04 : Kesempatan

44 5 2
                                    

Di bawah matahari yang belum sempurna menampakkan wujudnya, terdapat seorang pemuda yang masih menikmati alam mimpinya.

Dengan kesadaran yang masih di awan dan mata yang tertutup, dia mencoba mencari seseorang dengan tangannya yang sedari malam tidur di sampingnya.

'lho, Mark?' batinnya diikuti dengan mata yang mulai terbuka.

Dia segera mengambil handphone nya dan mengecek jam yang tertera di sana. Ternyata masih pukul 05:20. Dia bangun dan siap-siap untuk membersihkan dirinya. Saat ia keluar dari kamarnya, rumah tersebut masih gelap tapi di dapur sudah ada cahaya lampu dan terdengar suara seperti orang memasak.

Dia mendekati dapur itu tanpa bersuara dan langsung duduk di meja makan. Dengan senyum yang terpancar di mukanya, pemuda itu selalu menatap lekat sosok di depannya.

"Astaghfirullah!" Ucap Mark tersentak ketika dia membalikkan badannya dan melihat seseorang.

Sementara sosok yang membuatnya kaget, seketika mengubah ekspresinya yang awalnya tersenyum manis menjadi muka yang datar. Ini ia lakukan bukan karena perkataan Mark tadi, tetapi karena dia tidak ingin Mark mengetahui dirinya sedang tersenyum padanya.

"Ngapain lu?" Suara berat dan serak khas bangun tidurnya keluar.

"Lagi mau masak, Kak."

"Ada yang bisa gue bantu?"

"Ga usah ka."

"Oke."

Hening sesaat...

"Hmm... Lu pinter bangat masaknya. Sejak kapan belajarnya?"

"Gak pinter sih cuma bisa aja. Kalo belajarnya sih baru-baru ini tapi dulu sering bantu ibu masak." jelasnya.

Reyhan hanya manggut-manggut saja mendengar jawaban seperti itu. Selama Mark memasak, Reyhan selalu memperhatikannya yang menurutnya sangat pandai dalam memasak sampai-sampai dia tak sadar sedang diperhatikan sama penghuni rumah yang lain.

"Yaelah fokus amat tuh mata sampe gak ngedip." yaps, itu adalah Rafi.

Lawan bicaranya hanya menatapnya tajam, "Berisik."

Rafi menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Kini ia berjalan mendekati pemuda yang sedang memasak.

"Mark, perlu bantuan gue?"

"Oiya ka, tolong ambilin sosis sama baksonya dong di kulkas."

Rafi langsung mengambil sosis dan baksonya, setelah itu diberikan kepada Mark.

"Nih."

"Taruh aja di situ ka." Tunjuknya pada talenan yang di atasnya terdapat pisau yang tergeletak.

'sialan tadi pas sama gue gak minta tolong.' Batin Reyhan dengan wajah yang agak kesal.

Reyhan pun bangkit dari kursinya dan langsung ke kamar mandi. Saat dia menutup pintu kamar mandi itu, dia sengaja menutupnya dengan keras dan menghasilkan suara yang lumayan kencang.

"Ka Rey kenapa itu, Kak?" Tanya Mark dengan wajah yang polos dan sedikit kaget.

"Gapapa dia emang gitu." jawab Rafi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
'mampus gue, pasti dia cemburu tuh.'

• • •

Makan pun selesai dan setelah makan, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dua sahabat itu sedang menyeruput teh hangat sedangkan pemuda yang lain sedang siap-siap berangkat ke kampus.

"Kak aku berangkat ya."

"Ini masih jam 6 kurang. Gak kepagian?" Tanya rafi.

"Iya ini masih kepagian Mark. Liat tuh ketua BEM nya aja masih pake baju santai." Kali ini Reyhan yang bicara sambil menunjuk Rafi dengan dagunya.

Introvert (?) [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang