Hari ini hari sabtu, sekolahku libur. Karena sekolahku termasuk full day. Dari hari senin - kamis aku masuk sekolah pkl. 07.15 dan kembali pulang pkl. 15.00 . jum'at masuk 07.15 dan pulang pkl. 11.40. Karena jum'at adalah hari wajib bagi anak putra untuk sholat jum'at.
*******
Iyaa pagi ini, seperti biasa aku membantu umi masak sarapan. Sekitar pkl. 09.00 ada sms dari umi (tirinya) gery. Memang tak terasa sudah 2 bulan lebih aku berkomunikasi dengan papi dan umi (tirinya) gery yang berada di jakarta. Yang dibahas ya sekedar gery seperti apa kebiasaannya. Dan mereka juga sepertinya mendukung hubunganku dengan gery.
"Assalamu'alaikum, tina, gery kemana ya? Kok tante tlfn gak aktif dan tante sms gak ada balesan. Tina ada tln.an sma gery? Klo ada, tolong bilang ya. Ada kajian di masjid nurul huda dekat bandara itu. Makasih banyak ya tina" . membaca sms dari umi (tirinya) gery, aku juga bingung karena memang gery tidak ada kabar hari ini. Aku tidak berani menghubungi nya duluan. Karena aku takut ada maminya. Akhirnya ku beranikan untuk meng-sms gery. Aku forward sms umi (tirinya) ke nomor gery. Dan ku beri hastag dibawahnya "#smsnya umi ry".
Tiba-tiba beberapa menit kemudian ada balasan. Ku lihat dari gery. Tapi ternyata isi smsnya "saya ini ibu kandung gery. Kamu perempuan pengganggu gausah ikut campur! Dibayar berapa kamu sama si rikha?! Perempuan mandul itu ha?! Dasar penganganggu keluarga orang!!" . tak terasa air mata ini menetes. Khan kenapa lagi ini yaallah. Berat sekali cobaan dalam hubungan kami. Kami hanya anak remaja SMA. Kenapa maminya memaki ku seperti itu. Aku tak bermaksud untuk ikut campur urusan keluarga mereka. Aku hanya ingin membantu papinya gery untuk contact dengan gery. Astaghfirullah.*******
"Loh? Kakak kenapa? Kok nangis?" . umi memergoki ku menangis di kamar.
"Ha? Engga kok mii, tina ngantuk. Agak gak enak badan gitu" . aku berusaha menahan tangis. Aku tak mau umiku tau. Karena kalau umiku tau, pasti umiku bertengkar dengan maminya gery. Karena sempat waktu itu, umiku tau aku di marahi oleh maminya. Dan mau memberontak maminya, tapi ku halangi. Dan kalau umi sampai tau lagi aku di marah oleh maminya, pasti berabe.
Deg
Deg
DegUmi merampas hp ku yang ada di tanganku. Dan membuka sms. Huft, aku pasrah saja yaallah.
"Yaallah apa-apaan ini. Enak saja dia memaki anak umi ini. Biar umi telfon orang ini. Memangnya tina tidak punya ibu yang membelanya apa!" . khan umi marah. Aduuh bagaimana ini. Aku tidak mau memperkeruh semuanya.
"Sudah umi, biarkan saja. Sudahlah tina gak mau umi bertengkar. Ntar malah masalahnya besar." aku berusaha membujuk umiku untuk tidak melawan maminya gery. Tapi bujukan ku sia-sia. Akhirnya umi menelefon mami gery.
"Assalamu'alaikum, dengan ibunya gery? Ini saya ibunya tina. Kenapa ya? Kok anda marah-marah seprti itu? Oh bukan. Anak saya sebenarnya tidak mau ikut campur akan urusan keluarga kalian. Loh? Jangan marah-marah dlu dong. Hallo .. Halloo .. " . ku dengar umi seperti nya berdebat dengan maminya gery. Aku tidak tahu apa yang di bicarakan maminya gery terhadap umiku ini. "Sudah, awas ya kalau sampai kakak masih berhubungan dengan gery. Umi gamau kakak di maki-maki lagi sama orang. " aku hanya menangis dan memeluk erat umiku ini. Umi memang ibu sekaligus sahabatku. Umi tau semuanya. Aku selalu cerita apapun ke beliau. Beliau sangat menyayangiku.******
Ddrrttt ... Ddrrtt...
Hp ku bergetar ada seseorang yang menelefon dan ku lihat itu nomor gery. Tapi aku yakin itu pasti maminya gery. Umiku segera mengangkat telefon itu. "Iya halo?, oh begitu oke. Iya yaa he'em. Wa'alaikumsalam.". Aku mengira umi dan maminya gery sudah baikan. Tetapi umi bilang kepadaku "ibu nya gery bilang, dia sudah melaporkan ke wali kelas kalian yaitu bapak tarom. Dan ibu wati guru kesiswaan kalian. Besok tina dan gery dipanggil sama pak tarom dan bu wati nak. " umi menjelaskan kepadaku. Tapi aku malah makin menangis. Semakin deras air mataku. Kenapa dibawa ke sekolah masalah seperti ini. Yaallah. "Umi, tina gamau dipanggil sama guru. Tina pasti disindir-sindir di kelas sama gurunya tina. Tina takut miii" tangisanku semakin terisak-isak saat umi memelukku dan mengusap punggungku. Tapi aku berusaha kuat. Aku berusaha siap menghadapi besok di sekolah seperti apa.