Menyesal.
Itu yang kurasakan setelah bercinta dengan Mortimer pagi ini. Yeah, aku memang berhasil meraih kepuasan, puncak dari segala puncak kenikmatan. Akan tetapi, yang kudapatkan setelah itu adalah rasa malu yang sangat besar. Mortimer menghinaku dengan senyuman liciknya dan melalui pantulan bola matanya aku melihat diriku sendiri di sana. Tidak berdaya, tidak memiliki harga diri, dan tidak berguna.
Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi aku benar-benar tidak bisa berpikir jernih kala itu. Ada sesuatu yang mengendalikan diriku dan menguasai pikiranku, aku baru menyadarinya sekarang, hasratku muncul tanpa alasan dan itu menimbulkan kecurigaan. Apakah mungkin Mortimer berlaku licik demi menaklukanku? Apakah mungkin pagi tadi Mortimer menaruh sesuatu di sarapanku agar dia bisa mendengarku memohon untuk dia tiduri?
Mungkin saja.
Air mata sudah berkumpul dan hampir tumpah, tapi aku segera menyadarinya saat seorang wanita yang tengah meriasku menyerahkan selembar tisu.
"Apa bulu matanya terasa tidak nyaman, Ms Scott?" tanya wanita itu. Aku menggeleng pelan sambil menerima tisu darinya lalu dengan hati-hati menghapus air mataku.
Dia kembali melakukan tugasnya. Meriasku untuk mendampingi Mortimer menghadiri sebuah acara penting. Entah itu sebuah pertemuan atau perayaan, aku tidak tahu. Yang jelas acara ini pasti hanya akan dihadiri oleh orang-orang yang ada di kelas yang sama dengannya, orang kaya dengan banyak uang dan mampu membeli apa saja dengan kekayaan mereka, bahkan harga diri seseorang sekali pun.
Setelah selesai meriasku, wanita itu membantuku memakai gaun ketat yang cukup terbuka di bagian dada. Aku memandang ke arah cermin dan merasa malu melihat diriku sendiri, oh aku tidak pernah keluar dari rumah dengan pakaian yang terbuka seperti ini, potongan lehernya yang sangat rendah hampir memperlihatkan sebagian besar dadaku.
"Apakah tidak ada pakaian yang lebih tertutup?" melalui pantulan cermin aku melihat Mortimer yang berjalan memasuki kamar hotel sambil menatap penampilanku dengan kerutan di dahinya, "Aku tidak memintamu untuk membuatnya terlihat seperti pelacur" cetus lelaki itu.
Wanita yang meriasku tampak ketakutan. Ia segera mengambil gaun lain yang ia bawa, gaun berwarna hijau sacramento yang sangat cocok dengan rambutku yang berwarna burgundy. Mortimer berdiri di sana tanpa merasa malu saat wanita itu membantuku mengenakan gaun yang lain. Kemudian setelah selesai dia berdiri di hadapanku dan menatapku dengan sesuatu yang tersembunyi di balik mata hijaunya.
"Kau boleh pergi" kata Mortimer kepada wanita itu.
Mengambil barang-barangnya, wanita itu pergi meninggalkan aku bersama Mortimer berdua di dalam kamar hotel. Kali ini berhadapan dengannya aku tidak lagi merasa takut melainkan malu, aku tidak bisa berhenti memikirkan betapa murahannya aku pagi tadi saat memintanya untuk tidur denganku.
"Kau akan mendampingiku menghadiri acara amal" ucapnya.
Aku memandangi diriku sendiri lalu berkata, "Tidakkah penampilanku terlalu berlebihan hanya untuk menghadiri sebuah acara amal?"
Pria itu terkekeh pelan, untuk yang ke sekian kalinya tawa Mortimer membuatku merasa bodoh.
"Ini yang dinamakan berkelas Tatum, kau berharap apa? Aku membawamu pergi dengan gaun murahanmu?" sahutnya.
Yeah sialan, pria itu berhasil menyinggung perasaanku.
"Setidaknya itu bukan gaun yang menunjukkan keangkuhan, Mr Mortimer" kataku dengan nada bicara yang lembut tapi menusuk.
