CHAPTER #13

537 105 1
                                    

Junkyu memejamkan matanya, tepat saat darah yang mencirit mengotori wajahnya yang pucat, penderita anemia menahun itu terlihat berantakan. Mashiho dan Haruto terdiam di tempat, bahkan Haruto terkesiap ketika melihat Zivan yang awalnya terkulai kaku tanpa nyawa di hadapannya kini sudah berdiri kaku di depan Junkyu-Zivan melindungi Junkyu dari sebilah pisau dapur yang ada di tangan Tante Dissa, darah yang tak terlalu cair dan sangat kental itu menetas sedikit demi sedikit ke lantai.

Junkyu membuka matanya, kakinya mundur beberapa langkah dan Zivan yang melindunginya jatuh tanpa nyawa ke lantai. Matanya terbuka namun pupilnya tampak pudar, menandakan anak itu mati sudah cukup lama. Junkyu sadar,bahwa benar, Zivan mati sejak ia muntah di dalam kamar beberapa jam yang lalu, dan benar adanya kalau anak itu kerasukan.

Suara berisik dari Bibi Neet membuat atensi Junkyu dan dua saudara sepupunya tertuju pada Ibunya Zivan itu, pistol di tangan kanannya berhasil melukai kaki Doyu dan Nenek secara bersamaan. Bibi Neet dengan cekatan mendorong Mashiho dan Haruto keluar dari ruangan itu, Bibi Neet menodongkan pistolnya ke arah Tante Dissa berharap iparnya itu sadar betapa sesat dan salah apa yang sudah mereka lakukan, mengikuti ajaran orang tua mereka yang sejak awal terasa janggal.

"Ikut lah dengan ku, Dissa." Ucap Bibi Neet yang berbicara baik-baik dengan Dissa.

"Keparat!! Kau pikir, kau bisa melukai ku?!" Nenek bersuara lantang, bergaung di ruang ini, mata Bibi Neet mengarah pada Nenek yang marah besar.

Nenek berdiri tegak meskipun kakinya yang kena peluru terlihat berlumuran darah, Nenek tersenyum ganjil, kakinya melayang diikuti api obor tertiup angin yang cukup kencang. Mata Junkyu menatap liar ke setiap sudut ruangan, lalu matanya kembali menatap wajah Nenek. Leher Nenek bergerak dikuti kedua tangannya yang bergerak terbaik, matanya menghitam dan mengeluarkan darah segar yang membasahi pipinya, pipi, bibirnya dan kulitnya melahirkan retakan panjang seperti ingin hancur dan melebur bak abu yang bertebaran.

Nenek terduduk bersamaan dengan angin kencang yang entah darimana datangnya kini berhenti, Junkyu kian pucat, tidak bisa berpikir jernih dan tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Nenek menangkat wajahnya, putih pucat, banyak retakan hitam, bibirnya pecah yang masih terlihat basah, dan mata hitam mengkilat yang berhasil membuat Junkyu takut.

"Keluar dari sini Junkyu, cepat!" Junkyu tanpa banyak bicara langsung ambil langkah, segera menuju pintu yang masih terbuka lebar. Mashiho dan Haruto menunggunya di luar sana, mereka berdua pun menyaksikan sendiri apa yang baru saja terjadi di dalam sana.

"TIDAK ADA YANG BISA KELUAR DARI TEMPAT INI!" Nenek berteriak murka, menutup pintu kayu ulin itu, alhasil Junkyu tetap terjebak di sana.

Junkyu berdiri kaku, matanya menatap wajah Nenek tanpa berkedip-netranya juga berhasil mendengar suara Doyoung yang memanggil namanya. Mata Junkyu tertuju pada Doyoung yang masih diikat di atas sana, luka sayatan di kakinya terlihat mengering begitupun noda di lantai. Tanpa berpikir panjang, ia mengambil langkah dan berlari mendatangi Doyoung-sesampainya di sana, ia langsung saja berusaha melepaskan ikatan tali tambang namun sayang, tali itu diikat dengan simpul mati. Junkyu frustrasi, tanpa disadari Junkyu, Doyu menendang punggungnya dengan sangat keras, Junkyu terjerembab-rahang atasnya membentur lantai membuat gusinya berdarah.

Parang yang ada di tangan kanan Doyu diletakkan tepat di leher Junkyu. Suara teguran tanpa kata dari Doyoung terdengar jelas di telinga Junkyu, matanya yang lemah menatap punggung Ayahnya yang siap memotong leher Junkyu, Doyoung berusaha melepaskan dirinya dengan tenaga yang lemah. Sedangkan, Bibi Neet beradu dengan Tante Dissa, sudah beberapa kali bibi Neet meluncurkan peluru dari pistol di tangannya-berapa kali juga peluru itu mengenai kaki dan sekitar perut namun, Tante Dissa tidak sedikitpun merasakan sakit.

