Bab 2

458 235 588
                                    

Hai, bagaimana hari ini?

Selalu tersenyum dan bersyukur, ya

Vote dan komenmu, semangatku 🔥

Jangan skip narasi!!

•●•


Setelah acara masa perkenalan lingkungan sekolah, atau biasa disebut MPLS itu telah selesai dalam pemberitahuan peraturan-peraturan di SMA Sanjaya, para murid diberi waktu untuk beristirahat.

Dan sekarang, kantin menjadi tempat paling ramai disini. Antrian yang semula hanya satu orang, kini terus bertambah dan berubah menjadi gerumunan.

Alea juga berada disana. Ia ingin membeli minuman dingin untuk meredakan tenggorokannya yang terasa dahaga. Gadis itu rela berdesakan satu sama lain agar bisa membayar minuman miliknya.

Puas akhirnya setelah berhasil membeli dan membayar kepada penjual, Alea melangkah ke bangku bagian tengah kantin. Nasib baik masih berpihak padanya, karena belum ada yang menempati kursi kosong itu.

"Gila, ni sekolah apa pasar dah, rame banget," gumam gadis itu lalu menegak air dinginnya sampai setengah botol.

Saking tak bisa menahan tenggorokannya yang terasa kering, Alea sampai lupa bahwa buku yang digunakan untuk menulis peraturan sekolah itu diletakkan kembali di ranselnya, sehingga buku miliknya terbawa sampai kantin.

"Gue ngeliat mereka makan, jadi laper, kan," ucap Alea tatkala matanya menelisik seluruh penghuni kantin yang melahap makanannya.

Sejurus kemudian, gadis berambut hitam yang tergerai beranjak dari sana. Berniat membeli suatu makanan yang bisa membuat dirinya kenyang.

Kursi yang tadinya kosong, sekarang sudah ditempati oleh orang yang berbeda. Ia adalah seorang laki-laki yang ranselnya tersangkut gantungan kunci punya seorang gadis yang di temui berapa jam lalu.

"Buku." Ragel mengamati sampul buku cokelat dengan stiker paw diujung bawah buku. Dilihat dari bentuk stiker itu, bisa Ragel simpulkan bahwa pemiliknya menyukai hewan kucing.

"Punya siapa?" Monolognya.

Mau tak mau Ragel menunggu disana hingga pemilik buku itu datang dan mengambil nya. Ia sampai rela tidak membeli makanan atau minuman untuk dirinya. Ia masih mempunyai hati agar pemilik buku tersebut tidak kebingungan.

"Aish, mana ya buku gue?" Suara perempuan tiba-tiba mendekat dan itu berhasil menyita fokus Ragel yang masih asik memandang buku tersebut.

"Nah! Ini dia." Dengan cekatan Alea merampas bukunya di atas meja.

"Buku lo?" tanya Ragel.

"Heem."

"Kalo jadi orang jangan ceroboh makanya."

Alea yang semula memegang cilok di plastik, dengan kasar ia menaruh nya di meja seraya memandang wajah Ragel tak suka. Tatapan tajam ia tusukan bagai belati yang menikam sang lawan.

"Maksud lo?"

Ragel berdiri, sedikit menundukkan tubuhnya agar dapat menyamakan dengan tinggi gadis dihadapan nya.

"Tadi gantungan, sekarang buku, besok apalagi?" Ada sedikit jenaka ketika Ragel bertanya. Bahkan ucapan itu macam sebuah bisikan untuk Alea terima. Bagaimana tidak, dengan posisi Ragel yang membungkuk tepat di samping telinganya, membuat Alea menelan salivanya dengan susah payah.

*****

Bel masuk sudah berbunyi sekitar 7 menit yang lalu. Alea sudah lebih dulu berada di aula untuk mengikuti kembali acara MOS-nya.

RAGELEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang