Bagian 14

6.1K 282 2
                                    

Afka POV

SIAL! SIAL! DAMN! SHIT! BASTARD! oh apakah aku baru saja menggunakan kata-kata kasar? Peduli setan! Tuhan maafkan aku.

Kenapa Kafka berbicara seperti itu? Apakah aku terlihat seperti menggodanya?! Yang benar saja. Aku bukan cewe murahan, pelacur atau apapun itu! Aku tak mau melihatnya lagi!! Kumohon!! Pindahkan aku ke kantor yang lama! Ya! Besok aku harus berbicara kepada bagian HRD aku ingin di pindahkan ke kantor lamaku kembali! Tuhan kabulkan doaku ini.

****

Pagi yang mendung, semendung suasana hatiku saat ini, aku masih terlalu malas untuk bertemu dengan Kafka, aku berjalan di sepanjang trotoar, taxi yang kugunakan terjebak macet beberapa puluh meter dari kantorku, jika aku tetap menunggu dengan diam di dalam taxi aku pasti akan telat, dan akan sangat menyebalkan lagi jika aku harus bertatap muka dan mendengar omelan dari Kafka. Sepanjang perjalanan kutundukkan kepalaku sepertinya sepasang sepatu high heels ku lebih menarik dari apapun, kakiku sudah terbiasa dengan perlakuanku, yaitu jalan menempuh jarak yang cukup jauh dan mengenakan high heels.

"Pagi," sapa satpam kantorku.

"Pagi," jawabku dengan lesu, aku yakin satpam itu kaget baru kali ini aku membalas sapaan dengan sangat lesu.

Aku berjalan menuju ke lift yang sudah ada beberapa pegawai yang menunggu di depannya. Aku rasa hari-hariku di kantor ini akan terasa sangat lama, sudah berapa kali aku membuang nafasku dengan berat, dan sepertinya salah satu pegawai yang berada di sebelahku mulai terganggu dengan aktivitasku, karena dia sudah melihatiku dengan sinis sebanyak aku membuang nafas beratku ini. Semoga saja Kafka tidak datang hari ini, aku sangat malas untuk melihatnya.
Ding.

Lift terbuka, dengan gerakan terburu-buru dan saling berdesakan para pegawai mulai masuk satu persatu memenuhi setiap sudut lift ini, lift yang dapat menampung sekitar 20-50 orang, walaupun aku cukup ragu jika aku masuk dan lift sudah terisi oleh 49 orang aku takut jika lift kelebihan muatan. Aku yang memang sedang tidak dalam semangat dan mood yang baik dan juga karena aku memiliki sebuah phobia hanya dapat menonton dan menunggu hingga suasana tidak terlalu berdesakan, dan tepat sebelum lift tertutup aku masuk di dalamnya, kutekan lantai 30.

Para pegawai satu persatu mulai menghilang di lantai yang mereka tuju, dan sekarang hanya aku lah yang tersisa sendirian menuju lantai 30, aku menarik nafas dalam dan membuangnya seperti semua beban yang aku bawa dapat pergi bersamaan dengan nafas yang kubuang.

Aku keluar dari lift berjalan menuju ruanganku, aku membuka semua jendela yang tadinya tertutup dengan gorden, langit masih menampakkan wajah murungnya. Di mejaku sudah menumpuk berbagai file yang harus ku olah dan selanjutnya diajukkan kepada Kafka, dan hanya dengan tanda tangan miliknya semua file dan berkas ini dinyatakan lolos. Semua adalah berkas-berkas permohonan kerja sama, proposal proyek, ini itu dll. Hanya saja ada yang menarik perhatianku, sebuah undangan pesta, aku yang sangat penasaran ingin membukannya, namun kuurungkan niatku karena sepertinya Kafka sudah berada di ruangannya. Aku membereskan semua file dan berkas yang sudah kupelajari sedikit, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, dua jam setelah jam masuk kantor, Kafka datang terlambat, mengapa tak sekalian saja dia tidak berangkat.

Tok tok tok.

"Masuk,"

"Maaf pak, ini berkas-berkas, file, dan sepertinya ada sebuah undangan yang harus bapak pelajari hari ini,"

"Ya letakkan saja di meja, dan kau boleh kembali ke ruanganmu," ucapnya tanpa menoleh sedikitpun dari apapun itu yang berada di mejanya,

"Permisi," pamitku, sekesal apapun aku dengan Kafka itu, profesional harus yang nomor pertama bukan?

Everlasting Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang