Ch. 29

403 64 4
                                    

  Junkyu menyayat pergelangan tangannya, dan hal itu membuat Doyoung tersentak dan segera mengambil cutter dari Junkyu. Sedang Junkyu diam saja tanpa berbicara. Mata Doyoung menatap darah yang mulai keluar begitu banyak dari peregangan Junkyu, yang ditakutkan Doyoung adalah kakaknya itu memotong tepat kulit pelindung urat nadi, ia takut mata pisau membelah urat nadinya.

  Junkyu meraih buku tebal bersampul manusia bertanduk dengan warna usang yang tampak kecokelatan. Junkyu membuka buku itu dan berhenti tepat di halaman kosong posisi terakhir Doyoung membacanya, Doyoung tak memberi komentar saat kakak sepupunya itu bertindak, ia hanya terus memperhatikan. Katanya, seperti itulah tugas seorang adik, memperhatikan.

"Aku tahu rahasia keluarga kita, " ucap Junkyu memecah keheningan, Doyoung tampak bingung atas apa yang akan dibicarakan Junkyu padanya. Junkyu meneteskan darahnya tepat pada kertas kosong yang yang tebal itu, dan Doyoung masih memperhatikan.

  Doyoung melihat dengan jelas, ia melihat sendiri saat kertas itu bergerak seolah-olah ada sesuatu yang bersembunyi di dalam sana, kertas itu menggelembungkan permukaannya hingga darah Junkyu hilang tanpa bekas. Seolah-olah ada yang meminumnya atau mungkin karena kertas itu tebal.

"Buku ini, adalah pedoman ajaran keluarga kita sejak Kakek—Nenek terdahulu," ucap Junkyu lagi, sedangkan Doyoung membisu mendengar dan menatap buku itu yang mulai melahirkan tulisan rapi.

"Sampulnya dari kulit kijang, dan kertasnya dibuat dari kulit manusia campuran dari kulit babi." Penjelasan ringkas Junkyu membuat seluruh tubuh Doyoung merinding, Ia segera memegang pergelangan tangan Junkyu yang terluka lalu menggeleng bermaksud melarang Junkyu melanjutkan menetes darahnya di sana. Namun, Junkyu menepis tangan Doyoung dan melanjutkan kegiatannya itu.

"Bukan kah ini sesat Junkyu! Kau bagian dari mereka kan!? Kenapa kau tidak katakan dari awal!" Doyoung geram karena emosionalnya memuncak, ia menatap wajah Junkyu dengan tajam, tak sedikit pun anak itu berkedip saat mereka beradu pandang.

"Itulah sebabnya aku mempertahankan diri mu sampai sekarang." Jawab Junkyu lalu menunduk, Doyoung menelan ludahnya, sepertinya ia harus mendengarkan dahulu, tidak seharusnya emosi berlebihan. Doyoung ikut menunduk, ia mencuri pandang menatap wajah Junkyu yang semakin pucat, ia tampak tak bertenaga sedikitpun.

"Mereka mengincar mu sampai akhir, jantung dan daging mu adalah keinginan mereka. Malam ini, mungkin tidak akan terjadi seperti demikian, jika bukan karena Zivan," ucap Junkyu, suaranya begitu pelan, bahkan binatang di luar sana pun mungkin tidak akan mendengar, Doyoung saja begitu mendekat kepada Junkyu.

"Zivan memanggil teman imajinasinya kemari." Junkyu menelan ludahnya yang hambar, sekarang api unggun itu tak lagi menyala lagi, namun bara dan asap tipis itu masih tampak. Kedua mata mereka memantulkan cahaya lampu teplok yang menjadi satu-satunya sumber penerangan di perpustakaan rubanah.

"Jadi benar, dia memiliki teman imajinasi."  Doyoung berbicara dengan suara berbisik.

"Yang penting bukan itu sekarang." Mata Junkyu tepat menabrak pupil mata Doyoung, keduanya bertukar pandang menatap wajah satu persatu sampai akhirnya Doyoung berkata.

"Jangan membuat ku bingung, Junkyu."

"Zivan, Asahi ,Mashiho, Haruto, dan aku. Adalah bagian dari satanic, kami mengikuti ajaran orang tua yang diturunkan dari Nenek dan Kakek. Kau pun begitu, jika menerima ciuman dari Haruto. Sistem kepercayaan umat seperti kita adalah kesesatan, sama seperti darah daging mu yang istimewa. Hasil kesesatan keluarga besar Vinbi-" perkataan Junkyu dipotong oleh Doyoung yang memanggil namanya, dan Junkyu pun menutup mulutnya.q

"Junkyu." Doyoung menyebut nama Junkyu, bermaksud melarang Junkyu untuk tidak perlu melanjutkan apa yang sedang terpikir di kepalanya.

