Bagian 6

6.7K 301 2
                                    

Afka POV

"Zadi hahahaha! HAHAHA!" aku tak bisa berhenti tertawa

"HAHAHA! aku benar bukan melakukannya?"

"APA KAMU MELIHAT WAJAHNYA? MERAH!"

"HAHAHA!! Oke kemarin malam sangat berlebihan"

"Benar bukan tebakanku Igo akan menembakku, dan ya mau bagaimana lagi ini semester terakhirku aku harus fokus pada skripsiku, benar kan?"

"Ya, dan bagaimana aktingku sebagai pacarmu sudah bagus? Mungkin aku harus mengikuti casting dan aku sangat yakin akan mendapatkan peran utama difilm seperti Fast Furious? Amazing Spiderman? Batman? Superman?" cerosos Zadi, kujitak saja kepalanya

"Oke aku akui aktingmu bagus tapi bitch please casting? Fast furious? Spiderman? Superman? Hanya didalam mimpimu brother"

"Sialan! Traktir kapan nih? Aku yang menentukan tempatnya!"

"Nanti malam?"

"OKE!"

Oke well, Igo temanku yang pada siang kemarin mengajakku jalan, dan ya seperti tebakanku dia menembakku, bukan bermaksud apa-apa hanya saja aku ingin fokus ke skripsiku terlebih dahulu. Aku selalu mengingat pesan dari Ayah dan Ibuku 

"Pacarannya nanti kalo udah kerja."

Ya seperti itu, aku belum pernah berpacaran sejak aku lahir, karena Ayah dan Ibuku melarangnya, dulu aku sempat khilaf saat masuk ke jenjang sekolah menengah atas,

"Kamu mau engga jadi pacarku?" tembak Aldi -Orang yang aku suka-

"Emmm, aakuu mmaaa...maaf Aldi aku engga bisa, aku engga mau ngingkarin janjiku ke orang tuaku."

"Janji? Janji apa?"

"Aku baru mau pacaran kalo udah kerja dan punya penghasilan sendiri."

"Janji yang sangat konyol!"

"Apa kau berusaha mengejekku dan orang tuaku?"

"....." dia -Aldi- langsung saja meninggalkanku sendirian didepan kelas

Aku menolaknya, padahal aku sangat menyukainya pada saat itu. Namun, detik itu juga aku merasa mulai mati rasa untuknya bagaimana tidak? Dia sedang mengejek orang tuaku?

Malam ini aku berjanji akan mentraktir Zadi, aku hanya memakai dress vintage berwarna putih tulang dengan rambut yang kubuat sedemikian rupa. Firasatku mengatakan bahwa dompetku akan sakit setelah pulang mentraktirnya. Dia menginginkan agar aku berdandan yang elegan dan berkelas, aku bisa menebak pasti tempat yang dipilihnya adalah tempat mewah yang satu porsi makanan selalu mendapat jatah pajak makanan. Ughh lihat benarkan Zadi memakai setelan jas berwarna hitam dengan kemeja maroon nya dan celana kain berwarna hitam.

"Firasatku mengatakan dompetku akan sakit setelah pulang mentraktirmu" sindirku.

"Bingo! Benar! Aku sudah lama memimpikannya makan disana dengan gratis!"

"God Bless Me!!"

"Apa perlu aku tidak memesan apapun agar uang bulananku terjaga dan tetap stabil?" tanyaku oada diri sendiri.

"Apa yang kau katakan?"

"Tidak..tidak lupakan!"

"Ah, sudah cepat bergegas masuk ke mobil!"

"Paman dan Bibi kita pergi dulu ya?"

"Iya hati-hati sayang"

Selama perjalanan aku terus merencanakan strategi untuk tanggal tua, jika uang yang kupegang tinggal 500 ribu dan ini masih dipertengahan bulan maka itu masih cukup aman, terlebih makan dan minum jelas dirumah Paman dan Bibiku yang sangat jelas itu gratis. Jika nanti budget yang kukeluarkan ternyata lebih dari perkiraan, aku membawa 700 ribu, jika budget semulaku adalah 200 ribu akan tersisa 500 ribu cukup aman, namun jika Zadi melewati batas dan mengambil budget 400 ribu maka sisa uang bulananku hanya 300 ribu.

Everlasting Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang