" Nanti jangan lupa jemput junghwan "
" Hmn "
Suara dentingan alat makan terdengar di ruang makan keluarga Park. Hanya nyonya Park dan Putra tunggal Park yang tengah sarapan. Tuan Park sudah berangkat ke kantor sejak pagi buta, katanya ada sesuatu hal yang harus ia selesaikan tepat waktu.
Jeongwoo mengedarkan pandangannya di depan bangunan bertingkat berwarna putih. Ia sedang mencari keberadaan bocah laki laki yang akan ia jemput.
Gerbang bangunan tersebut terbuka menampilkan seorang laki laki yang sudah lengkap dengan seragam sekolah, jangan lupakan selembar roti yang masih memenuhi mulutnya.
Gemas bukaaann ><
Junghwan tidak sempat menghabiskan sarapannya di meja makan, pagi ini ia terburu buru karena bangun agak kesiangan. Ia menyambar selembar roti tawar dengan selai coklat yang ada di atas meja makan, sebenarnya junghwan ingin donat :(.
Ia berjalan menuju gerbang rumahnya dengan tergesa, " Duuh...kenapa pagar rumah ini berat sekali huh?, kau tidak tahu aku sedang terburu buru "
Junghwan mengomel pada pagar rumahnya dengan keadaan mulut yang penuh sambil mengunyah, pipinya mengembang lucu. Raut wajahnya nampak kesal, tapi ia tidak jadi melanjutkan acara mengomelnya, perhatiannya teralih pada mobil mercy berwarna hitam yang terparkir apik di halaman rumahnya.
Junghwan celingukan ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan si pemilik mobil tersebut.
' Ah...sudahlah bukan urusan ku, kalau nanti ada kabar pencurian mobil mewah di depan rumahku, jangan salahkan aku. Salah sendiri parkir sembarangan ' tebak junghwan bicara pada siapa?. Tidak ada lawan bicaranya, junghwan hanya sedang mendumal.
Saat junghwan mulai melangkahkan kaki melewati mobil itu, tiba tiba pitu mobil itu terbuka. Menampilkan sosok pria yang sebelumnya pernah dilihatnya. Dengan setelan jas yang rapih dan terkesan maskulin, itu sangat terlihat eeerrrr tampan.
Yaampun, ingatkan junghwan ia harus segera berangkat ke sekolah.
" Masuk! " Terdengar seperti perintah
" Aku harus segera ke sekolah, aku sudah terlambat, selamat tinggal " Saat ingin beranjak menuju halte, langkahnya terhenti karena tangannya ditahan oleh pria itu.
" Ku bilang masuk " Matanya memicing menatap pintu mobil, memberi perintah kepada junghwan. Itu...menyeramkan.
Junghwan tidak bisa berkata kata, ia hanya menuruti perkataan pria itu. Ia duduk di kursi depan, di samping jeongwoo. Akh...gemas sekali, yang satu bersetelan jas, yang satu lagi bersetelan seragam sekolah dengan posisi duduk berdampingan.
Hening, sejauh ini belum ada yang memebuka pembicaraan diantara mereka. Suasananya jadi terasa canggung.
" Eumm, boleh aku bertanya? ' junghwan mencoba membuka pembicaraan.
" Tanyakan saja "
" Aku harus memanggilmu dengan sebutan apa? "
" Apa aku harus memanggilmu 'om'? " Junghwan melanjutkan pertanyaannya yang hanya mendapat lirikan tajam dari sosok yang ditanya.
" Aah, iya iya maaf. Kak, iya aku akan memanggilmu 'kak'? " Junghwan hanya menampilkan cengiran tanpan dosa andalannya.
" Itu lebih baik daripada di panggilan 'om', aku tidak setua itu untuk dipanggil om "
" Aah, maafkan aku " Hanya dibalas deheman singkat oleh jeongwoo.
Mobil jeongwoo mulai memasuki area sekolah junghwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
D O N E ; WooHwan
Teen Fiction⚠️Warning Angst M-preg Messy words Mature(?) Junghwan hanya remaja laki laki biasa, sama seperti kebanyakan remaja lain seumurannya. Iya, itu dulu. Sebelum ia mengetahui kebenaran bahwa ia telah dijodohkan dengan rekan bisnis ayahnya sejak kecil. ...