TKPK 💙 7

0 1 0
                                    

HAPPY READING!

💙💙💙

Setelah memastikan Sabana sudah pergi dari depan rumahnya, Chiara mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah besar keluarganya yang selalu sepi.

Gadis itu mengedarkan pandangannya, tatapan matanya berhenti pada sofa ruang tamu yang penuh dengan bungkus makanan dan minuman. Diatas meja pun terdapat banyak minuman kaleng bekas. Chiara mengambil kaleng minuman itu lalu menatapnya.

“Perasaan gue gak minum yang kayak gini deh,” gumamnya. Dia mengambil satu kantong plastik berisi cemilan itu.

Chiara mengerutkan keningnya saat telinganya menangkap suara-suara bising dari arah dapur. Setahunya asisten rumah tangganya hari ini tidak masuk, tapi kenapa seperti terdapat kehidupan di rumah ini. Atau jangan-jangan setan jaman sekarang sudah canggih bisa pergi ke minimarket membeli cemilan lalu memasak di dapur. Chiara menggelengkan kepalanya, mana mungkin setan bisa membawa cemilan sebanyak itu.

Dengan hati-hati Chiara melangkahkan kakinya menuju dapur. Awas saja, jika ternyata Zidan lah orang yang berada di dapur, Chiara akan mengambil semua jajan yang laki-laki itu bawa. Sesampainya di dapur, kening Chiara kembali berkerut.

“Reginal?”

Laki-laki yang sedang membawa dua mangkok mie instan itu terkejut dengan kedatangan Chiara. Namun setelahnya ekspresi wajahnya kembali seperti semula, dengan santai Reginal menaruh dua mangkok itu diatas meja makan.

“Kamu ngapain disini?” tanya Chiara bingung.

Bukannya menjawab pertanyaan Chiara, laki-laki itu justru diam saja. Tangannya sibuk menaruh sendok pada mangkuk mie itu.

“Pulang sama siapa?” tanya Reginal.

“Sama Bana lah,” jawab Chiara.

Reginal menganggukkan kepalanya kemudian duduk tenang mengaduk-aduk mie yang baru saja dia buat.

“Maaf, tadi Falen suruh aku jemput, tapi keburu lapar.” ucap Reginal datar.

Alis gadis itu saling bertautan mendengar ucapan Reginal. Menjemput siapa maksud laki-laki itu? Menjemput dirinya? Ah, mungkin maksud Reginal Falen menyuruh laki-laki itu untuk menjemput Chiara.

Chiara akhirnya mengangguk, untuk apa juga Falen menyuruh Reginal menjemput Chiara, lagi pula Chiara juga tidak meminta siapapun untuk menjemputnya. Sudah ada Sabana yang selalu siap untuk Chiara repotkan. Reginal tidak perlu repot-repot menuruti perintah Falen.

Oh iya, jangan bingung dengan panggilan Reginal kepada Chiara yang menggunakan aku-kamu. Sejak SMP, Chiara dan Reginal memang satu kelas, karena Reginal lebih sering menggunakan aku-kamu jadi Chiara ikut-ikutan saja. Chiara awalnya juga bingung dan canggung tentunya,  namun lama-kelamaan dia mulai terbiasa.

“Aku juga gak minta dijemput sih.”

Falen memang berpesan agar Chiara menghubungi laki-laki itu jika urusan Chiara sudah selesai. Namun Chiara sedang tidak ingin menunggu jemputan Falen yang lamanya minta ampun itu. Chiara lebih memilih menelepon Sabana yang selalu on time.

Chiara memang baru pulang dari sekolah, seperti biasanya Chiara harus membersihkan seluruh ruang guru yang luasnya bagaikan lapangan sepakbola itu. Pamannya memang sangat pandai sekali memanfaatkan jiwa malas Chiara. Negosiasi Chiara juga tidak didengarkan sama sekali oleh laki-laki paruh baya itu.

Melihat Reginal yang sedang meniup mie instan pada garpu, membuat Chiara mendudukkan dirinya dikursi depan Reginal. “Yura bilang sama aku, katanya kamu harus follback Instagram dia.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terkadang Kita Perlu KecewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang