❛ lima ❜

134 37 14
                                    

drtt... drtt... drtt...

Haruto berdecak. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Tangannya meraba-raba nakas yang ada di samping tempat tidurnya.

Begitu menemukan benda persegi panjang yang sedang ia cari, Haruto langsung menariknya dan membukanya.

Di lock screennya, terdapat 6 notif pesan dari Jennie. Entahlah, sepenting apa keperluan Jennie dengannya sampai sampai Jennie me-spam dirinya.

Haruto mengklik dua kali notif tersebut. Selesai dengan membuka password ponselnya, layar ponsel Haruto langsung menampilkan roomchat Haruto dengan Jennie.

Jeni bantet

|Haruto
|Haru
|Ru
|P
|Bisa ketemuan di taman
deket komplek rumah gua
nggak? please...
|gua butuh lo...
19.42

|Ini malem anj
|Ganggu gua tidur aja
|Tapi
|Ya, tunggu 7 menit
19.44 ✓✓

|Thanks Ru
|Maaf ganggu
19.44

Haruto menghela nafasnya. Pasti terjadi sesuatu dengan gadis itu. Makanya, malam malam begini ia menghubungi Haruto dan meminta untuk bertemu di taman.

"Kalo bukan temen, gua kentutin lo Jen. Asli dah." Gumam Haruto sembari memakai jaketnya.

Setelah itu, Haruto mengambil kunci motornya dan keluar dari kamarnya lalu menuju garasi. Tak lupa, ponselnya ia taruh di saku jaketnya.

Begitu sudah mengeluarkan motornya dari garasi, Haruto langsung tancap gas menuju tempat ia dan Jennie akan bertemu. Taman dekat komplek perumahan Jennie.

Tak lama perjalanan yang ditempuh Haruto. Hanya sekitar 5 menit saja. Karena komplek Haruto memang berdekatan dengan komplek Jennie.

Sebenarnya, berjalan kaki saja sudah cukup. Tetapi karena Haruto ini pemalas, maka ia lebih memilih menggunakan transportasi seperti motor. Sepeda? Haruto tidak sudi.

"Jen." Panggil Haruto begitu ia menemukan Jennie yang tengah duduk di kursi taman sembari memainkan kukunya.

Jennie mendongak, wajahnya terlihat kacau. Matanya yang sembab dan merah itu sukses membuat Haruto berteriak kaget. Untungnya, hanya mereka berdua yang ada di taman.

"AAAKH ANJIR SETAN!"

Haruto menghela nafasnya, ia duduk di samping Jennie. Tangannya terulur untuk merangkul Jennie. Tapi sebenarnya lebih ke mengapit Jennie dan menenggelamkan kepala Jennie di antara ketiak dan lengan Haruto.

"Lo ngangetin gua aja dah. Muka lo serem banget kayak kuntilanak yang sliweran di belakang rumah gua. Hiyy. Amit amit dah gua liat mukanya yang genit banget pas ketemu gua." Cerocos Haruto.

"Heran, gua kayaknya emang ganteng banget ya. Sampe sampe setan aja naksir. Kok lo ga naksir gua sih, Jen?" Tanya Haruto. Ia menunduk menatap kondisi wajah Jennie setelah ia apit tadi.

"Anjir kok makin serem. Jangan jangan lo bukan Jennie? Jangan jangan lo setan yang nyamar jadi Jennie? Parah. Masa setan bisa jadi secret admirer juga, sih? Hiyyy." Haruto bergidik ngeri.

Setelahnya, hening. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Jennie. Bahkan Haruto juga sudah berhenti berkicau.

Kalau semisal keadaan Jennie sedang tidak bersedih, mungkin Jennie akan menanggapi segala cerocosan Haruto tadi. Atau bahkan Jennie sudah memukul Haruto karena mengatakan bahwa Jennie seperti hantu.

crush -jnkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang