Bab 6

467 211 798
                                    

Hai, bagaimana hari ini?

Selalu tersenyum dan bersyukur, ya

Vote dan komenmu, semangatku 🔥

Jangan skip narasi!!

•●•

Pagi ini dimana semua manusia melakukan aktivitasnya kembali. Tidak pernah lelah mengulang suatu rutinitas yang sama. Bagi para ayah, bekerja--lah kegiatannya. Sedangkan, untuk anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah wajib melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelajar. Tidak hanya itu, ibu rumah tangga yang berperan untuk mengurus rumah pun ikut turun tangan.

Jalan raya dipadati oleh berbagai kalangan orang-orang. Ratusan pengendara motor juga mobil memenuhi kawasan ibu kota Jakarta. Memang betul, Jakarta adalah kota yang tidak kenal apa itu kata istirahat. Entah pagi, siang, sore maupun malam selalu saja berseteru akan bising kendaraan. Bukan itu saja, melainkan beberapa transportasi umum seperti kereta, bus dan yang lainnya selalu penuh.

Diantara banyaknya manusia yang berlalu lalang untuk mengais rezeki maupun melakukan kewajiban sebagai seorang pelajar, ada Alea yang rela mengantre di sebuah halte bus yang letaknya tidak jauh dari perumahan tempat tinggalnya.

Gadis itu begitu riang hingga menampilkan senyuman yang khas dari wajah cantiknya. Seragam sekolah SMA Sanjaya melekat rapi di tubuh idealnya. Rambut yang tergerai lurus menambah kesan anak remaja seperti pada umumnya. Alea duduk di sebuah bangku halte dan berada di tengah-tengah orang yang ingin bekerja menggunakan kendaraan umum ini.

Belum juga sampai lima menit bokongnya menyentuh permukaan bangku besi itu, Alea terpaksa beranjak dari sana usai matanya menangkap seorang kakek-kakek yang nampak kesulitan untuk berjalan. Sebelumnya, Alea telah memperhatikan kakek tua itu dari kejauhan, tapi saat lelaki tua itu tiba di tempat yang sama dengan dirinya, gadis itu keheranan sebab tidak menemukan adanya orang yang peduli kepada orang tua itu. Semuanya nampak sibuk masing-masing.

"Kek! Duduk sini aja, Kek," seru Alea sambil mengangkat tangannya ke udara upaya menyita atensi kakek tersebut.

Sang kakek itu pun lantas membalas seruan Alea yang memanggilnya tadi. Ia berusaha berjalan cepat menghampiri Alea meskipun tidak terlihat gerakan kakinya yang berubah. Tidak dapat dipungkiri juga bila sang kakek itu terus berusaha kuat walaupun sedikit kewalahan. Alea inisiatif buru-buru mendekat ke arah sang kakek tua itu. Padahal, jarak antara keduanya sudah dekat, namun rasanya Alea tidak tega membiarkan orang tua kesusahan seperti ini.

"Makasih, ya, Neng geulis," ucap kakek itu setelah berhasil duduk dengan dibantu Alea.

Alea memasang senyum tulusnya, "sama-sama, Kek."

"Neng geulis ini teh, sakola-nya dimana?" Kakek tersebut bertanya perihal sekolah Alea. Ada sorot ramah yang kakek itu perlihatkan.

Gadis itu sedikit terkecoh akan kalimat yang disampaikan oleh sang kakek yang menggunakan bahasa Sunda. Sebisa mungkin Alea mencoba untuk memahami pelafalan yang diucapkan pria lansia ini. Ada sebuah kerutan tipis di dahinya-- karena bingung. "Saya sekolahnya di SMA Sanjaya, Kek," jawab Alea tidak kalah ramah.

"Oh ..., berarti deket atuh enyak, dari sini teh?"

Keraguan untuk menjawab langsung tercetak dari mimik wajahnya. "Lumayan kok, Kek. Berapa menit aja kalo pake bus."

RAGELEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang