Bab 4

464 254 941
                                    

Halo, bagaimana dengan hari ini?

Selalu tersenyum dan bersyukur, ya

Vote dan komenmu, semangatku

Jangan skip narasi, ya, gais!

•●•

"Nyariin gue?"

Entah datang darimana, tau-tau Ragel sudah ada tepat di belakang tubuh Alea. Gadis itu mematung, belum berani membalikkan daksanya untuk bertatap muka dengan Ragel. Tapi, tidak mungkin juga kan, bila ia terus-menerus bersikap konyol seperti itu? Dengan perasaan hati yang begitu deg-degan sebab Ragel sudah lebih dahulu memergoki dirinya, Alea memberanikan diri memutar seluruh badannya untuk berhadapan secara dekat dengan pemilik mata teduh itu.

Hatinya tak pernah berhenti merapalkan segala macam bentuk doa upaya mendapatkan perlindungan. Desir darahnya yang mengalir di dalam tubuh terasa begitu cepat. Tidak dapat dihitung sudah berapa kali detakkan jantungnya yang memompa amat kuat. Alea meringis pelan akibat kelalaiannya.

"Kenapa? Ada perlu apa sama gue sampe ngintip-ngintip segala," sahut Ragel.

Ucapan Ragel barusan memang terdengar sangat menjengkelkan. Yang awalnya Alea takut karena sudah ketahuan, namun perasaan itu senyap setelah tahu bagaimana Ragel berujar demikian. Tidak ada halus-halusnya dari semua perkataan Ragel yang terlontar. 

Baiklah, salahkan saja Alea dalam situasi ini. Toh, memang dirinya yang sudah salah memperhatikan orang lain secara diam-diam. Namun, ada baiknya juga kan Alea tidak berniat buruk kepada Ragel seperti mengambil gambar layaknya orang aneh diluaran sana.

"Emm ..., enggak." Nada suara Alea yang ragu, berhasil memecahkan curiga yang Ragel ciptakan.

Ah, sudahlah, Ragel tidak ingin memperpanjang situasi tidak mengenakkan itu. Ia akan menerima dengan mudah apa yang baru saja Alea lakukan terhadap dirinya. Anggap saja, gadis itu kepo perihal urusan pribadinya.

"Mau duduk di bangku?" Alih-alih marah, justru Ragel menawarkan Alea.

Alea pun spontan memasang raut bingung. Ia mengerutkan keningnya seolah bertanya dalam benak, namun tidak ia ungkapkan. Ni orang nawarin gue duduk apa gimana ini? Itu isi pikirannya yang tiba-tiba menyerang batinnya.

Tidak ada jawaban yang tersampaikan dari mulut Alea, Ragel berdecak ringan seraya membuang napas pelan. Alih-alih berjalan bersama gadis itu menuju bangku dekat pohon ceri yang sebelumnya sudah ia tempati, Ragel malah bergegas sendiri. Dengan tampang datar, begitu pula kakinya yang bergerak teratur. Alea pun sigap mengikuti cowok itu meskipun rasa kesal menyelimuti ruang hatinya.

"Sekali lagi gue tanya, kenapa lo ngintipin gue?" Suaranya amat dingin, serta tatapan yang enggan menatap wajah Alea yang beberapa menit lalu telah mendaratkan bokong di sebelahnya. Pandangannya jauh menerawang ke depan bagai tidak memperdulikan adanya orang di sampingnya.

"Nggak papa, gue ..., tadi nggak sengaja lewat sini, terus nggak sengaja juga liat lo kayak lagi bingung nyariin sesuatu gitu," ungkap Alea pada akhirnya sambil memainkan ujung jari tangannya. Tidak lama kemudian, ia mendongak, menatap wajah Ragel dari samping yang nampak tegas dibagian rahang. "Emang lo nyariin apa sih sampe muter-muter taman?" Jiwa ingin taunya mendadak naik ke permukaan.

RAGELEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang