"Oci! Buka pintunya!"
Tangan Mashiho tidak bosan menggedor-gedor pintu kamar Yoshi, wajahnya mengeluarkan ekspresi panik yang sama dengan Hitomi dibelakangnya.
Krek!
"Apa?"
Pintu pun terbuka, terpampanglah Yoshi yang sepertinya masih mengantuk. Rambutnya kusut dan wajahnya juga sama kusutnya, efek terbangun.
Yoshi melirik Hitomi di belakang Mashiho, "kau selalu muncul hampir setiap saat kesini." Ucapnya tertuju ke putri masa depannya.
"Oci! Gawat!" Mashiho berseru karena merasa di abaikan oleh pria didepannya.
Mashiho dengan cepat mengerahkan kertas yang ia bawa sedari tadi ke depan wajah Yoshi, kertas yang dijatuhkan Risa di taman tadi.
Bingung, Yoshi memandang Mashiho dan kertas bergantian dengan dahi berkerut.
"Maksudnya?" Tanyanya tak paham.
"Cio bertemu Risa tadi di tam-Oci jangan ditutup!" Larang Mashiho ketika Yoshi hendak menutup pintu kamarnya kembali.
Sedangkan si pemilik pintu menatap Mashiho malas, "sudah kubilang, jangan bahas Risa didepanku."
"Ayah, dengarkan ibu sebentar. Risa sedang bahaya!" Sahut Hitomi.
"Cih," Yoshi membuka pintu lagi kemudian menyandar di ambang pintu, "aku tidak yakin dia dalam bahaya atau apapun itu, yang kutahu dia tidak pernah terikat masalah apapun dan dia orang kaya. Seharusnya bisa meminta bantuan polisi kalau dapat bahaya."
"Tapi Risa Cio lihat lengannya terluka, mungkin saja ada orang yang melukainya dan mengancam Risa untuk tidak melapor ke polisi. Jadi dia meminta bantuan ke orang-orang?" Mashiho berujar lagi.
Yoshi berdecih, kepalanya yang tadi sakit semakin sakit.
"Ya sudah, aku tidak peduli kalau dia dapat bahaya. Aku yakin akan ada pahlawan kesiangan lain yang akan membantunya." Final Yoshi kemudian menutup pintunya lagi.
Setelah berdebat Yoshi melemparkan tubuhnya ke kasur lagi, menutup matanya dengan lengan untuk memulai waktu tidurnya kembali. Namun seketika ia terbangun lagi ketika mendengar suara berisik diluar, Yoshi kemudian melihat jendela dan terbelalak ketika mengetahui Mashiho bersama Hitomi sedang berlari keluar.
"Sial."
💎💎💎
"Alat pelacak sidik jari!"
Mashiho berseru sembari mengangkat sebuah benda aneh yang muncul dari tas kecil yang ia bawa, entah bagaimana caranya benda yang bisa terbilang lumayan besar berada di tas sekecil itu.
"Hitomi, mana kertasnya?"
Hitomi memberikan kertas bertulis kode morse ke Mashiho, kemudian pemuda mungil itu mengarahkan benda tadi ke kertas.
"Ini dia! Sidik jari Risa! Sekarang kita hanya harus mencarinya lewat pelacakan ini."
Memang terkadang benda dari masa depan sangat ampuh, batin Mashiho.
Mereka berdua lalu bergegas mencari keberadaan Risa, sesekali Mashiho melirik benda yang mirip dengan GPS itu sebagai penunjuk arah.
Ternyata benda itu membawa mereka ke sebuah rumah, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga, seperti rumah biasa.
Hitomi lalu menyuruh Mashiho untuk diam di tempat dan jangan melakukan aksi apapun terlebih dahulu, ia akan mencari kantor polisi. Namun Mashiho malah mengabaikan, ia tak bisa menunggu lebih lama.
Perlahan tapi pasti, Mashiho membuka pintu itu. Ia kemudian berjalan mengendap-endap takut ketahuan. Netra pendengarannya menangkap suara jeritan tangisan wanita yang pilu, serta suara tertawa dan suara cambukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand by me • Yoshiho ✓
De Todo"Happiness is something very important in a person's life, so my mission is to give you the happiness you want!" - Mashiho. Warning! ⚠️ - bxb jangan salpak - Fio ✨🌙