Bab 8

392 179 635
                                    

Hai, bagaimana hari ini?

Selalu tersenyum dan bersyukur, ya

Vote dan komenmu, semangatku 🔥

Jangan skip narasi!!

•●•

Jam istirahat kini berlangsung dengan hikmat. Kantin yang mulanya sepi bak tidak berpenghuni, sekarang sudah banjir oleh siswa dan siswi. Penjual makanan di kantin SMA Sanjaya harus ekstra kerja keras demi memenuhi kepuasan pelanggannya. Sahutan-sahutan antar pembeli dan penjual itu terdengar saling beradu.

Semua bangku di kantin telah terisi penuh, bahkan nyaris tidak ada yang tersisa. Saat itu, Alea yang sedang membawa sepiring ketoprak serta segelas teh hangat merenung untuk sejenak. Dia merasa bimbang sebab di mana dirinya akan makan? Tidak mungkin kan jika Alea makan sambil berdiri? Gadis itu memperhatikan lamat-lamat ke seluruh penjuru, menyaksikan semua murid menyantap makanannya dengan lahap. Dia berpikir sesaat, mungkin akan membutuhkan waktu yang lama bagi mereka menghabiskan makanannya, apalagi bel istirahat baru saja berbunyi berapa menit lalu.

Tatkala asik berdiam di tempat, sebuah tangan tiba-tiba memegang pergelangan tangannya. Tentu Alea terkejut bukan main. Hampir saja, teh hangat yang masih penuh isinya itu tidak tumpah kemana-mana. Dia berdecak ringan akibat kecerebohan seseorang yang baru saja menyentuh tangannya. Bahkan, cekalan itu belum terlepas dari tangan Alea, masih setia bertengger di sana.

"Eh, maaf-maaf. Lo mau makan, ya?"

Alea mengganguk tipis sambil melihat gadis yang berdiri di hadapannya ini tanpa adanya guratan wajah bersalah. Lalu, dengan entengnya gadis berkuncir kuda itu mempertanyakan perihal yang mungkin tak perlu dijawab. Sudah jelas, dia membawa sepiring makanan untuk disantap, bukan untuk di jual kepada orang lain. Dalam hati, Alea menggerutu kecil.

"Di kantin emang selalu rame kalo jam istirahat, jadi semua bangku bakalan keisi. Lo bisa ikut gue kalo mau," ujarnya menawarkan.

"Kemana?"

"Ke atap." Melihat ekspresi kebingungan yang Alea tunjukkan, gadis itu menjadi sedikit lebih peka. Ia belum memperkenalkan dirinya. "Eh, btw, gue Olivia. Panggil Oliv aja biar enak," lanjutnya sembari mengulurkan tangan kanan setelah dia dengan ceroboh mencekal pergelangan Alea. Tunggu! Oliv melupakan satu hal, dua tangan Alea masing-masing memegang gelas dan piring, hingga sangat sulit bagi gadis itu untuk menerima uluran tangannya guna berjabatan. Lantas, Oliv segera menarik kembali lengannya itu.

Alea tersenyum ramah. "Gue Alea, bisa dipanggil Alea atau kalo mau simple panggil Lea juga boleh," balasnya.

Oliv mengganguk-angguk sekilas. "Yaudah, buruan yuk, ke atap, keburu bel, nggak jadi makan nanti."

Alea hanya bisa menuruti ucapan Oliv yang sedikit pelik. Makan di atap katanya? Yang benar saja! Darimana asalnya makan di atap sekolah? Tidak masuk akal rasanya. Tapi tidak apa, selagi dapat memuaskan rasa lapar para cacing di dalam perutnya.

*****

Alea dan Oliv sudah menapakkan kakinya di atap sekolah. Pukul 09.00 sinar sang surya tidak begitu terik, sehingga dapat menghembuskan napas lega kedua perempuan itu. Tidak dapat dipungkiri jika keadaan langit sangatlah panas, bisa-bisa keduanya sama-sama mengeluh.

RAGELEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang