Malam yang dingin, ditemani dengan segelas kopi, cemilan dan stik game di tangannya. Keempat remaja laki-laki itu bersorak riang sambil mengumpat disela-sela permainan game PS nya.
"Anjing, Bob! Maen PS doang lo hampir kalah, dari Gilang!" Sarkas Rafael kesal.
Iya, malam ini, ke-empat nya sedang berada dirumahnya Rafael. Rafael yang mengajaknya, bukan mereka yang meminta. Dengan semangat empat lima, Boby, Gilang, dan Arga menyetujui keinginan Rafael, kemudian datang.
Boby tidak mengubris, ia tetap fokus pada gamenya, sebelum Gilang mengalahkannya.
Akhirnya, setelah lama dibelakang, mobil yang Boby jalankan sudah sampai di garis finish. Itu artinya, permainan telah selesai.
"Huuuuuu!" sorak Boby, senang.
"Anjir lo, Gil." ucap Arga.
"Liat! Makannya, jangan ngeremehin gue, anjing!" bentak Boby kepada Rafael.
Arga menatap malas kepada keduanya, kemudian ia maju dan mengambil alih stik PS yang ada ditangan Gilang. "Maju, Raf!" tantang Arga.
"Yuk, Ga. Lo pasti bisa, gak usah malu-maluin." ujar Gilang, tidak tahu diri.
Permainan pun dimulai kembali, dengan pemain baru. Yaitu Rafael melawan Arga.
Gilang fokus melihat pertarungan di hadapannya itu, sedangkan Boby merebahkan dirinya sambil memakan cemilan.
"Santuy amat, hidup lo!" cibir Gilang.
"Pemenang mah bebas, atuh." ujar Boby, dengan nada Sundanya.
Gilang nampak berpikir, sambil menatap punggung tegak Rafael dengan lekat. Sahabat barunya memang orang yang tepat, untuk mengisi luang lingkup pertemanan tersebut. Tapi, Gilang juga merasa kecewa setelah mengetahui kebusukan dari Rafael, mulai dari membentak, berbuat kasar, dan menyelingkuhi Alexsya. Ada rasa ingin menghajar pria itu, tapi Gilang sendiri tidak tahu betul kronologi nya, maka ia memilih diam dan akan bertanya sedikit demi sedikit, kepada Rafael.
"Raf, kenapa tadi disekolah lo sampe nampar dan bentak si, Asya?" tanya Gilang serius, yang mampu membuat ketiga nya refleks menatap Gilang.
Arga mengangguk setuju, atas pertanyaan dari Gilang kepada Rafael. "Iya, Raf. Padahal dia cewek!" ucap Arga tak terima.
Rafael menatap malas, Gilang dan Arga secara bergantian. Kenapa teman-temannya itu harus membahas hal yang ingin Rafael lupakan sejak tadi?
"Gak usah bahas itulah, gue males." Gumamnya, yang masih bisa didengar oleh mereka.
"Lo bakal jadi laki-laki ter brengsek, di mata Asya!" ucap Boby ikut-ikutan.
Rafael semakin didesak, oleh pertanyaan-pertanyaan dari ketiga nya. Ia sampai bingung harus menjawab apa.
"Mending lo semua pulang aja, daripada bahas begituan! Gue lagi males banget bahas masalah itu."
Dengan berat hati, Gilang mengangguk pasrah. Meskipun dalam hati, ia ingin sekali menggebuki temannya itu, dan membanjiri nya dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam pikirannya.
- 𝐒𝐡𝐞'𝐬 𝐀𝐥𝐞𝐱𝐬𝐲𝐚 -
Alexsya berjalan kaki ke halte bus, seperti biasanya. Ia bahkan tidak mengharapkan jemputan dari Rafael, karena sejauh apapun ia berekspektasi, ia akan kalah oleh kenyataan.
"Huaaa, sakit."
Alexsya menyipitkan matanya, untuk mengetahui siapa yang sedang menangis di pagi hari seperti ini. "Kaya suara anak kecil," ujarnya yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Alexsya [On Going]
Jugendliteratur"Kenapa lo sebegitu cinta sama langit dan kupu-kupu?" tanya seorang laki-laki dengan es krim di tangannya. Alexsya menurunkan pandangan dari langit, kemudian beralih menatap lelaki tersebut dengan tatapan sendu. "Pertanyaan lo bagus, gue suka. Dan u...