Mortimer terdiam dengan rahang yang mengeras. Tangannya terulur untuk menyentuh daguku lalu ia mengangkat wajahku dan membimbingku untuk menatap matanya yang tajam, "Aku senang kau sudah pandai berbicara Tatum, ini sebuah kemajuan kau berani berkata selancang itu kepadaku" ucapnya.
Mortimer menyapu bibirku dengan penuh penekanan, tak peduli jika lipstik merah yang terpoles di sana menjadi berantakan, "Aku bahkan masih ingat bibir ini....bibir yang sama yang memohon kepadaku pagi tadi, dan sekarang bibir ini juga mulai berani melawanku, hm?" mata hijau lelaki itu berkilat penuh gairah dan kekesalan. Sambil menyingkirkan ibu jarinya dari bibirku dia berkata, "Lipstikmu terlalu tebal, sekarang aku membuatnya terlihat lebih baik"
Ada perasaan lega yang begitu besar saat Mortimer menjauh dariku, dia mengambil selembar tisu untuk mengelap bekas noda lipstikku dari ibu jarinya. Aku menatap punggung kekar lelaki itu, aku tahu dia akan terus mengungkit-ungkit sikap murahanku pagi tadi untuk membuatku merasa lalu. Oleh karena itu aku memberanikan diri untuk menjelaskan kepada Mortimer bahwa pagi tadi aku tidak sepenuhnya sadar saat memintanya untuk bercinta denganku.
"Mr Mortimer, aku minta maaf atas sikapku yang murahan pagi tadi, itu bukanlah kehendakku" ucapku sambil tertunduk.
Mortimer berbalik lalu tertawa sumbang, "Lalu kehendak siapa, Tatum? Kau yang mengemis untuk kutiduri tapi mengapa sekarang kau bertingkah seolah-olah aku yang telah memaksamu?"
Karena memang itu yang ada di pikiranku, aku yakin Mortimer menaruh sesuatu pada sarapan yang kumakan pagi tadi.
"Aku tidak tahu Mr Mortimer, aku merasa aku tidak sepenuhnya sadar saat aku memintamu untuk...." aku terdiam tak mampu melanjutkan kata-kataku. Aku merasa malu.
Namun tampaknya Mortimer sudah mengerti dan berhasil menangkap maksudku, lelaki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana lalu dia menghampiriku dengan langkah yang membuatku merasa terintimidasi.
"Apa kau menuduhku menjebakmu obat perangsang?" tanyanya, dingin.
Aku terdiam sambil mengulum bibir bawahku.
"Jawab aku, Tatum" bisiknya.
Nafasku tercekat di tenggorokan, "Maaf Mr Mortimer aku tidak bermaksud—"
"Tapi itulah yang aku tangkap dari ucapanmu" selanya. Aku terdiam, oh sialan mengapa sekarang aku merasa ketakutan?
"Tatap aku, Tatum" titah Mortimer. Beberapa detik aku terdiam sebelum memberanikan diri untuk mengangkat wajah dan menatapnya, "Aku tidak butuh obat apa pun untuk membuatmu bergairah, kebenarannya adalah kau menginginkanku....tubuhmu menjerit membutuhkanku tapi kau terlalu angkuh untuk mengakui itu"
Jemariku saling bertaut karena merasa gugup. Mortimer mendekatkan wajahnya lalu dia berbisik tepat di permukaan bibirku, "Sekarang siapa di antara kita yang lebih angkuh?"
Aku bungkam, memalingkan wajahku karena merasa tertampar oleh ucapan Mortimer. Tak ingin mengulur waktu dengan berdebat, dia segera menggandeng tanganku dan membawaku pergi menuju ke acara amal yang ingin ia hadari.
Di sepanjang perjalanan aku terus memikirkan apa yang Mortimer katakan, apakah benar aku menginginkannya? Apakah benar yang terjadi pagi tadi karena tubuhku mendambakan kehadiran dan sentuhan lelaki itu?
Apakah benar aku terlalu angkuh untuk mengakui bahwa sebenarnya aku menginginkan Gregory Mortimer?
— TBC —
Vote+comment for next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Sale (COMPLETED)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Demi membebaskan suaminya dari tuntutan hukum Tatum Scott Delaney terpaksa harus melayani Gregory Mortimer, pemilik perusahaan GM Engineering & Construction tempat suaminya bekerja selama enam bulan lama...