Bibi Neet melepaskan pistol dan mengangkat kedua tangannya ke udara-sebagai komunikasi bahwa ia menyerah. Wajah Nenek yang menyeramkan tersenyum, ia melayang mendatangi Bibi Neet, mata Bibi Neet berusaha menatap ke depan, tepat pada punggung Doyu yang bersiap membunuh Junkyu. Bibi Neet mungkin memiliki rencana atau kah sedang memikirkan caranya?

Haruto masuk, ia tengkurap mengambil pistol yang tergeletak di lantai. Lalu berdiri dengan cekatan, tanpa berpikir panjang Haruto sudah menodongkan pistolnya tepat ke kepala sebelah kanan Tante Dissa dari belakang, Bibi Neet terlihat mengangguk sedangkan Tante Dissa yang menyadari hal tersebut mengangkat tangannya-berniat melakukan perlawanan terhadap Haruto. Beruntungnya, Haruto segera menarik pelatuk dan menutup matanya rapat-rapat.

Suara pistol itu terasa mengudara, bergaung di ruangan temaram ini. Darah yang muncrat membasahi pistol dan juga beberapa bagian tangan kanan Haruto. Tante Dissa jatuh pelan ke lantai, Tante Dissa telah tewas ditangan suci Haruto, untuk kali pertamanya ia membunuh orang lain setelah perundungan yang ia lakukan terhadap Doyoung parah, namun tak menghabisi nyawanya.

Tangan Haruto gemetaran, dan Nenek langsung menyerang Bibi Neet yang lemah-dibanting dengan keras hingga terasa seluruh tulang ditubuhnya remuk. Bibi Neet tak mampu menahan rasa sakit itu, ia terdiam di lantai berusaha menjauh dari jangkauan Nenek. Sedangkan Haruto, ia masih terdiam namun tersadarkan oleh teriakan sakit dari Junkyu.

Leher Junkyu berdarah, untungnya sayatan itu tak dalam dan tidak memutus urat nadi di lehernya. Haruto mengambil pisau di lantai dan melemparkannya pada Bibi Neet, Haruto lari dengan tenaga kuat dan mendorong Doyu hingga terpental ke dinding. Junkyu yang terbebas berkisut menjauhi Ayahnya Doyoung yang hampir saja menghabisi nyawanya.

Haruto menodongkan pistolnya ke depan-berniat mengancam Doyu dengan cara itu. Ia berdiri gentar apalagi saat melihat parang tajam yang sudah basah oleh darah Junkyu, Haruto menarik pelatuknya namun ternyata peluru pistolnya sudah habis. Haruto gentar, ia menjatuhkan senjata itu ke lantai dan berbalik sambil memapah Junkyu agar segera keluar dari ruangan ini.

Doyu pun marah, ia melangkah cepat mendatangi kedua anak itu. Sedangkan Bibi Neet, berusaha bertahan hidup melawan Nenek yang begitu kuat menindih dirinya, tangan kanan Bibi Neet berusaha menggapai pisau dapur yang ada di lantai, sayang sekali Haruto memberikan pisau itu tak tepat. Nenek tersenyum licik, dan menendang pisau yang berusaha di raih Bibi Neet ke belakang. Di kesempatan itu terpikir ide di kepalanya, Bibi Neet membenturkan kepalanya tepat ke hidung Nenek-membuat tenaganya lemah karena fokus pada hidungnya yang berdarah. Bibi Neet menendang dada Nenek, berniat segera menghabisi nyawa manusia keriput itu namun sayang pisau itu cukup jauh darinya.

Suara Doyoung cukup nyaring memanggil Bibi Neet, membuat perhatiannya jatuh pada Doyoung dan sadar bahwa pisau dapur itu ternyata berada di tangan Doyu. Bibi Neet menendang kaki Nenek dengan kuat, lalu berlari kencang mengambil parah yang ditinggalkan Doyu.

Punggung Haruto terasa nyeri saat benda asing itu menancap kokoh, ia terdiam sejenak dan merasakan dagingnya sudah berlumuran darah yang cukup banyak. Haruto terduduk saat lipatan lututnya di tendang Doyu, Doyu kembali mencabut pisau itu dari punggung Haruto yang berusaha menjauhkan Junkyu. Doyu tersenyum dan mengangkat pisau ke udara sekarang tujuannya adalah leher Haruto.

"Haaaa!" Teriakan marah Bibi Neet terdengar paling mendominasi malam ini.



🔹🔸🔹🔸

BONEKA DAGING


BONEKA DAGING | DOYOUNG & JUNKYU✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang