"Lily! Lily!" teriak Devano dari luar kamar. Jam menunjukkan pukul empat sore. Biasanya pukul sekian, Devano mengajak Lily jalan-jalan sampai langit menjingga.
"Ayolah sayang, kamu gak asik deh. Begini gak mau, begitu gak mau."
Devano benar. Sejak laki-laki itu membawanya ke sebuah apartemen, Lily tak berselera melakukan apapun. Jalan-jalan bersama Devano pun ia enggan, apalagi melakukan hal lain.
Akan tetapi, Devano adalah laki-laki yang baik. Meski Lily engga jalan-jalan, ia akan tetap ngotot masuk ke kamarnya dan duduk menemani Lily. Lalu mereka tak akan melakukan apa-apa. Kadang mereka hanya dia dan menonton drakor di televisi.
"No, thanks Devano. Lily lagi malas." jawab Lily, lagi-lagi menolaknya.
Lily mendengar pintu kamar dibuka dari luar. Devano berjalan mendekati Lily, lalu duduk di sampingnya.
"Sayang kamu kenapa?" tanya Devano lembut.
Lily menepis tangan Devano yang hendak membelai rambutnya. "Lily bosen! Di sini gak ada temen. Lily mau pulang ke rumah." ucap Lily.
"Iya sayang, kamu boleh pulang ke rumah." ucap Devano.
Mata Lily berbinar. "Bener?!" tanyanya sumringah.
"Tahun depan tapi."
"Alaahhh serius Dev, ih!"
"Saya serius."
Lily memanyunkan bibirnya. "Tapi kenapa?"
"Gak apa-apa."
"Tapi ... tapi ...."
"Gak ada tapi-tapian." ucap Devano mengakhiri pembicaraan.
Lily menghela napas. Dia menyadarkan kepala ke dada Devano.
"Dev ...."
"Hm?"
"Mau cium."
Devano menatap Lily dengan tatapan tidak percaya. "Di sini." ucap Lily sambil mengarahkan jari telunjuknya ke bibir.
"Oke."
Devano mendekati wajah Lily dan mencium bibirnya. Awalnya memang ciuman biasa. Tapi lama-kelamaan menjadi sebuah lumatan. Devano menahan hasratnya.
Lily mendorong pelan dada Devano, dan Devano melepas tautannya. "Thanks Dev."
"Hm." Setelah mencium Lily, Devano pun beranjak dari ranjangnya. Dia melangkah menuju pintu, tapi Lily menahan tangannya.
"Devano mau ke mana??" tanyanya.
"Mau ke kantor sebentar."
"Tapi ini udah larut malem Dev ...."
"Iya, kamu tidur saja ya." titah Devano. Panggilan dari Lily tak menghentikan langkahnya untuk keluar dari apartemen.
"Ikuuttt." ucap Lily.
"Udah malem sayang."
"Tapi Lily gak mau di kamar terus. Please ajak Lily jalan-jalan eum."
Devano berdecak kecil. Dia memijit pelipisnya sambil sesekali melirik Lily.
"D-Devano marah? Yaudah, gak apa-apa. Lily gak usah ikut." Lily melepaskan lengan Devano dengan lesu.
Devano yang melihat raut wajah Lily yang berubah pun menjadi iba. Dia menggenggam erat tangan Lily dan menuntunnya ke sebuah mobil berwarna silver. "Okey, kamu boleh ikut. Tapi harus nurut sama saya."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Romance[[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]] 🔞 Dijadiin Sugar Baby oleh Sugar Daddy? Udah biasa. Ketemu Sugar Daddy di bar? Udah biasa. Dijodohin sama CEO mesum? Udah biasa. Tapi gimana jadinya kalau diculik sama Daddy King mesum? Itu baru luar biasa. Lily, gadi...