“GUE MENANGGG!” Seru Sabana membuat Falen, Zidan juga Reginal mendengus kesal. Laki-laki itu bangkit dari duduknya lalu menghampiri Chiara di sofa. Sabana menghempaskan tubuhnya di sofa lalu terdiam menatap Chiara. Gadis itu sedang menutup matanya dengan satu tangan, membuat Sabana mengerutkan keningnya.
“Kamu kenapa?” tanya laki-laki itu membuat Chiara membuka tangannya lalu menatap Sabana.
“Udah?” tanya Chiara.
Sabana mengangguk lalu mengambil tangan Chiara ke genggamannya. “Udah dong, menang pula!” ucapnya bangga.
“Widihh, sombong amat!”
Laki-laki itu terkekeh sebelum akhirnya mendaratkan bibirnya dipipi kiri Chiara. Gadis itu terkejut, dia menatap Sabana tajam. Tidak tahu situasi dan kondisi sekali Sabana ini, bagaimana kalau Zidan melihat apa yang laki-laki itu lakukan, sudah pasti laki-laki itu akan memarahinya.
“Kamu harus kasih hadiah buat aku.” ucapnya.
“Emm, apa ya?” gadis itu berpikir.
“Cium,” pinta Sabana membuat Chiara melebarkan matanya. Chiara mengedarkan pandangannya, melihat suasana yang masih ramai.
“Gak! Malu ih" ucap gadis itu akhirnya.
“Yaa,”
“Yang lain aja, kalau yang itu jangan sekarang.” ucap gadis itu.
“Ya udah, nanti aku tagih lagi.” Chiara melongo, tidak bisakah Sabana meminta hadiah yang lain. Seperti memberinya barang atau menemaninya jalan-jalan misalnya.
“Nonton film horor lagi, udah tau penakut.” ucap Sabana. Sekarang Sabana tahu mengapa tadi gadis itu menutup matanya dengan tangan.
“Bonetho yang mau,”
“Hati-hati ya, gue jamin nanti falaknya datang ke kamar lo, ketok-ketok pintu terus pas lo keluar lo bakalan kembali masuk lagi ke kamar lo. Terus lo ditarik setan itu dari kolong, terus—”
“Iihhh, STOP!!!” Teriak Chiara membekap mulut Sabana.
“Kok lo malah nakut-nakutin gue sih?!” kesal Chiara, Sabana terkekeh geli, wajah Chiara sangat lucu jika sedang ketakutan.
“Gue serius, ntar kalo lo lagi dikamar mandi—”
Gadis itu mulai terisak, membuat Sabana menghentikan ucapannya. Dengan panik Sabana mencoba membuka kedua tangan Chiara yang menutupi wajah gadis itu.
“Lha, kok nangis sih?" Gumam Sabana.
“Sayang jangan nangis dong, aku becanda.” ucap Sabana. Bukannya tangis Chiara mereda gadis itu malah semakin terisak membuat Sabana kebingungan harus melakukan apa.
“Woi adek gue lo apain, yan?!” tanya Zidan.
“Gak gue apa-apain, gue cuma nakut-nakutin dia tadi.” ucap Sabana ditengah kepanikannya.
Jimmy memasang wajah cengonya setelah mendengar jawaban yang keluar dari mulut laki-laki yang berstatus sebagai ketuanya itu.
“Gak lo apa-apain tapi lo takut-takutin, sama aja bego!” ucapnya.“Lah, bocah, udah tau Chiara penakut kenapa lo pada ngajak dia nonton film horor malam-malam begini!" Seru Zidan. Laki-laki itu masih fokus dengan permainannya.
Sabana membawa tubuh bergetar Chiara kedalam pelukannya. Dia mengusap kepala gadis itu berharap Chiara dapat berhenti menangis.
“Salah lo nih to, lo ngapain ajak pacar gue nonton ginian sih?” gerutu Sabana gusar.“Lah, kok gue? Chiara aja setuju tadi. Ya mana gue tau, gue kan Bonetho.” Sabana mendorong kepala Bonetho.
“Sialan!" Cibir Sabana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terkadang Kita Perlu Kecewa
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA] Ini bukan kisah cinta Romeo dan Juliet. Ini hanyalah kisah cinta antara seorang gadis cantik bernama Chiara Zora Priyadutta dan dua laki-laki hebat yang selalu berusaha membuatnya bahagia. Chiara ingin mencintai tanpa a...