"Aku belum selesai Doyoung, dengarkan aku dulu," mendengar jawaban itu, Doyoung pun menunduk dan menatap buku di depannya itu mulai memunculkan gambar aneh yang menyeramkan.

"Aku tahu saat usia ku tujuh belas tahun, di hari ulang tahunku Mashiho mencium ku di depan Nenek dan Kakek—itu adalah keinginan mereka, berlaku sesuai urutan kelahiran, itulah yang dimaksud dengan satanic dan juga pasangan sesuai keturunan. Asahi adalah pasangan Zivan, mereka sudah melakukan upacara itu sebelum malam ini. Ulang tahun Zivan yang dirayakan hari ini adalah, mengorbankan diri mu untuk menjadi santapan semua orang. Kau, pasangan keturunan dengan Haruto, bercinta dengan orang-orang yang bukan pasangan kawin, berhubungan dengan kerabat dan sesama jenis, ku rasa itulah gerakan satanic. Tapi, dugaan ku salah." Junkyu tampak menelan salivanya, matanya bergerak sedikit saat dia menatap lampu teplok yang mulai mengecil. Tangan kanannya yang tak terluka memutar sumbu, dan api pada lampu teplok menyala lebih besar.

"Rupanya, kepercayaan yang dianut keluarga kita adalah pada orang mati, kita menyembah dan mengabdi pada orang yang sudah mati layaknya memuja Tuhan. Jadi, perselingkuhan dan hubungan sesama jenis hanyalah sebuah faktor pendukung menjadi sesat, dan kau, kenapa harus kau yang ku pertahankan hingga mempertaruhkan nyawa sepupu kita yang lain?" Junkyu mengangkat wajahnya saat ia bertanya demikian, namun saat pertanyaan itu telah terlontarkan ia kembali menunduk, seolah takut menatap wajah Doyoung. Adik sepupu yang sangat ia sayangi.

"Maksud mu, kau membunuh Zivan? Dan saudara sepupu kita yang lain?"

"Tidak, Aku, Zivan, dan Mashiho sudah merencanakan ini agar kau bisa keluar dari lingkup satanic, karena kami bertiga menyadari keanehan keluarga kita. Zivan bilang, dia akan memanggil teman imajinasinya untuk membantu kita, tapi semuanya di luar dugaan ku, awalnya aku dan Mashiho tak percaya, tapi setelah Zivan jadi aneh, aku pun sadar bahwa teman imajinasi Zivan benar-benar datang. Dia merasuki tubuh, merusak organ dalam, dan mempengaruhi pikiran, lalu mengendalikannya seperti boneka tali." Junkyu menelan ludahnya lagi, matanya melirik buku di depannya itu membalik kertas, seingat Junkyu ia hanya butuh tiga halaman saja untuk mencari solusi, yang dilakukan Junkyu sekarang adalah menerjemahkan bahasa asing yang ada di buku itu, sepertinya hanya Junkyu yang melihat bahwa kertas itu tidaklah kosong.

"Teman imajinasi Zivan adalah makhluk jahat yang menginginkan mu, dia berasal dari keluarga Vinbi. Kenapa mereka menginginkan mu, kenapa Vinbi sangat haus akan darah dalam dirimu?"

Doyoung merasa dirinya begitu tegang mendengar semua yang keluar dari mulut Junkyu, kakak sepupunya itu masih duduk memeluk lututnya sambil bersandar. Tangannya yang terluka masih meneteskan darah segera yang selalu membasahi kertas buku itu. Doyoung tak dapat bersuara, ia terdiam dengan tekanan yang tinggi yang memberatkan bahu dan kepalanya, pengetahuan Junkyu soal keluarga besar ini membuat Doyoung tak dapat berkutik. Ia merasa tertekan.

Doyoung masih saja diam, jari-jarinya terasa membeku, dan matanya tak sedikitpun terarah pada Junkyu yang masih menunduk. Doyoung menatap setiap tetes darah segar dari nadi Junkyu yang jatuh ke atas kertas dan langsung mengering. Seolah-olah, darah dari Junkyu lah yang menjadi sumber tinta itu untuk menulis kata yang hilang, dan Doyoung telah menyadarinya sekarang.

"Kenapa dia menginginkan ku?" Doyoung menatap wajah Junkyu yang masih menunduk, udara semakin terasa dingin dan Junkyu pun membuka bibir, matanya menatap wajah Doyoung yang sangat mirip dengan Doyu dan Neri.

"Karena kau adalah anak dari hubungan incest,"


🔹🔸🔹🔸

BONEKA DAGING

BONEKA DAGING | DOYOUNG & JUNKYU✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang