Setelah habis-habisan di hina dan di ucapkan kata-kata kotor, sekarang Alexsya tengah berada di taman dekat kolam berenang rumahnya. Teguh menggusurnya dengan tidak manusiawi, setiap hari dengan siksaan Teguh adalah hari yang paling panjang bagi Alexsya. Karena setelah ini ia harus terkapar lemah, sungguh Alexsya membenci rasa lemahnya."SETELAH INI APA LAGI YANG AKAN KAMU LAKUKAN, HA?!" teriaknya.
Sedangkan Alexsya hanya bisa menggelengkan kepalanya lemah, dilihatnya banyak sekali lebam di seluruh tubuhnya dan beberapa luka goresan di tangannya. Dan jika saja Teguh mengguyur tubuh Alexsya dengan air itu akan terasa sangat perih.
"Udah, Pa. Ceburin aja tu anak! Lagian suruh siapa so' jago? Udah so' jago, maen ke club dan tadi apalagi? Lo hancurin hp gue, bajingan!" ucap Vea kesal.
"APA SALAH KALO GUE NYARI KEBAHAGIAAN DI LUAR?" tanya Alexsya histeris.
Fina menatap Alexsya dengan tatapan dingin. "Kamu tidak salah, Asya. Hanya saja cara kamu yang salah, karena tidak setiap kebahagiaan di luar harus masuk ke club malam. Apalagi dengan mabuk-mabukkan seperti itu, di tambah lagi apa? Kamu di antar pulang oleh seorang laki-laki." Jelas Fina dengan raut wajah lelah.
"Pikiran apa yang akan orang tua kamu pikirkan saat melihat anak gadisnya di antar pulang oleh seorang laki-laki di pagi hari, dengan keadaan malam nya kamu tidak pulang ke rumah! Kami semua mencari kamu, mengkhawatirkan kamu, Papa sampai melaporkan kasus hilangnya kamu ke polisi. Sedangkan kamu malah bermain-main dengan laki-laki yang tidak jelas asal-usulnya." Lanjut Fina.
Alexsya tersenyum, baru kali ini Fina berbicara panjang padanya. Ah setelah ini Alexsya akan benar-benar bahagia! Alexsya tahu ia salah maka dengan senang hati ia akan menerima setiap hukuman dan cacian dari setiap orang. Meskipun ia di pandang sebelah mata tetapi yang sebenarnya terjadi tidaklah seperti yang mereka pikirkan.
Sama halnya dengan Vea, dia tersenyum puas melihat Alexsya di siksa dan di caci-maki oleh orangtuanya. Satu lagi yang membuatnya bahagia, pria itu menjalankan tugasnya dengan baik yang membuat Vea merasa berbunga-bunga hari ini, meskipun ponselnya harus berakhir dengan Error.
"Jefrizal yang munafik, katanya ga mau. Tapi di makan juga, hahaha. Dasar licik!" gumamnya, setelah itu ia berdecih.
Mungkin Vea berpikir Jefri telah melakukan sesuatu pada Alexsya, yang tentunya sesuai dengan keinginan Vea. Memang dasar perempuan ular yang tiada habisnya, tega sekali ia berniat jahat pada adik perempuannya. Ternyata yang licik adalah Vea sendiri bukan Jefri atau siapapun itu.
“Pa, ayo ceburin aja dia ke kolam berenang! Vea udah muak Pa, dia bener-bener keterlaluan!” ujar Vea dengan nada kesalnya.
Lagi dan lagi Alexsya menggeleng sambil mengusap air matanya, “ Papa boleh lakuin apa aja ke Asya, tapi jangan bunuh Asya dulu, Pa! A-Asya punya sesuatu yang harus ditanyakan sebelum Asya bener-bener mati dan ga ada lagi di dunia ini.” Ujar Alexsya.
Teguh membuang pandangannya, rasanya sedikit sesak saat Alexsya mengatakan tidak ada lagi di dunia. Kematian adalah milik Allah, tetapi perlakuan dan kekerasan fisik yang diterima oleh Alexsya adalah sesuatu yang mendekati kematian tersebut.
“KENAPA KAMU MENGATUR SAYA? SEHARUSNYA KAMU DIAM SAJA DAN NIKMATI, INI SEMUA ADALAH BONUS DARI KELAKUAN JALANG MU ITU!” caci Teguh.
Air matanya semakin turun dengan deras, ia tak kuasa lagi membendung rasa sakit ini. Jika boleh, Alexsya memilih untuk mati sekarang juga. Rasanya terlalu sesak jika ia harus terus seperti ini, kepalsuan dan juga banyak sekali rahasia yang membuat Alexsya muak. Orangtuanya dengan tega membuang bayi kecil yang sekarang tumbuh menjadi remaja bruntal dan tak berperasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Alexsya [On Going]
Teen Fiction"Kenapa lo sebegitu cinta sama langit dan kupu-kupu?" tanya seorang laki-laki dengan es krim di tangannya. Alexsya menurunkan pandangan dari langit, kemudian beralih menatap lelaki tersebut dengan tatapan sendu. "Pertanyaan lo bagus, gue suka. Dan u...