Chapter #01

2.3K 193 11
                                    

  Doyoung menyiapkan semua barang-barang pribadi yang sangat dibutuhkannya untuk satu minggu ke depan, keluarga besarnya yakni Paman Alio mengajak berkumpul menghabiskan waktu liburan di sebuah Mansion yang memang milik pribadi. Hal tersebut sudah biasa bagi Doyoung, seluruh kerabat dekat akan berkumpul dan berangkat menaiki bus menuju lokasi mansion tersebut.

  Doyoung, bahkan mendengus berkali-kali hanya karena tidak mau berkumpul dan menikmati liburan tahun ini di Mansion milik pamannya itu, hal ini disebabkan karena dirinya sudah bosan liburan di tempat yang sama setiap tahunnya. Tapi, Neri, ibunya Doyoung itu merasa tidak nyaman jika Doyoung tidak ikut serta, kegiatan tahunan yang katanya untuk memperkuat silaturahmi sekeluarga. Apalagi, kesibukan masing-masing membuat waktu berkumpul sangat terbatas.

  Suara dering telepon genggam milik Doyoung memberikan efek getar di atas meja kayunya, membuat penderita alergi Apel itu menunda sebentar pekerjaannya. Melangkah pelan dan berdiri di depan meja kayu sambil menjawab panggilan yang ternyata dari sepupu pihak Ibu.

"Selamat pagi adik sepupu, kau sudah siap liburan?" Suara Junkyu di seberang sana membuat Doyoung memutar bola matanya, apalagi saat mendengar suara antusias Junkyu yang selalu ceria, penderita anemia bertahun-tahun itu seperti tidak pernah bosan liburan di tempat yang sama setiap tahunnya.

"Aku muak selalu liburan di tempat yang sama." Jawab Doyoung datar dan malas, kakinya melangkah santai mendekati tas super besar untuk menyimpan semua barang-barang yang dibutuhkannya.

"Kau tidak boleh begitu, ini acara keluarga tahu. Sangat jarang bisa berkumpul, tidak ada salahnya kita berkunjung ke Mansion paman Alio."

"Dan, aku yakin kegiatan kita di sana pasti akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya." Balas Doyoung, menyalakan loud speaker dan menaruh telepon genggam di lantai, tangan Doyoung memasukkan barang bawaannya, pukul dua siang mereka akan pergi ke Mansion itu. Sebelum ke Mansion, mereka akan berkumpul di rumah Haruto, rumah yang sangat pas karena posisinya di tengah, karena kerabat lainnya berada di barat dan selatan.

"Meskipun begitu, nikmati saja kebersamaannya. " Suara Junkyu terlihat lebih besar daripada sebelumnya.

"Tidak bisa, karena itu sudah berulang kali terjadi." balas Doyoung sambil mendengus dingin, kegiatan di sana sudah terekam jelas di pemikirannya, sesuai pengalaman yang terdahulu adalah acuan penderita alergi Apel itu.

"Hei! Siapa tahu liburan tahun ini berbeda." Junkyu lagi-lagi terdengar sangat antusias .

"Terserah apa kata mu saja, Junkyu." jawab Doyoung sambil memperbaiki posisi duduknya.

"Selalu. Ah, sampai bertemu di rumah Haruto. Aku bahkan melupakan wajah anak itu." Dibalik suara Junkyu itu, suara wanita dewasa membentak keras dengan kata-kata yang berkaitan pernikahan, suara itu di dengar jelas oleh Doyoung.

"Yeah, sampai bertemu juga." Balas Doyoung tanpa semangat, telepon diputuskan pihak Junkyu dan Doyoung melamun beberapa menit mengingat dan berusaha mengenali suara berisik yang ada di belakang Junkyu.

  Doyoung menggeleng cepat, mengabaikan suara bentakan itu. Doyoung segera berdiri dari duduknya dan keluar dari kamarnya turun ke bawah menuju meja makan, sarapan pagi untuk memulihkan sedikit staminanya. Di meja sudah ada Doyu; ayahnya Doyoung dan Neri , kedatangan Doyoung disambut senyuman hangat dari mereka.

  Doyoung juga segera duduk, tidak lupa membalas senyuman itu sebagai pengganti sambutan selamat pagi atau selamat datang. Wajahnya yang kecil dan rambutnya yang kusut karena belum mandi membuat Neri menggeleng kecil sambil beradu tatap dengan Doyu, ditambah gesture wajah putra tunggal mereka itu kurang baik, wajahnya merengut dan lebih banyak diam. Neri bahkan sudah menebak penyebab mood anaknya itu berubah buruk, pasti mengenai liburan tahunan yang harus berkumpul dengan banyak kerabat.

"Bukannya menyenangkan, bisa bertemu Junkyu?" pertanyaan Doyu membuat Neri mengangguk sebagai respons atas pertanyaan suaminya, padahal sebetulnya mereka mengajak Doyoung berbicara.

"Ya, Junkyu kakak sepupu yang ceria, setiap berkumpul, Doyoung lebih banyak menghabiskan waktu dengannya," Neri menjelaskan panjang keakraban Doyoung dan Junkyu.

"Kau tidak merindukan Junkyu?" Neri melempar pertanyaan pada Doyoung, membuat anak itu berhenti menikmati sarapannya, garpu yang dipegangnya dimainkan sebentar. Sepertinya Doyoung memilih tidak menjawab pertanyaan dari Ibunya.

"Ah, kau sudah menyiapkan barang bawaan 'kan?" Doyu mengalihkan pembicaraan, dan Doyoung membalasnya dengan anggukan kecil. Suami istri itu saling melirik lalu memilih fokus menikmati sarapan mereka karena sepertinya Doyoung masih kesal dengan mereka, apalagi malam kemarin mereka sangat memaksa Doyoung agar ikut serta dalam kegiatan tahunan keluarga. Sedikit merasa bersalah, namun hal tersebut wajib mereka lakukan, jika tidak, Neri dan Doyu akan diceramahi habis-habisan oleh Nenek dan Kakeknya si Doyoung yang sudah sangat tua dan keriput.

  Doyoung meneguk susu kambing steril yang dibeli Neri dari tetangga mereka yang berbisnis susu kambing etawa, hewan ternak mereka. Sebetulnya, Doyoung tidak terlalu menyukai rasa susu kambing yang terasa asin dan gurih walaupun terkadang terasa manis. Susu kambing etawa itu juga steril, dan di jamin aman di konsumsi karena dari kambing pilihan. Karena itulah Neri sering membelinya meskipun Doyoung sering memprotes keras, namun pagi ini Doyoung menghabiskan segelas susu kambing tanpa ada pertanyaan dan komentar, apalagi protes cerewet putra mereka itu.

  Doyoung meletakkan gelas kosong di atas meja, lalu beranjak dari duduknya tanpa sepatah kata. Doyoung melangkah menyusuri setiap anak tangga menuju kamarnya. Sesampai di kamar, Doyoung berlari ke kamar mandi. Memuntahkan susu kambing yang baru saja diminumnya, meskipun tidak mengeluarkan banyak susu, setidaknya Doyoung sudah mengeluarkan sedikit susu kambing dari lambungnya.

  Doyoung berkumur sebentar dan membuangnya dari dalam mulut, Doyoung keluar dari kamar mandi sambil meneguk sebotol minuman soda yang ada di atas meja kayu. Setelah minum, laki-laki itu melamun menatapi tas super besar yang akan dipikulnya sendirian.

  Doyoung yakin para sepupunya akan sangat bahagia bertemu dengan dirinya, apalagi Asahi dan Haruto dua bersaudara yang merupakan sepupu dari pihak ayahnya. Doyoung menyentuh pipi kanannya, menekan pelan pipinya itu dengan resah. Mengingat kembali liburan tahun-tahun sebelumnya, setelah dipikir-pikir memang bukan liburan yang menyenangkan, tapi kenapa orang tua Doyoung sangat antusias dan bahkan tidak ingin tertinggal satu kali pun.

  Doyoung berakhir terbaring di lantai dingin dengan novel horor yang sedang viral, matanya menatap barisan setiap kalimat yang diketik rapi, tanpa terasa Doyoung sudah melewati beberapa paragraf dan berpindah halaman kertas cokelat ke halaman selanjutnya. Novel itu jatuh tepat ke wajahnya, tiba-tiba terbesit pikiran buruk bahkan kejadian buruk yang akan terjadi dalam waktu dekat ini.

  Doyoung melempar novel genre horor itu ke atas ranjang, dia merasa bayangan dan pikiran buruk itu muncul karena pengaruh dari novel yang dibacanya. Kedua mata Doyoung di tutup, rasa kantuknya di pagi hari ini tak tertahankan.

🔹🔸🔹🔸



BONEKA DAGING


BONEKA DAGING | DOYOUNG & JUNKYU✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang