Bab 9

433 187 897
                                    

Hai, bagaimana hari ini?

Selalu tersenyum dan bersyukur, ya

Vote dan komenmu, semangatku 🔥

Jangan skip narasi!!

•●•

Waktu malam berhasil menciptakan bentangan langit yang indah. Kemerlapnya cahaya bintang bersamaan dengan satu bulan di tengah-tengah. Ditemani pula oleh desiran angin lembut yang menyentuh kulit dari arah Utara.

Di kamar milik seorang gadis yang jendelanya sengaja dibuka lebar agar udara dapat masuk, Alea merebahkan diri di atas ranjang kesayangannya. Usai kejadian tadi sore saat pulang sekolah, dimana dia harus menghadapi dua orang laki-laki yang menawarkan tumpangan, membuat pikirannya berkelana entah kemana.

Alea menggigit bibir dalamnya dengan pelan sembari terus menatap langit-langit kamar. Otaknya masih terngiang akan kejadian berapa jam lalu-- seolah enggan untuk pergi darisana. Sekuat apapun Alea menampik agar pikiran anehnya lenyap, namun tidak bisa. Selalu saja berseteru di satu kejadian itu. Gadis itu akhirnya lelah sendiri, hingga dia memutuskan beranjak dari kasur dan menghampiri meja belajarnya.

Buku-buku tersusun rapi di atas meja kayu. Ada alat tulis dan beberapa lembar kertas yang ditempelkan di dinding berisikan catatan-catatan ketika dia belajar. Alea duduk di bangku seraya memperhatikan lamat bingkai kecil yang berada di pinggir meja. Isi bingkai itu menampakkan satu orang pria paruh baya yang tengah menggendong gadis kecil berkuncir dua. Keduanya sama-sama sedang tersenyum lebar ke arah kamera.

Alea tanpa kedip memandang foto lama itu yang masih tersimpan apik hingga saat ini. Dia perlahan menyematkan senyum di kedua sisi mulutnya. Tangannya terjulur untuk mengambil pigura kayu tersebut usai mengusapnya sedikit, guna membersihkan debu yang ada.

Jantungnya perlahan berdebar. Kerinduan yang sudah lama dia pendam, naik juga ke dasar paling atas dalam perasaannya. Alea sungguh rindu dengan sosok di foto itu. Namun, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya memandangnya.

"Ayah ..."

"Alea kangen, Yah ..."

"Ayah nggak mau balik aja sama kita kayak dulu lagi?"

Tanpa diundang, dan tanpa diminta, air matanya lolos seperkian detik setelah ia mengucapkan kalimat yang terdengar menyakitkan. Perasaannya bak disayat oleh belati tajam. Alea ingin kembali menuliskan kisah bersama cinta pertamanya, namun saat teringat kembali bagaimana kejadian masa lalunya itu, dia menjadi urung.

Sejurus kemudian, Alea buru-buru menghalau sisa air matanya. Lalu, kakinya melangkah cepat keluar kamar. Matanya berbinar ketika menangkap presensi seorang ibu rumah tangga yang saat itu tengah sibuk mencicipi hasil masakannya.

"Bunda ...," seru Alea seraya memeluk tubuh sang bunda dari belakang.

Mila terperanjat, beruntung sendok sayur yang tengah digenggam tidak jatuh ke lantai dan mengenai kakinya dan kaki putrinya. "Apa, Nak? Kebiasaan deh, buat Bunda kaget terus kalo lagi masak," omel Mila dengan nada pelan tapi tersirat kelembutan.

Tangan Alea masih setia melingkar di pinggang Mila. Gadis itu tersenyum hingga menampilkan deretan giginya. Mila paham akan sifat anaknya jika sudah bergelayut manja seperti ini, pasti anaknya itu tengah merasakan sesuatu. Atau ..., ingin meminta sesuatu? Entahlah.

RAGELEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang