Bagian 12

5.5K 278 5
                                    

Afka POV

Hari ini adalah hari pertamaku kerja, aku sudah berada di lobby menunggu para pegawai yang berada di balik meja, menekan-nekan nomor yang aku tau pasti menyambungkan ke nomor HRD kantor utama.

"Dengan ibu Afka? Anda sudah ditunggu kepala HRD kami di lantai 3, mari akan saya antarkan," ucap salah satu pegawai yang bertubuh ramping nan cantik.

Kita berjalan melewati lobby, ah iya aku sempat betanya ke pak Hermawan pekerjaanku apa, namun saat itu terpotong oleh telepon dan ya aku juga lupa menanyakannya lagi! Tak apa nanti juga HRD akan memberitahuku. Aku masuk ke lift dan wanita yang mengantarkanku menekan angka 3. Ding! Kita sampai.

"Ya, sepertinya saya hanya mengantarkanmu sampai sini, silahkan masuk," ucapnya tersenyum sembari membukakan pintu suatu ruangan.

"Silahkan duduk Bu Afka," ucap wanita yang sepertinya kepala bagian HRD, kurasa ibu itu sudah memasuki kepala 5. Aku menurutinya.

"Perkenalkan saya Lusi Juliana Darmawan, ketua bagian HRD disini,"

"Saya Afka Candra Arifin calon pegawai disini," ucapku memperkenalkan diri sembari menjabat tangan bu Lusi.

"Ya, apakah ibu sudah tau akan di tempatkan menjadi apa?"

"Maaf bu, belum," ucapku sesopan mungkin.

"Loh Pak Hermawan belum memberitahumu?"

"Belum bu, waktu itu saya sudah menanyakan, tapi terputus oleh telepon dadakan, dan saya lupa menanyakannya kembali," ucapku dengan cengiran kuda.

"Ah, ya kau akan menjadi assisten utama big boss, kau mengetaui bukan jika big boss sudah memecat 10 orang assistennya,"

"Apaa??" ucapku sambil membelalakan mataku tak percaya, dan sepersekian detik kemudian mengerjapkan mataku masih tak percaya! WHAT! jadi assitennya KAFKA LAGI! BUNUH AKU! BUNUH AKU SEKARANG!

"Ya, menjadi assiten Pak Kafka, dan saya mohon untuk ibu, betah-betah ya bu, jika pak Kafka memarahimu anggap saja itu angin lalu,"

Dih! Ngomong sih gampang angin lalu!! Masuk ampe ati! Tau ga sakit ati! Makan ati! Hhhh!!

"Pak Kafka berubah mungkin di karenakan dia masih terpukul dengan kematian kakaknya,"

Uhhh KAFKA EMANG GITU SIFATNYA! SEBELUM KAKAKNYA MENINGGAL JUGA EMANG UDAH KAYA GITU!!

"Dan tolong turuti semua permintaannya ya bu, dia tidak akan segan-segan memecatmu jika ibu tidak menurutinya,"

OGAH! APALAGI KALO SAMPE DISURUH BUKA BAJU!! DIH APAAN! DISURUH MASUK SUMUR? AKU HARUS MAU GITU? IDIH!!! OGAH!!

"Ya sekiranya hanya itu, tata tertib dan peraturan sudah ada di meja kerja ibu, ruangan ibu ada di lantai 30, dilantai 30 hanya ada 2 ruangan, yaitu ruangan Pak Kafka dan ibu,"

DOUBLE WHAT?? KALO AKU GA SELAMET GIMANA??? KALO AKU DI DORONG DARI LANTAI 30 GIMANA??!!

"Mari saya antar," aku hanya mengikutinya.

——————————————————

Aku baru tiba di ruanganku yang baru, bernuansa hitam dan putih, mengapa gelap sekali? Hitam kurasa hampir 80% dan 20% nya adalah berwarna putih. Setelah menaruh tasku, aku di perintahkan untuk menghadap ke ruangan Kafka terlebih dahulu.

Tok tok tok

"Masuk," terdengar suara yang tajam, dingin, dalam, dan menyeramkan, APA AKU BOLEH PULANG SEKARANG?

Kubuka dengan perlahan pintu berwarna hitam nan kokoh yang tepat berada di hadapanku, terdengar suara pintu terbuka, hanya itu, tak ada suara apapun lagi, mengingat hanya ada 2 orang di lantai ini, dan pikiranku melayang bagaimana saat gempa terjadi?

Everlasting Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang