3. BALAPAN

173 32 10
                                    


Pukul enam tiga puluh, Alexsya sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rambut di gerai dengan begitu indah nya, rok diatas lutut, dan tidak lupa dengan sedikit polesan lipbam pada bibirnya yang membuat penampilannya sempurna. Setelah benar-benar siap akhirnya Alexsya turun untuk sarapan.

Saat berjalan di tangga Alexsya melihat Teguh dan Fina telah menunggunya untuk sarapan, dengan langkah cepat Alexsya menghampiri mereka. Kemudian duduk dan sambil memilih beberapa menu sarapan.

"Pagi Ma, Pa." Ucapnya dengan semangat.

"Pagi sayang, ayo duduk dan makan!"

Sarapan pun dimulai dan tidak ada pembicaraan apapun, ya nama nya juga makan gaboleh sambil bicara kan.

Setelah selesai dengan sarapannya, Alexsya berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk segera pergi ke sekolah. Di mulai dari ia yang mencium punggung tangan Teguh, kemudian beralih ke Fina.

"Sya!” panggil Teguh.

Alexsya berbalik menghadap belakang sambil mengerutkan keningnya bingung, ada yang salah dengan dirinya?

"Eh papa, iya pa ada apa?" tanya Alexsya.

"Kamu boleh menggunakan motor kamu lagi, papa akan memberikan kuncinya."

Alexsya tersenyum senang, sambil menubruk dada bidang Teguh, Alexsya sungguh tidak percaya bahwa ayahnya akan berubah pikiran seperti ini.

"Tapi dengan satu syarat."

"S-syarat?" tanyanya.

"Syarat nya adalah, kamu harus mendapatkan nilai baik di setiap ujian sebelum kamu lulus! Dan syarat yang kedua...."

Teguh menjeda ucapannya, kemudian menangkup pipi sang putri. "Kamu tidak boleh balapan liar lagi!"

"Ah papa, kirain apa." Ucapnya lega.

"Papa, tenang aja kali, Asya bakal turutin kemauan papa dan jadi Alexsya yang dulu, yang polos dan pendiam," lanjut Alexsya.

"Itu lebih baik, karena kamu tak pantas bertingkah seenaknya! kamu tahu kan kesalahan kamu tahu lalu? jangan bertingkah menjadi berandal kamu! kamu itu perempuan, seorang gadis dari keluarga Anderson.”

"Heem, yaudah sekarang mana kunci motornya? aku udah telat nih," ucapnya sambil mengangkat tangannya, seperti anak kecil meminta permen saja.

"Makasih papa, Asya sayang papa," ucapnya sambil menundukkan kepala.

"Yaudah Asya berangkat dulu ya, Pa?” pamitnya sambil melambaikan tangan.

Setelah keluar dari rumah, Alexsya pergi menuju garasi dan mengeluarkan motor kesayangan nya.

"Lah kok gabisa," monolognya.

“Waduh, ada yang gak beres ini.”

Setelah lelah dan jengkel dengan kunci motornya, yang tidak pas untuk motor sport nya, Alexsya mencobanya ke motor matic dan...

Masuk.

Pas sekali, dengan satu hentakan saja masuk. Dengan bodohnya kenapa Alexsya tak melihat model kunci motor tersebut?

"Jadi, papa ngizinin gue bawa motor lagi ternyata ini rencananya, biar gue gak balapan lagi gitu?" tanyanya pada diri sendiri. “Dia pikir gue bakal dengerin ucapan dia gitu aja? kalo menurut gue yang penting nilai ujian gue bagus aja, orang balapan liar gak bakal ngerugiin dia juga.” Lanjutnya malas.

Karena sudah siang Alexsya memutuskan untuk berangkat dengan motor matic nya itu, meskipun dengan hati yang terpaksa dan amat tidak terima.

Dua puluh menit, akhirnya Alexsya sampai di kawasan sekolah dan melajukan motornya ke parkiran yang telah disediakan.

She's Alexsya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang