9. HUKUMAN

115 23 18
                                    

HAPPY READING!!

Note : kalo ada Typo mohon di tandai ya!!

Semoga di chapter ini kalian dapet feel-nya ya, wkwkwk



Hari Jum'at, hari terakhir sekolah sebelum weekend, meskipun weekend. Alexsya tidak pernah pergi kemanapun, paling hanya berkeliling taman, dan pergi ke tukang sate langganan nya. Itupun waktu malam saja.

Kini, Alexsya sedang makan dengan keluarganya, lengkap. Ayahnya' Teguh, Mamah
nya' Fina, Kakaknya' Vea, dan terakhir adalah dirinya. Alexsya.

"Makan yang banyak sayang," ujar Fina pada Vea, sambil menyodorkan nasi goreng dan lauknya.

Alexsya menatap nanar Fina, bahkan. Jika sedang sarapan pun, Alexsya tidak pernah diperlakukan seperti itu. Sedikit miris tapi perasaan itu ia tepis dengan cepat.

"Ma, pa, Lexsya boleh kan bawa motor lagi kesekolah?" Tanya Alexsya, tanpa melirik kedua orangtuanya. Ia takut jawabannya akan mengecewakan.

"Tidak!" Sentak Teguh dengan mata yang tak teralihkan dari koran. "Motor kamu, akan saya jual! Atau mungkin akan saya kasih ke pak Jaya, dua-duanya!" jelas Teguh.

Alexsya membulatkan matanya dengan sempurna, ini adalah jawaban yang tak ia harapkan, tapi mengapa harus dijual? Dasar memang!

"Udahlah Sya, lo bareng gue aja kali," ujar Vea

"Maaf kak, kita kan gak satu sekolah, dan sekarang lu itu mahasiswa sedangkan gue masih anak SMA. Jadwal kita beda, dan gue gak mau ngerepotin lo," jawab Alexsya dengan senyum hambar.

"Sudahlah, Vea. Biarkan dia naik angkutan umum! Dia itu jika dibiarkan membawa kendaraan suka melunjak dan tidak tahu diri! Anak nakal seperti kamu itu tidak bisa dipercaya." Sarkas Teguh.

Fina menatap keduanya dengan lelah, setiap sarapan apakah harus seperti ini?

"Asya, lebih baik kamu berangkat saja! Kamu ini, sarapan enggak, tapi malah ribut dengan orangtua. Sepagi ini juga!" Ujar Fina sambil menyodorkan uang lima puluh ribu.

Alexsya hanya menatap uang tersebut tanpa ada niat untuk mengambilnya, sungguh. Bukan ini yang ia butuhkan!

Setelahnya, Alexsya bangkit dan meninggalkan meja makan, "kamu ini jangan so' Asya, dan jangan berpura-pura tidak membutuhkan uang! Ambil. Karena saya tahu, kamu itu anaknya banyak gaya, dan suka jajan yang mahal-mahal. Dasar anak tidak tau di untung!" Tutur Teguh. Seketika langkah Alexsya terhenti, mengapa papahnya Setega itu? Mengatakan hal seperti itu di pagi buta seperti ini?

"Tidak terimakasih!" Setelah mengatakan itu, Alexsya melengos tanpa memperdulikan omongan siapapun lagi.

"Ma, emang tiap pagi suka ribut gini ya, pas sarapan? Rasanya gak pantes aja gitu lagi sarapan ribut kaya tadi." Tanya Vea.

"Tidak sayang, papa hanya kesal pada anak itu! Dia tidak bisa di atur dan di banggakan! Saya menyesal telah......." Teguh menggantung ucapnya, dan melirik Fina sekilas. Fina menggeleng dan memberikan kode kepada suaminya agar tidak berkata apa-apa lagi.

"Yaudah mah, pah, Vea ke kemar. Jadwal Kuliah Vea siang kok." Ujar Vea sambil menaiki anak tangga.



***


"Raf, nanti malem ada balapan, di sirkuit biasa," ujar Gilang

Rafael yang sedang asik bermain ponsel tersebut pun menoleh, "jam berapa?" Tanya Rafael

"Biasalah, lawannya cewek!"

"Hah cewek? Anjir asik gak tuh! Hahaha" ujar Boby heboh.

"Siapa ceweknya? Males ah, nanti gue dikira Cemen kalo ngelawan cewek!" Ujar Rafael malas.

She's Alexsya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang