5

4.5K 90 8
                                    

Lily duduk di salah satu sofa yang ada di ruangan Devano. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan Devano masih sibuk dengan berkas-berkasnya.

"Kamu gak ngantuk?" tanya Devano.

Lily menggeleng pelan.

"Bener? Kalau ngantuk tidur saja. Nanti saya bangunkan." ucap Devano.

Lily menghela napas. Dia melamun, menatap sudut ruangan. Siapa itu Nara. Apakah wanita itu benar-benar pacar Devano?

"Hei," Lily tersentak ketika Devano membelai wajahnya. "Kamu kenapa?" tanya Devano lembut.

"Gak apa-apa," jawab Lily pelan.

"Jangan bohong."

"Lily beneran gak apa-apa kok."

Devano menghela napas dan mengangguk mengerti. Dia berdiri dan berjalan menjauhi Lily. Tepat pada langkahnya yang ketiga, Lily memeluk Devano dari belakang.

"Dev, salah gak sih?"

"Salah kenapa?"

"Salah gak sih kalau Lily suka sama Devano."

Deg!

Devano terkejut. Lily suka padanya? Apakah ini hanya candaan, atau dia benar-benar suka padanya?

Devano membalikkan badannya, memegang bahu Lily dan mensejajarkan tubuhnya dengan Lily.

"Dengar sayang, kamu mau suka sama siapapun itu wajar. Kamu juga punya perasaan untuk suka ke seseorang."

"Tapi gak wajar kalau Lily suka sama Devano. Iya, Lily tahu ini salah tapi—"

Devano menempelkan bibirnya ke bibir Lily. Melumatnya perlahan sambil memeluk tubuh mungil gadis itu. Lily yang tidak ahli dalam berciuman pun kewalahan. Di detik yang kesepuluh, Lily mendorong dada Devano dan melepaskan tautannya.

"Apa ini menjawab pertanyaanmu sayang?"

Deg!

Dada Lily berdegup kencang. Suara Devano sangat lembut dan berhasil membuat hatinya berdesir. Lily mengalihkan pandangannya. Wajahnya sudah merah padam.

Devano menarik dagu Lily pelan dan menatap manik hitam Lily. "Cantik," ucapnya singkat tapi berhasil membuat jantung Lily hampir meledak.

"Dev, apaan sih ihh, malu tahu." Lily menutup wajahnya yang sudah sangat memerah dengan kedua telapak tangannya yang mungil.

Devano terkekeh. "Jangan ditutup sayang, saya suka lihat wajah kamu yang merah." Devano menahan lengan Lily. Dia menatap wajah Lily intens.

Lily mengalihkan pandangannya. Jantungnya benar-benar ingin meledak.

Devano menangkup wajah Lily, dan meraup bibir pink nya. Lily terlihat kaku. Devano pikir, ini adalah yang pertama kalinya untuk Lily. Lily tidak pernah berciuman dengan pria lain sebelumnya.

Ciuman Devano makin intens, dan lama-kelamaan turun ke leher jenjangnya. Lily melenguh ketika Devano membuat tanda di lehernya. Tangan Devano mulai bergerak. Dia meremas pelan payudara Lily dari luar baju. Meskipun tidak terlalu besar, tapi itu berhasil membuat Devano tergoda.

"Dev, mhh …." Bulu kuduk Lily meremang ketika Devano mencium leher bagian belakangnya.

Devano membuka kancing baju Lily. Melepas tautan bra dan kembali meremas lembut payudara Lily.

Ciuman Devano turun ke bawah. Dia menjilati dan menggigit kecil dada Lily. Devano dengan rakusnya melahap payudara Lily. Mengemutnya bagaikan bayi yang kehausan. Sesekali Devano menggigit nipple Lily.

Lily merasakan setiap sentuhan yang diberikan Devano. Dirinya mabuk dalam buaian Devano.

Devano menggendong Lily dan mendudukkannya di atas meja kerjanya. Devano melepas rok Lily. Dia berjongkok dan menatap Lily. "Can i?" tanyanya.

Lily mengangguk pelan. Sungguh, dia ingin lebih dari ini. Devano langsung melepas celana dalam Lily ketika gadis itu mengangguk.

Vagina Lily yang berwarna pink benar-benar menggoda Devano. Segera saja Devano memasukkan salah satu jarinya ke vagina Lily. Mengaduk-aduk bagian intinya, membuat Lily menggeliat.

"Devv ahh."

Devano menekan pelan klitoris Lily membuat gadis itu menjerit kaget. Devano meredam jeritan Lily dengan mencium bibirnya. Tangan Devano terus mengaduk-aduk bagian inti Lily.

"Dev mhh." Lily menahan desahannya agar tak keluar. Dia takut, orang-orang yang ada di luar ruangan Devano mendengar suara desahannya.

"Jangan ditahan baby, keluarkan saja. Tidak akan ada yang mendengar." terang Devano. Lily menatap sayu Devano.

Damn! Devano mengumpat dalam hati. Bagaimana mungkin gadis yang berumur dua puluh tahun ini benar-benar sangat imut. Devano benar-benar ingin menidurinya. Dia ingin membuat Lily takluk di hadapannya. Mendesah setiap malam sambil memohon kepadanya.

"Dev, stop please." ucap Lily lemah.

"Kenapa sayang, hm?"

"Mau keluar …."

"Keluarkan saja. Itu tidak masalah."

Jari Devano dijepit kuat oleh vagina Lily. Tepat pada saat itu, Lily mengeluarkan cairan kentalnya yang berwarna putih. Pada saat itu juga badan Lily langsung lemas. Vaginanya masih berkedut.

Devano menghentikan gerakan tangannya. Dia membiarkan Lily menikmati squirt pertamanya.

"Dev, lemes." keluh Lily.

Devano terkekeh. "Begini saja sudah lemas. Bagaimana dia mau melayaniku nantinya." batin Devano geli.

"Permainan belum selesai my baby girl."

- TO BE CONTINUED -

My Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang