(POV Amara)
Kedua kelopak mataku berkedip pelan. Tempat tidur ini seolah semakin menguatkan daya tariknya. Aku menoleh ke arah kanan. Tempat yang biasanya diisi oleh remaja berwajah mirip denganku telah kosong. Terdengar suara keran yang nyala dari arah kamar mandi.
Kelopak mataku kembali tertutup. Berusaha melupakan kejadian semalam yang berputar di otak.
Aku melihat jam yang tergantung apik di dinding. Sepertinya, aku ketiduran setelah Kak Mira pulang. Seseorang keluar dari kamar mandi. Aku berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi. Lalu, kami mempersiapkan keperluan masing-masing setelah melaksanakan salat Subuh.
"Hari ini aku lomba, Kak," ucapku sambil mencabut HP dari pengisi daya.
"Lomba apa itu, Dek?" tanya Kak Mira sambil mengikat rambutnya dan memasang jilbab.
"Lomba melukis, Kak." Aku ikut memasang jilbab berwarna putih ini.
Kak Mira menatapku sambil tersenyum. "Oh, ya? Kapan lombanya?"
"Hari ini, Kak. Doain lancar, ya, Kak." Dapat kulihat Kak Mira mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Semoga lancar, aamiin." Kak Mira mengelus kepalaku. "Dek ... apa pun hasilnya, nggak apa-apa, kok. Jangan sampe kamu terbebani saat ngelakuin hal yang kamu suka."
Kini, aku terdiam. Kak Mira kenapa? Bukannya aku tidak bahagia ketika disemangati oleh Kak Mira. Namun, aku agak merasa aneh tanpa tau penyebabnya.
"Pokoknya, apa pun hasil nanti, Kakak akan tetep bangga sama kamu." Kak Mira berkata demikian, lalu mengambil tasnya dan turun duluan.
HP di tanganku membunyikan nada panggilan. Ternyata, dari Papa! Segera aku angkat tanpa menunggu lama. Setelah saling menanyakan kabar, Papa bilang akan pulang besok.
"Alhamdulillah. Aku bisa fokus ke lomba dulu untuk hari ini." Tangan ini membuka laci tempat harta karunku. Lalu, mengambil tas kecil berisi kuas, palet, dan beberapa warna yang telah aku siapkan. Selanjutnya, tas kecil itu kumasukkan ke dalam tas sekolah. Tentunya agar tidak ketahuan.
Sesampainya aku di lantai satu, semakin terasa aneh. Kak Mira makan secara perlahan sambil menunduk, sedangkan Mama makan sambil memainkan gawainya. Aku menarik napas sebelum tersenyum.
Mungkin hanya perasaanku saja.
***
"Gimana, Dek? Si Cakra-Cakra itu udah ada kabar? Atau mau dianterin Pak Supir sama aku? Biar nelpon si Bapak."
Aku menggigit bagian dalam bibir. Mana mungkin aku meminta Kak Mira menemaniku di saat dia sudah ada janji dengan anak olim. Kulihat arah kanan dan arah kiri yang terdapat remaja berseragam sama dengan kami.
"Nggak usah, Kak. Kayaknya Cakra lagi di jalan mangkanya nggak bales." Sebenarnya, aku juga ragu. Aku lihat lagi ruang chat yang sempat aku ganti nama kontaknya itu.
Amara
[Cakraa.]
Cakra
[Telepon kecuali sabar -ini bot)
Amara
[Besok jadi??]
[Cakkkk]
[Besok jadi ngga??]
Cakra
[jdi]
Amara
[Bensinnya berapa ntar?? Biar aku gantii ntarr.]
Cakra
[gsh]
Amara
[okeyy]
Amara
[Cak, di mana?]
[Cakra??]
[Jadi engga?]
Bahkan, dia tidak menyalakan datanya. Status yang biasanya hampir ada setiap malam pun tidak ada. Faizan mendatangi kami. Pemuda itu berbicara dengan Kak Mira. Aku seperti sedang melihat aktor yang sedang berpacaran secara sembunyi-sembunyi agak tidak ketahuan publik.
"Dek, temen-temen aku udah pada di sana. Kamu gimana?"
Aku tersenyum. Semoga tidak terlihat dipaksakan. "Kakak duluan aja nggak apa-apa. Bentar lagi, kok." Sudah aku putuskan untuk pergi naik ojek online jika dia tidak kunjung datang.
Kak Mira pun pergi dengan dua orang lain yang ikut masuk ke mobil Faizan. Setelah mereka cukup jauh, aku membuka aplikasi pemesan ojek itu dan menghadap ke arah tiang halte.
"Nunduk mulu, Neng." Mendengar suara itu, aku langsung berbalik. Tampaklah sosok pemuda yang memakai kemeja tak terkancing dengan kaus hitam di dalamnya, bercelana hitam, dan sepatu berwarna putih. Dia menaikkan helmnya.
"Ih. Kamu ke mana aja, sih?"
"Naik. Keburu macet lagi."
YOU ARE READING
Tampik Tak Berkelik
Teen Fiction"Ma, aku harus setinggi apa lagi untuk muasin ego Mama? Jujur aja, aku capek harus selalu keliatan sempurna buat Mama sama Papa." "Ngelukis seolah jadi boomerang andalan Mama. Aku seolah harus selalu berada pada pijakan yang sama dengan Kakak. Apa...