manusiawi. Bukan Mycroft, bukan ayah atau ibunya.
Analisis situasi dengan kepala dingin, Sherlock. Masih ada tiga rencana yang dapat dijalankan agar ia tak harus mati dan tiga orang itu tidak menjadi korban permainan gilanya. Tetap tenang, ikuti alurnya dan biarkan ia merasa di atas a—
DORR!
—Moriarty menghancurkan otaknya sendiri dan meninggalkan Sherlock hanya dengan satu pilihan: MATI.
Bunyi tembakan itu adalah tanda bagi para eksekutor untuk menarik pelatuknya. Tidak! Sekarang nyawa Nyonya Hudson, Lestrade dan John ada di ujung moncong senjata jika anak buah Moriarty tidak melihat mayatnya berlumuran darah di bawah sana!
Sial! Sejak kapan ia peduli akan hidup orang lain? Untuk apa dan apa untungnya bagi dirinya? Entahlah, yang ia tahu sekarang ia tak dapat membiarkan mereka mati sia-sia demi dirinya.
Kartu truf terakhir ia keluarkan untuk menutup kisah hidupnya sekaligus melengkapi dongeng rivalnya.
"Selamat tinggal, John."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragments of (a BBC SHERLOCK fanfiction)
FanfictionKepingan-kepingan kisah yang tak akan pernah bisa terhapus oleh waktu. Sherlock Holmes dan orang-orang di sekelilingnya. Disclaimer for Sir Arthur Conan Doyle (Sherlock Holmes) Steven Moffat and Mark Gatiss (TV Series SHERLOCK by BBC ONE)