[[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]]
🔞
Dijadiin Sugar Baby oleh Sugar Daddy?
Udah biasa.
Ketemu Sugar Daddy di bar?
Udah biasa.
Dijodohin sama CEO mesum?
Udah biasa.
Tapi gimana jadinya kalau diculik sama Daddy King mesum?
Itu baru luar biasa.
Lily, gadi...
Devano duduk di atas kursinya gusar. Dia menatap ke layar laptop yang menyala, kemudian mengusap kasar wajahnya. Begitu saja terus hingga satu jam terlewati. Dia memang merasa bersalah pada Lily. Seharusnya dia tidak bertengkar dengannya.
Dia menghela napas berat, lalu berdiri. "Saya akan pergi ke kamar Lily sebentar." ujarnya kepada pelayan pribadinya.
Devano mengangkat kakinya, berjalan menuju kamar Lily. Ada alasan kenapa dia meminta bodyguard-nya untuk berbicara pada Lily. Dia ingin jika Lily tenang terlebih dahulu. Devano tidak suka pada perempuan yang rewel.
Pintu berderit terbuka, menampilkan Devano yang melangkah masuk ke kamar Lily. Laki-laki itu melihat sekitar. Tidak ada bodyguard-nya. Hanya ada Lily. Apakah Lily memang se-rewel sampai-sampai bodyguard-nya saja tidak tahan.
"Astaga, Lily!" Devano berteriak histeris ketika melihat penampilan. Benar-benar … berani dan terbuka! Dia memakai pakaian berwarna merah yang kekecilan. Menampilkan tonjolan payudaranya yang menggoda. Dan tunggu dulu, dia tidak menggunakan bra! Devano meneguk ludah. Lily juga menggerai rambutnya. Terdapat jepit rambut yang menempel pada sisi kiri dan kanan kepala Lily.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matanya menatap polos ke arah Devano. "Ada apa, Devano?" tanyanya dengan suara kecilnya.
Wajah Devano langsung memerah. Bagaimana bisa Lily-nya yang polos mengenakan pakaian seperti ini!? Laki-laki itu kemudian memalingkan pandangannya, menutup wajahnya yang sudah merah padam.
"Apa yang kamu kenakan itu, Lily?" tanyanya. Devano berusaha untuk tetap tenang.
"Apa? Tentu saja baju!"
Devano kemudian menatap Lily kembali. Dia berusaha untuk menatap ke wajah Lily. "Kenapa kamu tidak memakai bra?" tanyanya frontal.
"Apa?" Lily menunduk ke bawah, lalu dengan cepat menutupi dadanya. "Oh … uhh itu … Lily tidak nyaman."
"Kamu gila!?" teriaknya. "Ganti bajumu sebelum saya marah!"
"Tidak mau!" bantah Lily. "Devano selalu saja memerintah. Lily tidak suka!"
Laki-laki itu perlahan berjalan mendekat. Matanya secara terang-terangan menatap payudara Lily yang berisi. Bagaimana rasanya jika tangan Devano menyentuh dan meremas payudara itu? Bagaimana rasanya jika Devano mencium bibir mungil itu? Bagaimana jika … ah! Pikiran Devano mulai kotor. Tapi sungguh, nafsunya sudah diujung tanduk. Dia benar-benar ingin membuat Lily memohon dan mendesah di bawah sana.
Devano kemudian mendorong tubuh Lily, hingga gadis itu terbaring di atas kasur. Devano langsung menindihnya. Laki-laki itu akhirnya dapat menatap Lily dengan jarak dekat. Bahkan dengan satu gerakan saja dia bisa meremas kuat payudara Lily.
Devano meneguk ludah sebelum tangannya meraih pinggang Lily. Dia mencium bibir Lily dengan penuh nafsu.
Gadis itu tersentak ketika Devano menariknya tiba-tiba. Dia tidak tahu bahwa Devano akan menciumnya. Satu kata yang mendeskripsikan Devano saat ini. Menjijikkan. Begitu pikir Lily.
Lily kemudian mendorong tubuh Devano. "A-apa yang Devano lakukan?" tanyanya. Badannya bergetar ketakutan. Dia syok.
Pupil mata Devano melebar dan ia langsung tersadar. Laki-laki itu berjalan mundur dan mengusap wajahnya. "Apa yang baru saja kulakukan!?" batinnya kesal. Dia lalu mengangkat wajahnya, menatap Lily yang masih bergetar ketakutan.
Laki-laki itu kembali berjalan ke tepi tempat tidur, menghampiri Lily. Gadis itu tambah gemetar ketika melihat Devano berdiri tepat di hadapannya. "Pergi!" teriaknya.
Laki-laki itu menghela napas, lalu berjongkok di hadapan Lily. "Lily, tatap saya."
Lily langsung menggeleng. "Tidak mau!" Dia menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut yang menutupi tubuhnya. Ya. Lily langsung menyelimuti tubuhnya ketika Devano tiba-tiba menciumnya.
Devano menghela napas. "Saya tidak akan menyakitimu. Tatap saya Lily." ujarnya tegas.
Lily yang sedikit gemetar menaikkan wajahnya. Menatap wajah Devano yang tersenyum lembut ke arahnya. "Shhh, tidak apa-apa. Maafkan saya. Saya yang salah." ujarnya lembut. "Saya sudah bilang 'kan, ganti bajumu. Tapi kamu keras kepala."
Lily cemberut. Jadi dalam situasi seperti ini, dia yang salah? Gadis itu tidak terima! Dia 'kan hanya duduk diam. Namun tidak mungkin Lily mengatakan hal itu. Itu hanya akan membuat Devano makin marah. "Menyebalkan." cicitnya.
Devano terkekeh. Dia mencium dahi Lily, lalu mengelus kepalanya pelan. "Jadilah gadis yang baik, mengerti?" Devano kemudian berdiri, dia hendak berjalan keluar sebelum tiba-tiba Lily berseru memanggil namanya.
"B-bisakah temani Lily di sini sebentar? Lily takut sendirian." cicitnya lagi.
Jantung Devano berdegup kencang. Bagaimana bisa dia menahan dirinya bersama Lily selama itu. Bahkan untuk berdiam di samping Lily selama satu menit saja dia gagal. Dia hampir melampiaskan nafsunya.
"Saya ada pekerjaan, Lily." Akhirnya hanya itu yang bisa Devano katakan.
Lily cemberut. Matanya lalu berbinar, memohon pada Devano. "Hanya sebentar saja kok," ucap Lily.
Devano menghela napas, lalu mengangguk. "Baiklah." Laki-laki itu kemudian mengambil kursi dan menaruhnya tepat di hadapan Lily.
"Devano akan duduk di situ? Ayo duduk di samping Lily saja!" pinta gadis itu.
"Tidak." tolak Devano tegas.
"Tapi Lily ingin lebih dekat dengan Devano."
"Tidak boleh."
"Kenapa tidak? Biasanya kan---"
"Saya bilang tidak, artinya tidak! Kenapa kamu sangat rewel!?" Devano akhirnya tidak bisa menahan emosinya. Dia berteriak pada Lily, membuat gadis itu terkejut.
Lily menunduk. "Baiklah,"
Devano memutar bola matanya malas. Jujur saja, dia kesal. Tapi sebenarnya dia berteriak seperti itu agar nafsunya tidak naik kembali. Dia takut. Takut tidak bisa mengontrol nafsunya. Dia takut membuat Lily hamil.
Tiba-tiba Lily duduk di pangkuan Devano, membuat laki-laki itu tersentak. "Apa yang---"
Ucapan Devano terputus ketika Lily mencium bibirnya. Dia mencium Devano dengan rakus. Lily kemudian memutus ciumannya, menatap Devano sayu. "Lily tidak tahan lagi, Devano."
- To Be Continued -
Vote dan komen sebanyak-banyaknya ya. Agar saya selalu semangat untuk melanjutkan cerita. Jika ada yang menginginkan pic 18+ seperti di atas, silahkan bisa kirim pesan pribadi ke saya ya!